Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p= 0,035 p0,05 artinya ada perbedaan bermakna proporsi sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis. Penderita sumber biaya umum,penatalaksanaan medis tertinggi tanpa operasi berbeda dengan sumber biaya program pemerintah penatalaksanaan medis yang tertinggi adalah dengan operasi.

6.8.4. Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur

Lama rawatan rata – rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 10.53 8.33 2 4 6 8 10 12 Terbuka Tertutup J e n is f ra k tu r lama rawatan rata - rata hari Grafik 6.16 Diagram Bar Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Pada grafik 6.16 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata penderita fraktur jenis terbuka yaitu 10,5 10 hari dan fraktur jenis tertutup dengan lama rawatan rata – rata 8,33 8 hari. Berdasarkan hasil uji t test diperoleh nilai p = 0,147 p0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata – rata berdasarkan jenis fraktur. Lama rawatan penderita fraktur tertutup dengan fraktur terbuka tidak jauh berbeda 8 hari vs 10 hari. Universitas Sumatera Utara

6.8.5. Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata – rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 11.3 5.27 4 2 4 6 8 10 12 Pulang berobat jalan Pulang Atas Permintaan Sendiri Meninggal K e a d a a n S e w a k tu P u la n g Lama Rawatan Rata -Rata Grafik 6.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Pada grafik 6.17 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata penderita fraktur yang paling lama adalah keadaan pulang berobat jalan yaitu11,3 11 hari. Berdasarkan Test of Homogeneity of Variances, nilai p = 0,011 p0,05 yang berarti varians berbeda sehingga analisis dilanjutkan dengan uji Kruskal–Wallis. Berdasarkan hasil uji Kruskal – Wallis diperoleh nilai p = 0,000 p0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Penderita fraktur dengan pulang berobat jalan secara bermakna memiliki lama rawatan rata-rata lebih lama dibanding dengan penderita yang pulang atas permintaan sendiri dan yang meninggal 11,3 vs 5,27 vs 4 hari. Universitas Sumatera Utara 6.8.6. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 26.1 65.9 100 73.9 34.1 20 40 60 80 100 120 PBJ PAPS Meninggal Keadaan Sewaktu Pulang P ro p o rs i Umum Program Pemerintah Grafik 6.18 Diagram Bar Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Pada grafik 6.18 dapat dilihat bahwa penderita yang pulang berobat jalan, proporsi sumber biaya yang tertinggi adalah program pemerintah sebanyak 73,9. Penderita fraktur yang pulang atas permintaan sendiri memiliki proporsi sumber biaya yang terbanyak adalah umum 65,9. Hal ini kemungkinan disebabkan biaya pengobatan fraktur selama di rumah sakit cukup mahal sehingga penderita pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri dikarenakan penderita lebih memilih dirawat di dukun patah tulang atau melakukan pengobatan tradisional. Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 yang mempunyai expected count 5. Universitas Sumatera Utara 6.8.7. Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur Proporsi jenis kelamin berdasarkan penyebab fraktur dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 68.9 70.8 31.1 29.2 10 20 30 40 50 60 70 80 KLL Non KLL Penyebab Fraktur P ro p o rs i Laki - laki Perempuan Grafik 6.19 Diagram Bar Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa penyebab fraktur KLL, proporsi terbesar adalah laki – laki sebesar 68,9 dibanding perempuan 31,3. Penyebab fraktur Non KLL, proporsi terbesar adalah laki – laki 70,8 dibanding perempuan 29,2. Tingginya proporsi penderita laki – laki kemungkinan disebabkan aktivitas dan pergerakan yang lebih tinggi pada laki – laki dibanding perempuan sehingga lebih berisiko mengalami kecelakaan atau trauma lain yang dapat mengakibatkan fraktur. Universitas Sumatera Utara Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,854 p0,05 berarti tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan penyebab fraktur. Proporsi terbesar penyebab fraktur KLL dan Non KLL adalah penderita laki – laki. 6.8.8. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Fraktur Proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis fraktur dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 70.2 66.7 29.8 33.3 10 20 30 40 50 60 70 80 Tertutup Terbuka Jenis Fraktur P ro p o rs i Laki - laki Perempuan Grafik 6.20 Diagram Bar Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penderita fraktur jenis tertutup, proporsi terbesar adalah laki – laki 70,2. Demikian pula proporsi terbesar penderita fraktur jenis terbuka adalah laki – laki 66,7. Hal ini menunjukkan bahwa penderita fraktur memang lebih banyak terjadi pada laki – laki dibanding perempuan untuk kedua jenis fraktur. Universitas Sumatera Utara Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,716 p0,05 berarti tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis fraktur. Proporsi terbesar jenis kelamin fraktur tertutup tidak berbeda dengan jenis fraktur terbuka yaitu laki – laki. 6.8.9. Jenis Fraktur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi jenis fraktur berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 76.8 70.5 23.2 29.5 100 20 40 60 80 100 120 PBJ PAPS Meninggal Keadaan Sewaktu Pulang P ro p o rs i Tertutup Terbuka Grafik 6.21 Diagram Bar Jenis Fraktur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa proporsi terbesar penderita PBJ adalah jenis fraktur tertutup 76,8, proporsi terbesar penderita PAPS adalah jenis fraktur tertutup 70,5, proporsi penderita yang meninggal adalah fraktur jenis terbuka 100. Tingginya proporsi penderita fraktur dengan jenis tertutup dengan PBJ dan PAPS karena penderita lebih memilih dirawat di rumah dan ada pula yang pergi Universitas Sumatera Utara melanjutkan pengobatan di dukun patah tulang karena masalah biaya pengobatan di rumah sakit yang lebih mahal dibandingkan pengobatan tradisional. Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 yang mempunyai expected count 5. Universitas Sumatera Utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan 7.1.1. Karakteristik Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009. Berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut : proporsi terbesar adalah kelompok umur 16 – 26 tahun 40,3, jenis kelamin laki – laki 69,3, suku Batak 51,7, agama Islam 65,8, pendidikan SMA 55,3, pekerjaan wiraswata 27,2, status perkawinan sama besar 50, sumber biaya program pemerintah 57,9. 7.1.2. Proporsi terbesar penyebab fraktur adalah kecelakaan lalu lintas 78,9. 7.1.3. Proporsi terbesar jenis fraktur adalah fraktur tertutup 73,7. 7.1.4. Proporsi terbesar letak fraktur adalah ekstremitas bawah 55,3. 7.1.5. Proporsi terbesar penatalaksanaan medis adalah operasi 55,3 7.1.6. Lama rawatan rata – rata penderita fraktur adalah 9 hari. 7.1.7. Proporsi terbesar keadaan sewaktu pulang penderita fraktur adalah pulang berobat jalan 60,5 7.1.8. Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat perbedaan umur berdasarkan penyebab fraktur, sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang, jenis fraktur berdasarkan keadaan sewaktu pulang tidak dapat dilakukan karena terdapat sel dengan expected count 5 . 7.1.9 Ada perbedaan proporsi jenis fraktur berdasarkan penatalaksanaan medis. p= 0,002 Universitas Sumatera Utara