Observasi Wawancara HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang hasil-hasil penelitian yang telah di lakukan di Perpustakaan Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat Nasional Jakarta, baik itu dari hasil pengamatan penulis observasi, hasil wawancara dengan petugas perpustakaan dan kepala sekolah, dan yang terakhir dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada semua siswai SMLB kelas 1,2 dan 3. Adapun lebih lengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:

A. Observasi

Metode yang pertama adalah Pengamatan lapangan Observasi dilakukan di Perpustakaan Sekolah Luar Biasa dengan menggunakan peninjauan secara langsung dalam waktu satu minggu. Observasi dilaksanakan dengan cara melihat keadaan perpustakaan dari semua sisi yang dillakukan secara keseluruhan mulai dari ruangan dan semua aktivitas yang terjadi di perpustakaan. Dari pengamatan yang telah penulis lakukan, tidak banyak data yang penulis peroleh karena tidak banyak juga aktivitas yang terjadi di perpustakaan. Kondisi perpustakaan yang kurang baik, buku-buku masih terlihat menumpuk karena kurangnya lokasi dan rak untuk penyimpanan koleksi, pada awalnya perpustakaan mempunyai lahan yang cukup luas, tata letak buku sudah rapi, sistem pelayanan berjalan sebagaimana mestinya, akan tetapi karena kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah mengharuskan perpustakaan berpindah tempat, itu menyebabkan sistem yang sudah berjalan dengan cukup baik harus dimulai lagi dari awal dengan kondisi yang berbeda. Tapi hal itu tidak 66 menyurutkan semangat pengelola perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan Sekolah Luar Biasa Pembina menjadi benar-benar pembina bagi perpustakaan Sekolah Luar Biasa lainnya.

B. Wawancara

Metode yang kedua adalah dengan menggunakan metode wawancara.Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua nara sumber yaitu dari pihak perpustakaan dan pihak sekolah, dari pihak perpustakaan adalah pengelola perpustakaan dan dari pihak sekolah adalah kepala sekolah. Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk mengetahui bagaimana peranan perpustakaan sekolah dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi, dan upaya-upaya apasaja yang telah dilakukan untuk mewujudkannya. Berikut adalah kesimpulan dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan, pengolahannya disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pengelola perpustakaan tentang peran perpustakaan sekolah luar biasa dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra. Bagi instansi seperti sekolah, peran perpustakaan adalah sangat penting karena merupakan sarana yang disiapkan sebagai penunjang bagi proses pembelajaran di sekolah. Perpustakaan termasuk fasilitassarana penting bagi sekolah, sekolah tanpa perpustakaan rasanya kurang memberikan warna dalam pendidikan, sebagaimana pepatah mengatakan “buku adalah gudangnya ilmu” dan menurut pendapat pengelola perpustakaan “perpustakaan” adalah merupakan gudangnya menggali ilmu, hal ini karena hanya ada diperpustakaanlah berbagai buku yang dapat dibaca oleh para 67 siswa dan guru dalam menambah pengetahuan dan wawasannya. Sehingga perpustakaan di sekolah menjadi penting untuk diselenggarakan. Di SLB-A Pembina Tingkat Nasional, Perpustakaan sangat dibutuhkan karena pada umumnya peserta didik adalah tunanetra yang buku-bukunya tidak dijual di toko seperti halnya buku umum lainnya, itu adalah satu-satunya cara untuk menambah wawasan-pengetahuannya di samping informasi dari guru di kelas atau masyarakat, mereka juga harus banyak membaca di perpustakaan dan meminjam buku-buku yang diperlukannya untuk dibaca di rumah. Dan perpustakaan sangat menunjang di dalam proses pembelajaran di sekolah. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan literasi informasi bagi anak tunanetra untuk saat ini belum ada, karena berbagai macam kendala yang menyebabkan tidak maksimalnya fungsi perpustakaan. Diantaranya adalah tidak adanya petugas khusus lulusan perpustakaan yang menjadi pengelola perpustakaan, yang ada sekarang adalah guru yang ditugaskan menjadi pengelola perpustakaan, kendala lainnya adalah sering berpindah-pindahnya lokasi perpustakaan sehingga mengakibatkan sistem yang sudah tertata dari segi pelayanan, dan program-program perpustakaan menjadi tidak kondusif karena harus mengulang penataan dari awal lagi.

C. Kuesioner