Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
bisa ditagih untuk seluruh hutang, dan pembayaran yang satu membebaskan yang lain.
99
99
Teddy Taufik, Loc.Cit, h. 37.
BAB IV PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PENJAMIN
PERSONAL GUARANTEE DI DALAM PERMOHONAN PERKARA PAILIT
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
a. Peranan Penjamin Personal Guarantee dalam Permohonan Perkara
Pailit
Pada dasarnya penjaminan pribadi merupakan bagian dari skema perjanjian penanggungan yang diatur pada KUH Perdata Bab XVII KUH
Perdata. Inti dari perjanjian penanggungan adalah adanya pihak ketiga yang setuju untuk kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
si berutang, apabila pada waktunya si berutang sendiri tidak berhasil memenuhi kewajibannya Pasal 1820 KUH Perdata. Berbeda dengan skema jaminan
lainnya, yaitu jaminan kebendaan yang memberikan hak penuh kepada kreditur atas suatu hak kebendaan spesifik apabila terjadi kegagalan pemenuhan prestasi
misal: gadai, fidusia, maka perjanjian penanggungan hanya memberikan kreditur hak umum untuk menagih kepada pihak-pihak yang telah mengikatkan diri
sebagai penanggung dalam hal kegagalan pembayaran, sehingga kedudukan kreditur yang dijamin oleh penanggung masih berada di bawah kreditur yang
dijamin oleh hak jaminan kebendaan. Pada umumnya permohonan pailit yang disertai jaminan bahwa
penanggung bersifat penjamin itu dapat timbul untuk menjamin perhutangan dari segala macam hubungan hukum. Lazimnya hubungan hukum yang bersifat
keperdataan, namun dimungkinkan juga bahwa penjamin diberikan untuk menjamin pemenuhan prestasi yang lahir dari hubungan hukum yang bersifat
hukum publik. Asalkan prestasi itu dapat dinilai dalam bentuk uang.
100
100
Prof. Dr. Ny. Soedewi Masjchoen Sofwan,SH, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok- Pokok Hukum Jaminan dan Perorangan, Yogyakarta : Liberty Offset, Cetakan III, 2003, h. 85.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Didalam perjanjian penanggungan hutang dalam permohonan pailit umumnya berisikan tentang :
101
1. Penjamin atau penanggung sebagai pihak ketiga;
2. Penjamin atau penanggung diberikan demi kepentingan dari kreditur;
3. Penjamin atau penanggung mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
debitur, jikalau debitur wanprestasi; 4.
Dalam perjanjian tersebut adanya perjanjian bersyarat. Untuk memantapkan keyakinan kreditur bahwa debitur akan secara nyata
mengembalikan pinjamannya setelah telah jatuh waktujatuh tempo dan ia dinyatakan pailit maka diperlukan adanya pihak ketiga yaitu penjamin.
Penjamin dalam kasus kepailitan adalah debitur dari kewajiban untuk menjamin pembayaran oleh debitur utama.
102
101
Teddy Taufik, Op.Cit, h. 11.
102
Imran Nating, Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, h. 33.
Seorang Penjamin berkewajiban untuk membayar utang debitur kepada kreditur manakala si debitur lalai atau
cidera janji, penjamin baru menjadi debitur atau berkewajiban untuk membayar setelah debitur utama yang utangnya ditanggung cidera janji dan harta benda milik
debitur utama atau debitur yang ditanggung telah disita dan dilelang terlebih dahulu tetapi hasilnya tidak cukup untuk membayar utangnya, atau debitur utama
lalai atau cidera janji sudah tidak memepunyai harta apapun. Maka berdasarkan ketentuan tersebut penjamin atau penanggung tidak wajib membayar kepada
kreditur, kecuali debitur lalai membayar.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Penjamin dalam hal ini adalah Personal Guarantee penjamin perorangan. Penjamin ini baru dapat dikatakan mempunyai peranan dalam hal
permohonan pailit adalah apaibila pihak debitur wanprestasi cidera janji atau dengan kata lain tidak mampu membayar 1 satu atau lebih hutang yang harus
segera dibayar atau telah jatuh waktu jatuh tempo dan dapat ditagih. Oleh karena itu, penjamin perorangan tersebut harus memenuhi apa yang telah ditinggalkan
oleh si debitur. Jadi, peranan Personal Guarantee adalah sebagai pihak ketiga yang
mengikatkan diri secara sukarela kepada kreditur untuk dapat meyakinkan kreditur tersebut bahwa debitur pasti akan dapatmampu untuk melunasi hutang-
hutangnya, walaupun kepada debitur tersebut telah dijatuhi pailit atau debitur pailit.
b. Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee dalam Permohonan
Perkara Pailit
Di dalam jaminan perorangan tidak ada benda tertentu yang diikat dalam perjanjian, karena yang diikat dalam perjanjian adalah kesanggupan pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban debitur dalam memenuhi hutang- hutangnya. Jaminan perorangan hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terikat dalam
perjanjian saja. Pihak pemberi jaminan atau penanggung hutang yang dikenal dengan
Bogrtocht. Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam hubungan hukum antara kreditur dengan debitur sebenarnya borg berkedudukan sebagai pihak ketiga,
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
namun demikian borg dengan sukarela telah mengikatkan diri sebagai debitur kepada kreditur untuk prestasi yang sama paling tidak dengan nilai yang sama
dengan debitur.
103
A B
C Pada Perjanjian yang terlibat adalah pemberi jaminan dan kreditur dalam
skema diatas berturut – turut A dan C, berdasarkan mana pemberi jaminan C kalau debitur wanprestasi bisa ditagih kreditur untuk memenuhi kewajiban
penanggungannya. Jadi pemberi jaminan juga berkedudukan sebagai debitur yang berdasarkan perjanjian penanggungannya bertanggung jawab dengan seluruh harta
kekayaannya.
Berkaitan dengan pemberian guarantee yang biasanya diminta oleh perbankan dalam pemberian kredit bank, seorang penjamin atau penanggung
yang memberikan personal guarantee dapat dimohonkan untuk dinyatakan pailit. Berdasarkan kedudukan Personal Guarantee diatas yang telah
digambarkan dengan skema, maka dapat kita ketahui sejauh mana tanggung jawab Personal guarantee dalam suatu perkara kepailitan, yaitu :
Skema seperti ini lebih dapat menggambarkan kedudukan sebagai pemberi jaminan terhadap perikatan A-B:
1. Personal Guarantee ikut bertanggung jawab atas jaminan pembayaran hutang- hutang debitur, karena Personal Guarantee ini secara tidak bersyarat telah
103
Teddy Taufik, Op.Cit, h. 28.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
menyetujui kewajibannya untuk membayar hutang ataupun ganti rugi kepada kreditur bila debitur wanprestasi yang mengakibatkan debitur tersebut
dipailitkan. Akan tetapi hal ini dapat dipenuhi oleh guarantor Personal Guarantee, sepanjang ia berada dalam keadaan mampu membayar hutang-
hutang debitur kepada krediturnya. Bila suatu waktu guarantor tersebut tidak mampu lagi menjamin pembayaran
tersebut, maka hilanglah tanggung jawabnya sebagai penjamin. 2. Personal Guarantee dalam hal perkara pailit bertanggung jawab harus
menunjuk pengganti dirinya bila ia telah tidak mampu lagi menjamin pembayaran hutang-hutang debitur.
Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pasal 1829 KUH Perdata, yang berbunyi :
“Apabila si penjamin yang telah diterima oleh yang berpiutang secara sukarela atau dasar Putusan Hakim, kemudian menjadi tidak mampu, maka harus
ditunjuk seorang penanggung baru”. Dari bunyi pasal tersebut apabila secara konkret dan objektif guarantor berada
dalam keadaan tidak mampu dan guarantor tersebut sebelumnya sudah diterima kreditur maka upaya dan tindakan yang dapat dilakukan oleh kreditur
yaitu : a. Mengajukan tuntutan agar ditunjuk guarantor baru;
b. Dan sekiranya debitur tidak berhasil menunjuk guarantor baru, secara analogis diterapkan Pasal 1830, yakni debitur menggantinya dengan
jaminan pand gadai atau hipotik.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
3. Personal Guarantee bertanggung jawab untuk dapat sebagai “cadangan” dalam hal harta debitur tidak mencukupi untuk melunasi hutang- hutangnya.
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1831 KUH Perdata yang menegaskan bahwa si penjamin Personal Guarantee tidak diwajibkan membayar kepada
kreditur, selain apabila debitur lalai dalam memenuhi prestasinya dan hutang- hutangnya sudah jatuh waktujatuh tempo dan sudah dapat ditagih, sedangkan
harta benda debitur ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya.
Namun, pada Pasal 1832 KUH Perdata memberikan pengecualian terhadap ketentuan dari Pasal 1831 KUH Perdata sehingga memberikan peluang kepada
kreditur untuk dapat menuntut langsung kepada seorang penjamin untuk melaksanakan kewajibannya melunasi hutang-hutang debitur yang telah
dilimpahkan kepadanya secara keseluruhan tanpa harus menjual harta benda debitur terlebih dahulu, dalam hal penjamin telah melepaskan hak
istimewanya untuk menuntut dilakukannya lelang sita lebih dahulu atas benda si debitur.
c. Kasus Personal Guarantee dan Tanggapan
Pengajuan permohonan pailit terhadap penanggungpenjamin guarantor merupakan hal yang cukup lumrah. Dalam praktek pada Pengadilan Niaga telah
menerima dan memutus menjatuhkan pailit dari berbagai permohonan pailit yang ditujukan baik kepada penjamin perusahaan Corporate Guarantee maupun
penjamin pribadi atau perorangan Personal Guarantee.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Contoh kasus yang berkaitan dengan Personal Guarantee yang telah diperiksa dan diputuskan Majelis Hakim Mahkamah Agung yakni putusan No. 02
KN1999. Permohonan Kasasi diajukan P.T. Kutai Kartanegara Prima Coal Jl. Letjen S. Parman Kav. 98 Jakarta Barat sebagai Pemohon Kasasi I, dan Ny. Iswati
Sugianto yang beralamat di Jl. Letjen. Suprapto No. 11 RT.026RW. 04 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat Kodya, Dati II Balikpapan sebagai
Pemohon Kasasi II, melawan Hasim Sutiono yang beralamat di Jl. Teluk Betung No.06 RT. 001RW.06 Menteng Pusat sebagai Termohon Kasasi I, dan PT. Muji
Inti Utama, Graha Irama Building Lt. 12 Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-1 Kav. 12 Jakarta Selatan sebagai Termohon Kasasi II. Dalam kasus ini, dapat dilihat bahwa
seorang penjamin perorangan Personal Guarantee dapat juga dipailitkan dalam kasus diatas yaitu Ny. Iswati Sugianto.
Perkara ini diawali ketika PT. Kutai Kartanegara Prima Coal mengadakan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 13 tanggal 13 Maret 1995 dengan
bertambahnya jumlah pemegang saham pada perusahaan tersebut, yang semula pegang sahamnya hanyalah Abdul Galib Samad sebagai Direktur Utama dan Ir. H.
Mirhanuddin Samad sebagai Komisaris, menjadi bertambah dengan masuknya Ir. Arifin Sugianto, Ny. Iswati Sugianto diangkat sebagai komisaris, dan Rusli
Sugianto sebagai pemegang saham juga pada perusahaan tersebut. Pada tanggal 19 Juli 1996 diadakan perjanjian di bawah tangan Bukti P-
1, yang intinya Hasim Sutiono Cs akan masuk sebagai pemegang saham sebanyak 61 dalam PT. Kutai Kartanegara Prima Coal dengan syarat :
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
- Menyerahkan uang sebanyak Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah sebagai
pinjaman kepada PT. Kutai Kartanegara Prima Coal untuk pembayaran uang kesungguhan pada Departemen Pertambangan dan uang itu harus dikembalikan
kepada Hasim Sutiono selama 6 bulan; dan pada tanggal 19 Juli 1996, Hasim Sutiono telah merealisir uang yang akan ia pinjamkan tersebut dengan Giro
Bilyet No. BA. 103475 dan sudah diterima langsung oleh Ny. Iswati Sugianto. -
Memberikan ganti rugi kepada Ny. Iswati Sugianto Cs sebanyak Rp. 500.000.000,- apabila ada penggantian dari investor, maka uang tersebut akan
menjadi milik bersama dengan perbandingan sesuai setoran masing-masing; -
Menyetor modal awal pada tanggal 1 Agustus 1996 sebesar Rp. 3.050.000.000,- Bukti P-2.
Walaupun Hasim Sutiono telah melakukan dan memenuhi syarat-syarat yang telah diajukan oleh Ny. Iswati Sugianto agar dapat menjadi pemegang saham
pada P.T.Kutai Kartanegara Prima Coal, akan tetapi pada kenyataannya Hasim Sutiono Cs tidak terdaftar sebagai pemilik saham setelah perusahaan tersebut
disahkan oleh Departemen Kehakiman RI, dan diduga adanya unsur-unsur kesengajaan dari Ny. Iswati Sugianto agar mengeluarkan Hasim Sutiono Cs dari
P.T.Kutai Kartanegara Prima Coal tersebut. Hasim Sutiono Cs bersedia mengundurkan diri dari PT. Kutai Kartanegara
Prima Coal asalkan perusahaan tersebut mengembalikan uang seperti yang diperjanjikan pada Akta Kesepakatan Bersama tanggal 25 Agustus 1997 Bukti P-
5, yaitu :
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
1. P.T. Kutai Kartanegara Prima Coal akan mengembalikan pinjaman sebesar
Rp. 1.000.000.000,- ditambah 2 bunga perbulan kepada Hasim Sutiono Cs, terhitung sejak tanggal 11 Juli 1996 dan pengembalian uang ini harus
dilakukan paling lambat tanggal 25 September 1997. 2.
Dalam hal ini, Ny. Iswati Sugianto bertindak sebagai Personal Guarantee atas pengembalian uang Rp. 1.000.000.000,- dan uang tersebut akan menjadi
hutang Ny. Iswati Sugianto kepada Hasim Sutiono dan pada saat pengajuan pailit ini hutang ini telah jatuh tempowaktu. Hal ini mengakibatkan
timbulnya hutang PT. Kutai Kartanegara Prima Coal Bukt i P-6A. Berdasarkan Bukti P-6A ini, dapat diketahui bahwa PT. Kutai Kartanegara
Prima Coal telah cidera janji dalam hal pengembalian uang sebesar Rp. 1.000.000.000,- dan uang tersebut sudah dapat ditagih. Perusahaan ini tidak
memenuhi kewajiban-kewajibannya seperti apa yang telah ditentukan pada pasal 1763 ayat 1 KUH Perdata mengenai persyaratan utang yang berbunyi : “Siapa
yang menerima pinjaman sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama, dan pada waktu yang ditentukan.”.
Dari kasus yang telah diuraikan di atas kedudukan Ny. Iswati Sugianto adalah sebagai Personal Guarantee penjamin perorangan dari PT. Kutai
Kartanegara Prima Coal. Mengenai penjaminpenanggung ditegaskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa :
“Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya”.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Akan tetapi, kedudukan Ny. Iswati Sugianto sebagai seorang penjamin Personal Guarantee tidaklah melaksanakan kewajibannya, yang mengakibatkan
timbulnya hutang yang telah jatuh tempowaktu dan sudah dapat ditagih. Ny. Iswati Sugianto yang juga menjabat sebagai komisaris pada PT. Kutai
Kartanegara Prima Coal juga mangkir dari segala tanggung jawabnya sebagai penjamin Personal Guarantee. Malahan ia mengadakan jual beli saham PT.
Kutai Kartanegara Prima Coal dengan PT. Muji Inti Utama pada tanggal 9 Agustus 1997 dan telah ditandatangani “Minutes of Meeting”, dimana PT. Muji
Inti Utama akan membeli saham PT. Kutai Kartanegara Prima Coal sebanyak 75 seharga Rp. 750.000.00.000,- Bukti P-7.
Berdasarkan kesepakatan dari “Minutes of Meeting” tersebut, PT. Muji Inti Utama telah menyetor uang sebesar Rp. 500.000.000,- pada tanggal 11
Agustus 1997 dan sisanya akan dilunasi setelah dilakukan study kelayakan lokasi dan seluruh dokumen-dokumen saham yang telah dibeli, diserahkan oleh PT.
Kutai Kartanegara Prima Coal penyerahan dokumen tersebut paling lambat tanggal 23 Agustus 1997 kepada PT. Muji Inti Utama. Dalam jual-beli saham ini
pun, Ny. Iswati Sugianto berkedudukan sebagai penjamin perorangan Personal Guarantee PT.Kutai Kartanegara Prima Coal Bukti P-8.
Setelah tanggal 23 Agustus 1997, ternyata PT. Kutai Kartanegara Prima Coal tidak juga menyerahkan dokumen-dokumen saham, seperti apa yang telah
diperjanjikan, dan dengan secara sepihak membatalkan jual-beli saham tersebut. Maka sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam Bukti P-7 dan Bukti P-8,
maka uang yang telah disetor oleh PT. Muji Inti Utama sebesar Rp. 500.000.000,-
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
harus dikembalikan beserta denda sebesar 25 dari uang yang telah disetor tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadi lagi hubungan hukum hutang-piutang PT.
Kutai Kartanegara Prima Coal dan hutang ini telah juga jatuh tempo serta PT. Kutai Kartanegara Prima Coal ternyata tidak mampu membayar unable to pay
debts as they fall due. Dengan demikian, PT. Kutai Kartanegara Prima Coal dapat dinyatakan
pailit karena telah mempunyai lebih dari 1 satu hutang yang dapat ditagih dan telah jatuh tempojatuh waktu, yaitu pada Hasim Sutiono Cs dan PT. Muji Inti
Utama. Hal ini juga sesuai dengan apa yang tercantum dalam UU No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dalam Pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan :
“Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
krediturnya”.
Dan arti kepailitan menurut Pasal 1 butir 1 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa :
“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan hakim pengawas sebagai mana diatur dalam Undang-undang ini”.
Dalam kedudukannya sebagai penjamin Personal Guarantee dari kedua hutang telah jatuh waktujatuh tempo dan dapat ditagih, maka Ny. Iswati Sugianto
dapat dimintakan tanggung jawabnya sebagai penjamin, yaitu ikut bertanggung jawab atas jaminan pembayaran hutang-hutang debitur PT. Kutai Kartanegara
Prima Coal, karena Personal Guarantee ini secara tidak bersyarat telah menyetujui kewajibannya untuk membayar hutang ataupun ganti rugi kepada
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
kreditur Hasim Sutiono Cs dan PT. Muji Inti Utama bila debitur wanprestasi yang mengakibatkan debitur tersebut dapat dipailitkan. Sesuai dengan apa yang
digariskan pada Pasal 1820 KUH Perdata yang merupakan dasar hukum dari adanya Personal Guarantee Penjamin Perorangan, maka pada diri Ny. Iswati
Sugianto melekat perjanjian pokok dari PT. Kutai Kartanegara, yaitu perjanjian hutang piutang, dengan demikian secara tidak langsung segala kewajiban dari PT.
Kutai Kartanegara Prima Coal berupa pemenuhan pembayaran hutang-hutang yang telah jatuh tempo dan sudah dapat ditagih, melekat juga kewajiban tersebut
dengan Ny. Iswati Sugianto, karena ia merupakan seorang penjamin Personal Guarantee dan ia dapat dituntut untuk melunasi hutang-hutang dari PT. Kutai
Kartanegara Prima Coal, bila ternyata harta kekayaan dari PT. Kutai Kartanegara Prima Coal tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya. Dalam hal
penyitaan harta pailit untuk melunasi hutang-hutang tersebut tetap didahulukan penyitaan terhadap si debitur principal PT. Kutai Kartanegara Prima Coal, baru
setelah itu sita harta terhadap Ny. Iswati Sugianto. Karena PT. Kutai Kartanegara Prima Coal sudah dalam keadaan pailit
sesuai dengan putusan Pengadilan Niaga No. 18Pailit1998PN.NiagaJkt.Pst, maka Ny. Iswati sebagai guarantornya dapat dinyatakan pailit juga karena sesuai
Pasal 1832 dalam angka 4 KUH Perdata diatur bahwa si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berhutang lebih dahulu disita dan di jual untuk
melunasi hutang jika si berhutang berada dalam keadaan pailit. Jadi, jelaslah disini bahwa Ny. Iswati Sugianto dapat dimohonkan pailit juga.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Permohonan kasasi ini merupakan upaya hukum terhadap putusan Pengadilan Niaga No. 18Pailit1998PN.NiagaJkt.Pst. yang diajukan Termohon I
yakni PT. Kutai Kertanegara Prima Coal dan Termohon II yakni Ny. Iswati Sugianto karena telah dinyatakan pailit.
Kasasi dalam tingkat Makhamah Agung ini diajukan oleh para pemohon kasasi, karena adanya keberatan-keberatan dalam memori kasasinya adalah
sebagai berikut : 1.
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah salah menerapkan hukum : a.
Identitas Termohon I Pemohon Kasasi I kabur sebab dalam permohonan disebut “PT. KUTAI KERTANEGARA PRIMA COAL” padahal
berdasarkan Akta Pendirian Nomor 144 tanggal 26 Juli 1996 nama yang sebenarnya adalah PT. Kutai Kartanegara Prima Coal;
b. Bahwa demikian pula identitas termohon II kaburkeliru karena disebutkan
sebagai Komisaris pada PT. Kutai Kartanegara Prima Coal padahal Termohon II adalah komisaris dari PT. Kutai Kartanegara Prima Coal;
c. Karena kesalahan itulah, Termohon I permohonan kasasi I tidak pernah
dipanggil dan tidak pernah menghadap persidangan.
2. Salah menerapkan hukum pembuktian :
a. Bahwa bukti P.1 surat perjanjian dibawah tangan bukti P.2 adendum
perjanjian tanggal 29 Juli 1996 dan bukti P.3 perubahan anggaran dasar PT. Kutai Kartanegara Prima Coal tidak dapat dijadikan sebagai bukti
adanya utang piutang yang jatuh tempo dan dapat ditagih serta tidak
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
membukt ikan bahwa termohon dalam keadaan berhenti membayar insolventie;
Bahwa menurut Pemohon Kasasi, Kepailitan baru dapat terjadi apabila : 1.
Ada akte authentik perjanijian kredit antara kreditur dan debitur; 2.
Telah ada akte pengakuan utang dari debitur yang dibuat tanpa tekanan termasuk tekanan ekonomi, sosial, fisik, mental dalam bentuk apapun;
3. Debitur dalam keadaan berhenti membayar yang harus dibuktikan oleh
kreditur melalui pemeriksaan pengadilan vide pasal 110 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11995 tentang perseroan terbatas.
b. Bahwa dari bukti-bukti yang diajukan ternyata tidak satu buktipun yang memenuhi syarat atau dapat membuktikan adanya keadaan seperti diuraikan
tersebut di atas, tetapi bukti-bukti tersebut hanya membuktikan adanya jual beli saham.
3. Permohonan Pailit terlalu premature : a.
Bahwa berdasarkan akte nomor 144 tanggal 26 Juli 1996 Termohon kasasi I adalah pemegang saham PT.
KUTAI KARTANEGARA PRIMA COAL sebesar 61 yang dalam akte tersebut telah disebutkan bahwa
Termohon kasasi I telah menyetor nilai sahamnya, akan tetapi sampai saat ini Termohon I belum menyetor
kewajibannya tersebut, sehingga sebenarnya termohon kasasi I tidak mempunyai saham dalam permohonan
kasasi I;
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
b. Bahwa berdasarkan berita acara rapat tanggal 01
Agustus 1997 bukti T-1 – T II-1 para Pemohon kasasi dan Termohon kasasi I akan menjual saham pada
Termohon kasasi I kepada pihak ke III dan hasilnya akan dibagi sesuai perimbangan penjualan saham
tersebut sampai saat ini belum dilaksanakan; Termohon kasasi I belum membayar ganti rugi sebesar Rp. 500.000.000,- kepada
Pemohon kasasi II karena itu termohon kasasi I belum melaksanakan prestasinya; Termohon kasasi II belum melaksanakan kewajibannya untuk melaksanakan
kewajibannya untuk melakukan study kelayakan sebagaimana disepakati dalam “Minutes of meeting sale and purchase of share holding in PT. Kutai Kartanegara
Prima Coal” tanggal 9 Agustus 1997 bukti T-1 Dan T.II-7; Termohon kasasi II telah mengajukan gugatan pembatalan jual-beli saham di
Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan Register Nomor 265Pdt.G1998PNJkt.Bar. yang sampai sekarang belum diputus. Bahwa dengan
demikian utang baru bisa timbul setelah adanya pembatalan jual-beli saham tersebut;
4. Telah salah menerapkan hukum tentang “utang” : a.
Bahwa hubungan antara Pemohon II dengan Termohon I dan II dalah hubungan hukum jual beli saham PT. Kutai Kartanegara Prima Coal dan
bukan hubungan hukum pinjam meminjam uang;
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
b. Bahwa karena itu tidak dapat dijadikan dasar permohonan pailit sesuai
pendapat Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 2 Desember 1998 nomor 03KN1998 yang antara lain mempertimbangkan :
1. Bahwa hubungan hukum antara kreditur dan debitur adalah
hubungan hukum perikatan jual-beli, bukan utang piutang; 2.
Hubungan hukum pengikatan jual beli adalah merupakan perikatan antara konsumen dan produsen bukan pinjam-meminjam dalam
pengertian utang”; 5.
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah mengabulkan lebih dari yang dimohon karena dalam pertimbangannya mempertimbangkan bahwa sekalipun tidak
menunjuk secara tegas dasar hukum dan kaitannya dengan kasus posisi, akan tetapi Pengadilan Niaga tetap mengabulkan permohonan pailit;
6. Bahwa pemohon dalam permohonannya mendalilkan bahwa pemohon adalah
pemegang saham sebesar 61 sehingga berdasarkan Pasal 110 ayat 1 dan ayat 2 seharusnya kalau pemohon merasa dirugikan maka Ia dapat mengajukan
permohonan untuk RUPS kepada direksi; Atas permohonan kasasi, Majelis Hakim Mahkamah Agung memutuskan
menolak permohonan kasasi dari para Pemohon kasasi yaitu : PT. Kutai Kartanegara Prima Coal dan Ny. Iswati Sugianto, dan menghukum para Pemohon
Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi tersebut sebesar Rp. 2.000.000,- dua juta rupiah.
Dalam pertimbangan putusan Mahkamah Agung dinyatakan bahwa putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak bertentangan dengan hukum
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
danatau Undang-undang, maka dengan ditolaknya permohonan kasasi yang diajukan oleh PT. Kutai Kartanegara Prima Coal dan Ny. Iswati Sugianto
Pemohon Kasasi I II, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Kutai Kartanegara Prima Coal dan Ny. Iswati adalah PAILIT sesuai dengan putusan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN