PENUTUP A. Penafsiran hamka tentang ayat-ayat yang mengandung lafadz makar(Studi Atas Tafsir Al-Azhar)

oleh orang-orang yang hendak menafsirkan Al Quran atau menggali maknanya. Pendekatan macam kedua ini biasanya sering digunakan oleh para mufasir masa kini, seperti tafsir al- Manar karya Muhammad Abduh yang disempurnakan oleh Rasyid dari surat Yusuf sampai selesai, dan pada akhirnya diikuti oleh Prof. DR. Hamka pengarang Tafsir Al Azhar. Upaya memahami Al Quran dengan Aqli logis, melahirkan kitab tafsir yang logis pula, kitab tafsir semacam ini misalnya kitab Tafsir Al Azhar yang dikarang oleh H. Abdul Malik Karim Amrullah Hamka. Salah satu penafsiran Al Azhar, Prof. Hamka dalam surat Al Anam ayat 123                  Dan dengan demikianlah, telah kami jadikan pada tiap-tiap negeri beberapa orang besar-besar jadi pendurhaka, supaya mereka menipu daya di dalamnya. Padahal tidaklah ia menipu daya melainkan kepada diri mereka sendiri , namun mereka tidaklah sadar”. 8 Hamka menafsirkan ayat di atas yaitu: Li yum kuru fiha , karena hendak membuat tipu daya di dalamnya, yaitu di dalam negeri itu. Yamkuru ialah dari makar, kita artikan tipu daya. Didalam bahasa hukum dalam bahasa Indonesia modern kata-kata makar itu telah diambil alih dan diadikan bahasa Indonesia. Segala tindak pidana untuk maksud yang jahat didalam bahasa hukum Indonesia telah disebut makar. Didalam maksud asalnya disebut maksud makar . 9 Makar adalah segala tipu daya dan telah buat memalingkan seseorang dari tujuan yang dimaksudnya kepada tujuan yang lain, baik dengan perbuatan maupun dengan ucapan-ucapan yang manis. dan dipakai untuk memalingkan orang dari yang benar kepada yang salah, dari yang baik kepada yang jahat. Maka dalam ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa dalam perjuangan menegakkan Agama Allah SWT, janganlah heran jika mendapatkan hambatan dan gangguan dari orang-orang yang terkemuka di negeri itu. Karena yang begitu selalu terjadi pada tiap-tiap negeri apabila ada orang yang bermaksud baik dan bercita-cita mulia. Mereka itu selalu berbuat makar, dengan segala tipu daya akal busuk menyalah artikan. Dan ayat ini menjadi pedomanlah bagi umat Muhammad sampai akhir zaman, apabila mereka bermaksud akan menegakkan agama yang hak. Halangan pasti ada, yang menghalangi bukan sembarang orang bahkan orang-orang yang terkemuka di negeri itu. Di zaman yang modern ini, pihak-pihak yang berkuasa mudah saja melakukan makar itu dalam mempertahankan kekuasaannya. Orang berjuang hendak menegakkan ajaran Nabi 8 Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta. 1984, hal.30 9 Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta. 1984, hal.35-36 Muhammad SAW, menghadapi berbagai halangan dan rintangan. Cara propaganda yang modern bisa saja membuat satu cita-cita yang benar dan suci sebagai suatu kejahatan, keinginan agar hukum Allah berlaku dalam masyarakat dapat saja dituduh sebagai pemberontakan, dan segala usaha hendak menyingkirkan peraturan Allah SWT dari muka bumi dan mendapat pujian yang besar. Berusaha menegakkan siar Allah SWT, mengucapkan salam menurut ajaran Muhammad SAW teguh memegang ajaran Al Quran , sabda dan wahyu Allah, dapat saja dituduh panatik dan menghalang-halang kemajuan. Inilah usaha dari Akâbira mujrimîha, penjahat besar dalam negeri itu. 10 Oleh karena itu, mengapa peringatan Al Quran dan seruannya terus menerus kepada manusia adalah agar manusia harus berjuang melawan tipu daya syetan Q.S An Nisa [4] : 76, 118-120. 11 Di sini harus dicatat bahwa walaupun syetan menghadang setiap arah, namun tipu daya tak akan mempan terhadap manusia yang benar-benar shaleh dan orang-orang yang memiliki taqwa. Yakni orang yang senantiasa berjaga-jaga terhadap bahaya moral, sehingga ia tidak terlena di dalam kejahatan, tatapi ia segera menyadari tipu daya tersebut. Hal ini disebabkan, karena syetan mempunyai strategi yang ampuh yaitu menghiasi dan menyebabkan terlihat indah dan menarik hati terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berharga, dan membuat hal-hal yang bermanfaat serta penting bagi manusia terlihat sebagai beban yang berat dan menakutkan. 12 Dengan demikian, jejak syetan itu berarti setiap kejahatan yang dilakukan manusia, baik yang berupa pemborosan, korupsi, perang, dan segala bentuk kejahatan lainnya. Sehingga dapat dikatakan apabila satu bengsa berada di jalan yang negative dan jahat, dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dengan kejahatan, maka bangsa tersebut tidak dapat menemukan cita-citanya dan hanya mengambil sikap hanyut. Pada saat yang kritis seperti inilah Allah SWT telah mengirimkan Rasul-Nya untuk menyerukan kebenaran dan kebajikan kepada bangsa tersebut, tetapi nyatanya seruan itu tidak dapat dipahami, dan 10 Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta. 1984, hal.36 11 Baiquni, N.A dkk, Indek Al Quran Cara Mencari Ayat-ayat Al Quran. Akola Surabaya. 1995. hal :333. 12 Rahman, Fazlur . Tema Pokok Al Quran Terjemahan Anas Mahyudin. Pustaka Jakarta, 1995.hal:182.