Tujuan dan Akibat Makar

Yaitu berbuat maksiat dan kedurhakaan, seperti berzina, meminum minuman keras dan melanggar larangan Allah SWT. Lainya seperti firman Allah SWT. Dalam surat al-Baqorah ayat : 57                      “Dan tidaklah mereka menganiaya kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya mereka sendiri”. 79 Allah SWT, telah mewahyukan kepada Nabi dan Rosul-Nya : Daud a.s agar melarang orang yang melakukan kezhaliman mengatas namakan perbuatannya itu dengan atas nama Allah, atau menyebut-nyebut salah satu sifat-sifat-Nya. Seringkali orang melakukan kezhaliman berpura-pura dzikir kepada Allah. Seolah-olah hendak menipu Allah. Padahal orang yang melakukan dzikir dengan sungguh-sungguh pasti akan menghentikan kezhalimannya, dan mereka merasa enggan diri agar melakukan kezhaliman orang yang sebagian dzikir tujuan yang menipu dirinya sendiri tanpa disadarinya. Allah berjanji akan selalu ingat kepada orang dzikir kepada-Nya dengan melimpahkan rahmat dan karunia serta ampunan-Nya, akan tetapi bagi orang-orang yang berpura-pura dzikir di saat melakukan kezhaliman, Allah akan ingat pula dengan melaknat atau membalasnya sesuai dengan perbuatan yang tidak diridhai-Nya. 80 Menurut Hamka pada ayat itu, Allah SWT menegaskan bahwa dalam menegakkan agama Allah tidaklah heran, jika mendapat hambatan dan gangguan dari orang-orang yang terkemuka di negeri itu, sebab itu selalu terjadi pada tiap-tiap negeri apabila ada orang yang bermaksud baik dan bercita-cita mulia. Mereka selalu berbuat makar dengan segala tipu daya 79 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:30. 80 Muhammad Ali Usman, Hadis Qudsi Pola Pembinaan Akhlak Muslim cet-21 CV Diponegoro Bandung 1996hal: 159. akal busuk menyalahartikan segala maksud yang baik itu, dan berusaha membelokkan tujuannya. Maka ayat ini menjadi pedomanlah bagi umat nabi Muhammad saw. Sampai akhir zaman, apabila mereka bermaksud akan menegakkan agama yang hak di muka bumi halangan pasti ada. Yang menghalangi bukan sembarang orang bahkan orang-orang yang terkemuka di negeri itu. 81 4. Menghalang- halangi manusia dari jalan yang benar dengan tipu daya, dalam surat Ar-R a‟du ayat 33 dan An-Nisa ayat 76:                                             “Apakah dia yang menjaga tiap-tiap jiwa bersama dengan apa yang diusahakan? sama dengan yang tidak menjaga. Dan mereka menjadikan bagi Allah sekutu- sekutu”. Katakanlah :”Sebutlah nama mereka” atau apakah kamu hendak memberitakan kepada- Nya apa yang tidak diketahuinya di bumi atau degan kulit lahir kata saja? Bahkan dihiaskan bagi orang-orang kafir tipu daya yang dihalangi mereka dari jalan Allah. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidaklah baginya yang akan memberi petunjuk”. 82                        “Orang-orang yang beriman, berperanglah mereka pada jalan Allah, tetapi orang-orang yang kafir, berperang mereka pada jalan thagut. Maka perangilah olehmu pengikut- pengikut syaitan itu. Sesungguhnya tipu daya syaitan adalah lemah”. 83 5. Mengajak manusia kafir kepada Allah SW. Seperti dalam Firman Allah , Surat Saba‟ ayat 33 : 81 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:36. 82 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1989.hal:95. 83 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1983.hal:160.                                      “Dan orang-orang yang diperlemah berkata kepada orang-orang yang membesarkan diri tadi :”Bahkan tipu daya siang dan malamlah seketika kamu perintahkan kami supaya kami kafir terhadap Allah dan mengadakan sekutu-sekutu untuk- Nya “. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami jadikan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tdaklah mereka akan diganjari melainkan dari sebab apa yang telah mereka kerja kan”. 84 Pada ayat ini manusia yang diperlemah itu memberikan pula jawaban yang lemah. Mreka katakan bahwa hal itu telah terjadi, mereka telah tertipu atau terpengaruh oleh orang-orang yang membesarkan diri itu karena tipuan siang dan malam. Akhirnya ialah :”kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka telah melihat azab”. Tidak lagi satu piha menyalahkan yang lain atau menimpakan kesalahan pada yang lain, melainkan telah sama-sama menginsafi dan merasakan bahwa mereka sama-sama salah. Golongan istakbar û, yang membesarkan diri insaflah di waktu itu bahwa mereka adalah makhluk kecil. Hina dan lemah, yang tidak ada harga sama sekali, yang tidak dapat mengangkat muka dihadapan Allah. Yang diperlemah itupun merasalah kejatuhan karena salah mereka sendiri, mengapa dikorbankan kemerdekaan diri, kemerdekaan akal dan pikiran, kemerdekaan menyatakan kebebasan keyakinan, lalu merunduk jadi hina di hadapan sesama manusia? Waktu itulah keduanya sama-sama mengerti, yaitu di waktu azab siksaan Ilahi telah nampak di hadapan mereka, pintu neraka ternganga dan akan sama dihalaukan kedalamnya. Itulah pengangkatan bagi orang-orang yang beriman, yang tidak membesarkan diri dan tidak pula menerima dianggap hina dan diperlemah oleh sesama manusia sehingga hilang pendiriannya dan hanya jadi Pak Turut. Orang yang hidup taat menuruti garis yang ditentukan Allah dan diturunkan Nabi tidaklah akan merasakan azab yang demikian. 85 6. Menentang tanda-tanda kekuasaan Allah dan kebenaran Islam, pada surat yunus ayat 21 dan An- naml ayat 51.                          “Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah bahaya menyentuh mereka, tiba-tiba ada bagi mereka tipu daya pada ayat-ayat Kami. 84 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1988.hal:172. 85 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:179. Katakanlah :”Allah lebih cepat pada tipu daya itu”. Sesungguhanya utusan-utusan kami menuliskan apa yang kamu tipu dayakan”. 86 Rahmat nikmat yang diterima setiap hari, apalagi mukjizat, tidaklah akan banyak membawa perubahan bagi jiwa mereka, karena hati mereka telah tertutup. Maka selanjutnya bersabdalah Tuhan kepada rosul-Nya :”Katakanlah:”Allah lebih cepat pada tipu daya”. Artinya janganlah kamu coba berlarut-larut mengingkari kekuasaan Allah dengan memakai tipu daya, dengan mengemukakan berbagai dalih, bukan dalil. Janganlah mencoba mengelak dari kebenaran ilahi sebab peredaran tipu daya Tuhan itu cepat jalannya. Rahmat yang telah ada bisa dicabutnya pula kembali dengan segera kalau hal itu kejadian, kemana lagi kamu akan mengadu, sedangkan secara tipu daya, kamu telah memungkiri Tuhan. 87 Firman Allah swt dalam surat Al-Anam ayat 51           ”Maka perhatikanlah berapa jadinya akibat dari makar mereka itu, sesungguhnya kami telah melebur- leburkan mereka dan kaum mereka seluruhnya”. 88 Oleh sebab itu, semua perbuatan baik dan perbuatan jahat sudah pasti ada akibat dan balasannya dari Allah swt. Diantara balasan Allah swt terhadap orang-orang yang berbuat makar yang tersebut di atas, adalah dikemukakan pada surat al- an‟am ayat 124.                                 86 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:174. 87 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:181. 88 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1989.hal:259. “Dan apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata :”Sekali-kali kami tidak akan percaya sehingga didatangkan seumpama apa yang didatangkan kepada rosul-rosul Allah ”. Tetapi Allahlah yang lebih mengetahui sekira-kira dimana yang patut dia menjadikan risalah-Nya, akan mengenailah kepada orang-orang yang berdosa itu suatu kehinaan di sisi Allah dan siksaan yang sangat lantaran apa yang mereka tipudayakan itu”. 89 Pada ayat tersebut dua akibat makar, pertama, bahwa mereka akan ditimpa oleh kehinaan. Menurut Hamka kehinaan ini terambil dari kata “Shagh ârun” yang arti asalnya kecil, karena dia dikecilkan oleh Allah, dan dipandang hina. Ini adalah merupakan balsan dari sifat “Takabbur” dan atau sombong, baik karena dia tidak mau beriman kepada Allah dan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai rasul-Nya yang kedua, mereka akan ditimpa oleh azab siksaan alla, dikarenakan tipu daya makar yang telah mereka perbuat itu, walaupun mereka tetap mangatur siasat buat menghambatnya. Namun semua tipu daya mereka akan digagalkan oleh Allah SWT. Maupun dia ingin menjadi orang besar. Sehingga ingin dipuja oleh semua orang ataupun tidak mau menerima dari orang lain dan sebagainya. 90

D. Pelaku-Pelaku Makar

Setelah diuraikan pada bagian atas tentang makar dalam Al- Qur‟an, maka akan dapat diketahui para pelaku makar yang dikemukakan oleh Al- Qur‟an. Diantaranya adalah orang- orang kafir, orang-orang munafik dan orang-orang musyrik. Antara lain, Al- Qur‟an surat ar- Ra‟du:42, Saba‟ :33, dan an-Nisa:76, 142, Al-Anfal:18, Al-Anfal:30.                      “Dan sesungguhya telah menipu daya orang-orang yang sebelum mereka, tetapi bagi Allahlah balasan sekalian tipu daya. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh tiap- 89 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:30. 90 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:40. tiap diri, dan akan mengetahuilah orang-orang yang kafir, bagi siapakah balasan akhirat itu”. 91                                      “Dan orang-orang yang diperlemah berkata kepada orang-orang yang membesarkan diri tadi:”Bahkan tipu daya siang dan malamlah seketikda kamu perintahkan kami supaya kami kafir terhadap Allah dan mengadakan sekutu-sekutu untuk-Nya: kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab dan kami jadikan belenggu dileher orang-orang yang kafir. Mereka tidaklah mereka akan diganjari melainkan dari sebab apa yang telah mereka kerjakan ”. 92                        “Orang-orang yang beriman, berperanglah mereka pada jalan Allah, tetapi orang-orang yang kafir, berperang mereka pada jalan thagut. Maka perangilah olehmu pengikut- pengikut syaitan itu. Sesungguhnya tipu daya syaitan adalah lemah”. 93                                      Dan orang-orang yang diperlemah berkata kepada orang-orang yang membesarkan diri tadi:”Bahkan tipu daya siang dan malamlah seketika kau perintahkan kami supaya kami kafir terhadap Allah dan mengadakan sekutu-sekutu untuk- Nya”. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami jadikan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidaklah mereka akan diganjari melainkan dari sebab apa yang telah mereka kerjakan. 94 91 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1983.hal:106. 92 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1988.hal:172. 93 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1983.hal:160. 94 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1988.hal:172.                     “Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu menipu Allah. Dan Allah pun balas menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri kepada sembahyang, mereka berdiri dalam keadaan malas, mereka hendak menonjol-nonjolkan kepada manusia, dan tidaklah mereka mengingat Allah , kecuali sedikit”. 95        “BegitulahDan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir”. 96                    “Dan ingatlah tatkala telah mengatur tipu daya orang-orang kafir terhadap engkau, buat menawan engaku atau membunuh engkau , atau mengeluarkan engaku, dan mengatur tipu daya, sedangkan Allah mengatur tipu daya, dan Allah itu adalah sepandai-pandai mengatur tipu daya”. 97

1. Kategori Kafir

“Bahwa yang termasuk orang-orang kafir adalah siapa saja menolak Islam membencinya, memusuhinya, memeranginya, membuat dan melaksanakan hukum selain hukum Allah. Kategori kafir juga dapat dikenakan kepada mereka yang merendahkan serta menganggap bahwa hukum ciptaan manusia lebih baik dan lebih tepat untuk dilaksanakan serta lebih mampu menjawab problema masyarakat modern yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dari pada hukum Allah. Termasuk kafir juga orang yang mengangkat pemimpin selain orang yang beriman Yahudi, Nasrani dan sejenisnya, sebagai pemimpin mereka dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. Mereka merasa aman dan mencari kemuliaan di sisi orang-orang kafir, mereka tidak menyukai kejayaan dan kemajuan orang- 95 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1983.hal:331. 96 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1985.hal:267. 97 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1985.hal:296. orang Islam, sebaliknya merasa gembira jika umat Islam mendapat musibah dan kekalahan, merekalah orang-orang kafir lagi zhalim.

2. Munafik

Ayat diatas menjelaskan sebagian sifat-sifat orang munafik, yang bermaksud menipu Allah dengan shalat, karena ketika mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas dan bermaksud riya. Yaitu melakukan suatu amal tidak semata-mata mencari keridhaan Allah, tetapi untuk mencari pujian atau polaritas di masyarakat, sementara mereka melakukan hal ini hanyalah sekali-kali saja pada saat berada dihadapan orang banyak. Dalam kitab tafsirnya ibnu katsir berkata, yang dikutip Hamka, inilah sifat orang munafik terhadap suatu amalan semulia-mulianya dan seutama-utamanya dan sebaik-baiknya yaitu sembahyang. Kalau mereka berdiri akan mengerjakanya merapun merasa malas, karena tidak ada niat terhadap sembahnyang itu tidak ada imannya, dan tidak ada rasa takutnya kepada Allah dalam perasaan malam. Tetapi hendaklah ia berdiri dengan muka jernih berseri. Dengan sebesar-besar keinginan an kegembiraan. Sebab dia akan menyampaikan permohonan kepda Allah dan akan berhadapan dengan dia, dan Allah akan memberinya ampun dan akan memperkenankan doanya “Mereka hendak menonjol-nonjolkan kepada manusia”, artinya, meskipun mereka mengerjakan sembahyang juga, namun maksud mereka hanya semata-mata riya. Yaitu hendak mempertontonkan kepada manusia bahwa dia orang sembahnya yang akan mengganggu kesenangan nafsunya masalah dia mengerjakan “. 98 Nifak adalah suatu sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau dengan kata lain berbeda antara perkataan dan perbuatannya, adapun orang disebut “munafik”, secara ringkas munafik itu dapat disimpulkan antara lain adalah orang yang berpura-pura menampakkan 98 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1983.hal:332.