Inventarisasi Ayat-ayat tentang Makar

bumi mendapat pujian yang besar. Sedangkan usaha untuk menegakkan syiar Allah dalam memegang ajaran Al- Qur‟an dan sunnah rosul-Nya, dapat saja dituduh sebagai fanatic dan menghalang-halangi kemajuan. Inilah usaha-usaha dari Ak âbira mujrimîha penjahat- penjahat terbesar yang melakukan tipu daya di dalam suatu negeri. 70 Dalam menyikapi hal ini, bahwa setiap perkataan atau perbuatan yang melanggar peraturan perundangan-undangan yang dibuat berdasarkan hukum dan syariat Islam, serta tidak semata-mata bertujuan hanya untuk mendiskriditkan suatu golongan tertentu serta bukan karena dorongan hawa nafsunya, akan tetapi undangan-undang itu dibuat semata-mata bertujuan untuk keamanan, ketertiban, keadilan dan kesejahteraan masyarakat bangsa atau Negara, maka hal ini dapat dikatakan sebagai perbuatan atau makar yakni melakukan tipu daya untuk merencanakan kejahatan. Oleh karena itu perkataan makar ini, harus diketahui makna dan tujuan serta akibatnya.

B. Tujuan dan Akibat Makar

Dari analisa penulis terhadap ayat-ayat Al- Qur‟an yang telah dihmpun sebelumnya, surat al-anfal ayat 30, al-Anam ayat 123.                    Dan ingatlah tatkala telah mengatur tipu daya orang-orang kafir terhadap engkau, atau mengeluarkan engkau. Dan mereka mengatur tipu daya sedangkan Allah pun mengatur tipu daya, dan Allah itu adalah sepandai-pandai tipu daya. 71                   70 Soenarjo dkk, Al- Qur’an dan Terjemah,Surabaya: Jaya Sakti 1998.hal:208. 71 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1985.hal:296. Dan demikianlah, telah kami jadikan pada tiap-tiap negeri beberapa orang besar-besar jadi pendurhaka, mereka menipu daya di dalamnya, padahal tidaklah mereka menipu daya melainkan kepada diri mereka sendiri, namun mereka tidaklah sadar. 72 Pada kata Ak âbira mujrimîha mengartikan orang-orang yang paling aniaya dalam suatu masyarakat atau kebuayaan tertentu, untuk mencari cara-cara dan siasat. Dengan ini memberi peringatan kepada rasul-rosul Allah dan sekalian orang-orang yang beriman, bahwa pada tiap-tiap negeri besar atau kecil telah ditakdirkan Allah ada saja orang-orang besar di negeri itu yang mendurhakai dan berusaha menghalang- halanginya segala maksud yang baik dengan menipu daya didalamnya. 73 Li Yam Kuru F îha”, Kata artikan karena hendak membuat tipu daya di dalamnya, yaitu di dalam negeri itu :”Yam Kuru” ialah dari kata makar, kita artikan tipu daya. Di dalam hukum bahasa Indonesia telah disebut makar. Segala tindak pidana untuk maksud yang jahat . Didalam maksud asalnya disebut makar. Makar ialah segala tipu daya dan helah buat memalingkan seseorang dari tujuan yang dimaksudnya kepada tujuan yang lain, baik dengan perbuatan ataupun dengan ucapan-ucapan yang manis. Dan dipakai untuk memalingkan orang dari yang benar kepada yang salah, dari yang baik kepada yang jahat. 74 Asal makna “Aniaya” adalah kezhaliman dan melampaui batas yang telah ditentukan. Arti zhalim menurut ahli bahasa dari kebanyakan ulama adalah “meletakkan sesuatu bukan pada tempat at au letaknya”. Oleh karena itu, kata kezhaliman diartikan sebagai penyimpangan dari ketentuan, baik besar ataupun kecil. 75 Sebagian Hukama ahli Filsafat Islam membagi kezhaliman itu ke dalam tiga bagian, yaitu : 1. Kezhaliman manusia terhadap Allah SWT. Kezhaliman yang terbesar dari jenis ini adalah kufur mengingkari Allah, Syirik Menyekutukan Allah, dan Nifak mengaku beriman dengan lidahnya akan tetapi batinnya menolak. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13: 72 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:84. 73 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al- Qur’an Terjemahan Anas Mahyudin, Putaka Jakarta, 1984. hal: 84. 74 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:35. 75 Muhammad Ali Usman, Hadis Qudsi Pola Pembinaan Akhlak Muslim cet-21 CV Diponegoro Bandung 1996hal: 157.