Pengertian Makar LANDASAN TEORITIS TENTANG MAKAR

Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. 41 Setiap umat Islam berkewajiban memelihara, menjaga dan membela agamanya, apabila akan dirusak oleh orang lain. Demikian juga jika Islam diperanginya, maka pemeluknya pun berhak menahan serangan itu atau memerangi musuh-musuh yang lebih dahulu melancarkan serangannya. Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 16:                       Dan barangsiapa yang memalingkan punggung dari antara mereka di hari itu, kecuali karena hendak mengatur siasat perang, atau karena hendak menggabungkan diri dengan suatu rombongan, maka sesungguhnya dia telah kembali dengan kemurkaan dari Allah, dan tempat mereka adalah dalam neraka jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. 42 Bahwa yang lari meninggalkan barisan yang turut dalam peperangan itu, misalnya pura-pura lari, sehingga musuh terkecoh, lalu musuh itu menyerbu pada suatu tempat yang sampai di sana mereka bisa dikepung. Dalam hal yang seperti ini tidaklah terlarang. Tetapi barangsiapa yang lari saja karena pengecut atau melepaskan diri dari komando. Dia kembali pulang dari medan perang dengan kehinaan sebagai seorang pengecut yang dimurkai Allah dan dalam ayat inipun diberi penjelasan bahwa lari dalam siasat, atau lari pura-pura hingga musuh terjebak, bukanlah lari, tetapi termasuk dalam rangkaian peperangan juga atau lari kepada induk pasukan karena sudah sangat terdesak, yang kalau diteruskan juga berarti hancur, tidak pula terlarang. 43 Demikian pula bila peperangan itu benar-benar terjadi, pasukan Islam dilarang melarikan diri dari pertempuran, terkecuali dengan alasan yang dibenarkan, oleh agama. Yakni untuk mengatur taktik peperangan bergabung dengan pasukan lain. Jika salah seorang pasukan Islam melarikan diri dari peperangan tanpa diizinkan oleh agama, berarti ia telah melakukan dosa besar dan akan mendapat ancaman siksa Allah yang pedih di akhirat nanti. 41 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:171. 42 Hamka, Tafsir Al-Azhar , Pustaka Panjimas, Jakarta 1985.hal:267. 43 Hamka, Tafsir Al-Azhar , Pustaka Panjimas, Jakarta 1985.hal: 268. 2. Kriteria makar yang kedua yang diharamkan Allah, seperti perbuatan orang- orang kafir dan para setannya. Yaitu menghalang-halangi manusia dari jalan Allah berbuat fitnah dengan segala cara yang mereka gunakan, seperti dalam firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 217:                                           Mereka akan bertanya kepada engkau dari hal bulan yang mulia Tentang berperang padanya katakanlah: berperang padanya adalah dosa besar tetapi menjauhkan manusia dari pada jalan Allah, dan kufur kepadaNya dan Masjidil Haram dan mengusir penduduknya daripadanya adalah lebih besar disisi Allah dan fitnah adalah lebih besar dari pembunuhan. Dan mereka akan selalu memerangi kamu sehingga dapatlah mereka mengembalikan kamu daripada agama kamu jika mereka sanggup. 44 Dalam hal ini, dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa perang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan berarti menghalangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah adalah berarti menghalangi dari Masjidil Haram Mekkah lebih besar lagi dosanya di sisi Allah. Pendapat ini, berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabatnya dari Masjidil Haram sama dengan menumpas agama Islam. Kemudian fitnah pada ayat tersebut, artinya penganiayaan dan segala perbuatan dimaksudkan untuk menindas Islam dan kaum muslimin. 45 Sebagaimana dalam tulisannya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dari kitabnya: Ighatsatul Lahfan yang dikutip oleh Hamka . 46 bahwa setengah dari tipu daya setan adalah untuk memperdayakan umat Islam yang disebut Haelah, dan meruntuhkan apa yang diwajibkan- Nya, karena ia lahir dari pikiran-pikiran yang bathil dan sepakat ulama salaf mencelanya. 44 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1983.hal:178. 45 Muhammad Nasib ar-RifaI, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta:Gema Insani Press, 1999.hal:352. 46 Hamka, Tafsir Al –Azhar , Pustaka Panjimas, Jakarta 1994.hal:169. Rayu pendapatpikiran itu ada dua macam: 1 pikiran yang sesuai dengan nash-nash agama yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan perbandingannya. Rayu inilah yang diakui dan diamalkan. 2 pikiran yang menyalahi nash-nash agama dan dapat disaksikan kesalahannya. Rayu semacam inilah yang dicela oleh ulama dan tidak mereka terima. Haelah pun ada dua macam: 1 Haelah bagaimana supaya diperintah Allah dapat dilaksanakan, dan apa yang Dia cegah dapat dihindari, serta membebaskan diri dari yang haram, dan melepaskan dengan selamat dan kezhaliman yang menghambat kelancarannya, dan mengeluarkan orang yang kena aniaya dan sewenang-wenang. Ini adalah Haelah yang terpuji, dipelihara orang yang mengerjakan dan mengajarkannya. 2 Haelah untuk melepaskan diri dari kewajiban, menghalalkan barang yang haram, dan memutar balik orang yang teraniaya, agar dipandang bahwa dialah orang yang dianiaya dan sebaliknya. Yaitu yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar. Inilah Haelah jahat yang sepakat ulama salaf mencelanya.

C. Bentuk-bentuk Makar

Telah dijelaskan pada bagian yang lalu, bahwa sunnah-Nya pada umat manusia memutuskan pada tiap-tiap bangsa atau umat terdapat para pemimpin yang melakukan tipu daya terhadap Rasul-rasul Allah, penentang pembaharuan dan menentang setiap seruan mereka. Selagi hal itu mereka dilakukan, maka di sini Allah SWT, menerangkan tentang sunnah-Nya yang berlaku bagi mereka persis sebagaimana yang telah dilakukan para penjahat penduduk Mekkah yang bersikap menentang terhadap ayat-ayat yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Diantara bentuk-bentuk makar itu yang telah dikemukakan pada ayat-ayat di atas, adalah: 1. Kufur terhadap Allah SWT, dan Rasul-Nya, dalam surat Al-Anam ayat 124.                                 Dan datang kepada mereka suatu ayat, mereka berkata: Sekali-kali kami tidaklah percaya, sehingga didatangkan seumpama apa yang didatangkan kepada Rasul-rasul Allah. Tetapi Allahlah yang lebih mengetahui sekira-kira dimana yang patut Dia menjadikan risalah-Nya. Akan mengenailah kepada orang-orang yang berdosa itu suatu kehinaan dari sisi Allah dan siksaan yang sangat, lantaran apa yang mereka tipu dayakan itu. 47 Inilah salah satu contoh betapa makar yang dilakukan oleh orang yang kafir terhadap Rasul Allah setelah didatangkan kepada mereka satu perintah Allah dengan perantaraan Rasul Allah, mereka menolak dan berkata: Kami tidak mau percaya kepada keterangan itu, kalau dikatakan dia terima dari Allah dengan manusia, kamipun manusia. Kalau dia dapat wahyu, mengapa kepada kami tidak pula akan datang wahyu. 48 Kufur kepada Allah adalah mengingkari adanya Allah serta tidak percaya dengan apa yang dibawa oleh Rasul-rasul-Nya, baik secara keseluruhan atau sebagian saja. Adapun pelakunya disebut kafir, jamaknya K âfirîn. Mengenai hal ihwal orang-orang kafir banyak disebut dalam Al-Quran yang berakibat buruk bagi mereka di akhirat kelak, dengan mendapat siksaan yang pedih sebagian balasan atas perbuatan mereka sewaktu hidup di dunia. Diantaranya surat Ali-Imran ayat 56:              Maka adapun orang-orang yang kafir itu, maka akan Aku siksalah mereka dengan siksann yang sangat di dunia dan di akhirat. Dan tidaklah ada bagi mereka orang-orang yang akan menolong . 49 47 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:30 48 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:39. 49 Hamka, TafsirAl –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1982.hal:178. Kufur, tidak mau percaya kepada Allah sebagai unit, sebagai pusat dan pokok pangkal tempat bertolak di dalam hidup, akan menyebabkan hidup sendiri penuh dengan siksaan . 50 2. Berbuat kesombongan di muka bumi dalam surat Faatir [35] : 43.                               Karena kesombongan di muka bumi dan rencana jahat. Dan tidaklah akan menimpa suatu rencana yang jahat itu, kecuali kepada ahlinya sendiri. Maka apakah yang mereka lihat selain dari sunnah yang berlaku pada orang-orang yang dulu? Maka sekali-kali tidaklah akan kamu dapati pada sunnatullah itu suatu pengganti. 51 Ayat tersebut merupakan jawaban atas ayat yang sebelumnya QS. Faatir [35]:42 yaitu tentang sumpahnya orang-orang kafir Mekkah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, bahwa jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat yang lain, ketika ada perselisihan diantara mereka. Karena orang Yahudi itu mengatakan: Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan. Demikian pula orang Nasrani mengatakan: Orang-orang Yahudi itu tidak mempunyai suatu pegangan. Disebutkan di atas bahwa mereka berani bersumpah, bahkan berjanji dengan sepayah- payah bersumpah, artinya untuk membuktikan bahwa mereka benar. Bertambah tidak benar apa yang mereka janjikan itu bertambah hebatlah sumpah mereka. 52 Sombong adalah perilaku yang menolak kebenaran dan meremehkan mereka dengan anggapan kepandaiannya lebih baik dan lebih tinggi derajat maupun pangkatnya daripada yang lain. Sombong pada prinsip dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan: a. Sombong terhadap Tuhan 50 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1982.hal:186. 51 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:260. 52 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1984.hal:266. b. Sombong terhadap Rasul dan kebenaran c. Sombong terhadap manusia Akibat dari kesombongan itulah ia akan mendapat ancaman siksa dari Allah SWT., seperti halnya terdapat dalam surat Az-Zumar ayat 60, An-Nahl ayat 29, 23, Al-Baqarah ayat 34, Luqman ayat 7, dan sebagainya. Firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 60:                 Dan pada hari kiamat akan engkau lihat orang-orang yang berbuat dusta atas Allah, mukanya akan dihitamkan. Bukankan di dalam neraka jahannam tempat tetap bagi orang-orang yang menyombongkan diri?. 53 Ungkapan kata muka dihitamkan ini banyak juga terpakai dalam kata-kata sehari- hari. Orang yang dikuras, dibuka rahasianya di muka hakim, diseimbahkan akan dijemur di muka umum kesalahan yang telah diperbuatnya meskipun dia telah mencoba mengemukakan berbagai daih untuk mengelak, dengan jawaban yang berbelit-bekit, hitamlah mukanya karena telah terbongkar rahasianya dan terbuka kehinaannya. Maka akan hitamlah wajah orang-orang yang di masa hidupnya telah berdusta terhadap Allah itu, karena diri mereka telah dihinakan. Kedudukan yang menterang masa di dunia fana tidak ada harga lagi, walaupun sebesar zarrah. Sesungguhnya muka yang dihitamkan adalah sebagian imbalan dari sikap sombong di waktu hidup di dunia dahulu. Orang-orang yang sombong itupun selalu terbayang kesombongannya pada raut mukanya. Maka muka yang dihitamkan ialah timbalan dari muka yang memperlihatkan kesombongan di kala hidup di dunia. 54 3. Melakukan sihir untuk menipu daya, dalam surat Thaha ayat 64.            Maka himpunkanlah segala tipudaya sihir kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini. 55 Sihir disini adalah suatu tata cara perbuatan bertujuan untuk menandingi orang lain, menghancurkannya dengan jalan minta bantuan pada setan. Banyak perbuatan yang tergolong 53 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1982.hal:78. 54 Hamka, TafsirAl –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1982.hal:80 55 Hamka, Tafsir Al –Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta 1988 .hal:174.