Pencegahan Fraktur TINJAUAN PUSTAKA

2.7.5. Gangren Gas Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung – gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal.

2.8. Pencegahan Fraktur

3,14,24 Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur. 2.8.1. Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri. 2.8.2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang Universitas Sumatera Utara benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal. 2.8.3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Penderita Fraktur adalah penderita yang dinyatakan menderita patah tulang berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu status. 3.2.2. Sosiodemografi dibedakan atas: a. Umur adalah usia penderita fraktur rawat inap yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan berdasarkan rumus sturgess. 1. 5 – 15 tahun 2. 16 – 26 tahun 3. 27 – 37 tahun 4. 38 – 48 tahun 5. 49 – 59 tahun 6. 60 – 70 tahun 7. 71 – 81 tahun Karakteristik Penderita Fraktur 1. Sosiodemografi Umur Jenis Kelamin Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Sumber Biaya 2. Penyebab Fraktur 3. Jenis Fraktur 4. Letak Fraktur 5. Penatalaksanaan Medis 6. Lama Rawatan rata -rata 7. Keadaan Sewaktu Pulang Universitas Sumatera Utara