Syarat – Syarat Kepailitan TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN

Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 akan tetapi kehilangan untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan didalam kepailitan terhitung sejak pernyataan kepailitan itu. 34

C. Syarat – Syarat Kepailitan

Untuk dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debitur haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundangan kepailitan yang berlaku. Dalam menyatakan debitur pailit tidak cukup hanya mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga oleh si kreditur. Ada hal-hal lain yang menjadi syarat utama yang ditetapkan oleh undang-undang supaya debitur dapat dimohonkan pailit. UU No.37 Tahun 2004 dalam Pasal 2 ayat 1 berikut penjelasannya menyebutkan: “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya”. Penjelasannya: “Bahwa yang dimaksud dengan hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih adalah kewajiban untuk membayar hutang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbitrase”. Suatu perusahaan dikatakan pailit atau istilah populernya adalah “bangkrut” mana kala perusahaan atau orang pribadi tersebut tidak sanggup atau tidak mau membayar utang-utangnya. Oleh karena itu dan pada pihak kreditur 34 Rahayu Hartini, Loc.Cit, h. 15. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 ramai-ramai mengeroyok debitur dan saling berebutan harta debitur tersebut, hukum memandang perlu mengaturnya, sehingga utang-utang debitur dapat di bayar secara tertib dan adil. Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan Kepailitan debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dengan putusan hakim dinyatakan dalam keadaan pailit. Dan menurut Pasal 6 ayat 5 Peraturan Kepailitan, kepailitan itu diucapkan bilamana secara sumair terbukti adanya peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan yang menunjukkan bahwa keadaan berhenti membayar itu ada. 35 Agar seorang debitur dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, maka berbagai persyaratan juridis harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: Apa yang menjadi ukuran bagi “keadaan berhenti membayar” itu tidak dapat diketemukan dalam undang-undang dan para sarjana serta jurispudensi juga tidak bersesuaian pendapat mengenai hal itu. Hanya ada pedoman yang umumnya dipakai yaitu bahwa untuk pernyataan kepailitan tidak perlu ditunjukkan bahwa debitur tidak mampu untuk membayar utangnya dan tidak dipedulikan apakah berhenti membayarnya itu sebagai akibat dari tidak dapat atau tidak mau membayar. 36 a. Debitur tersebut haruslah mempunyai lebih dari 1 satu utang; b. Minimal 1 satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih ; 35 Ny. Siti Soemarti Hartono, Pengantar hukum Kepailitan dan Penundaan pembayaran, Jogjakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1983, h. 8. 36 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, h. 75. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 c. Permohonan Pailit dimintakan oleh pihak yang diberikan kewenangan untuk itu. Ad. a : Debitur tersebut mempunyai lebih dari 1 satu utang atau lebih dari 1 kreditur. Keharusan adanya lebih dari satu utang atau lebih dari satu kreditur merupakan persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004, yang merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata yang berbunyi : ”Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para kreditur itu ada alasan- alasan sah untuk didahulukan”. Rumusan tersebut memberitahukan bahwa pada dasarnya setiap kebendaan yang merupakan sisi positif harta kekayaan seseorang harus dibagi secara adil kepada setiap orang yang berhak atas pemenuhan perikatan individu ini, yang disebut dengan nama kreditur. Dengan dinyatakannya kepailitan atas debitur pailit, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 21 juncto Pasal 24 Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 dengan diputuskannya pernyataan pailit, debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannnya yang dimasukkan dalam kepailitan terhitung sejak tanggal kepailitan itu, termasuk juga untuk kepentingan perhitungan hari pernyataan itu sendiri, yang meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat pernyataan pailit itu dilakukan, beserta semua kekayaan yang diperoleh selama kepailitan. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 Ini berarti terhitung sejak tanggal pernyataan pailit dijatuhkan, terjadi penyitaan umum oleh pengadilan atas seluruh harta kekayaan debitur pailit tersebut dan selanjutnya pengurusan harta kekayaan debitur akan dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas. 37 Alasan mengapa seorang debitur tidak dapat dinyatakan pailit jika ia hanya mempunyai seorang kreditur adalah bahwa tidak ada keperluan untuk membagi aset debitur di antara para kreditur. Kreditur berhak dalam perkara ini atas semua aset debitur. Hal ini dapat dimaklumi karena dalam kepailitan, yang terjadi sebenarnya sita umum terhadap semua harta kekayaan debitur yang diikuti dengan likuidasi paksa, untuk nanti perolehan dari likuidasi paksa tersebut dibagi secara adil diantara krediturnya, kecuali apabila ada diantara para krediturnya yang harus didahulukan menurut ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata. 38 a Pengertian utang Ad. b : Minimal 1 satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. Untuk mengetahui pasti tentang “utang” dapat dilihat dari kata Gotisch “skulan” atau “sollen”, yang berarti harus dikerjakan menurut hukum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, utang adalah kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima, misalnya uang yang dipinjam dari orang lain 39 37 Ibid. 38 Imran Nating, Op.Cit, h. 24. . Dalam hukum, kewajiban ini timbul dari perikatan yang dilakukan antara para subjek hukum. Perikatan didefinisikan sebagai hubungan kekayaan atau harta benda Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 antara dua orang atau lebih, berdasarkan mana orang yang satu terhadap yang lainnya berhak atas suatu penuaian atau prestasi dan orang lain terhadap orang itu berkewajiban atas penuaian prestasi itu. Sehingga pada dasarnya perikatan merupakan suatu hubungan hukum yang terjadi antara para pihak subjek perikatan terhadap suatu objek tertentu yang disebut prestasi, yang melahirkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak . Utang pada hakekatnya merupakan kewajiban yang timbul dari perikatan dimana ada satu pihak yang berhak atas prestasi kreditur dan disisi lain ada pihak yang berkewajiban memenuhi prestasi debitur atas suatu prestasi tertentu. Dengan rumusan demikian, maka Utang yang menjadi dasar permohonan pailit termasuk utang yang timbul diluar kerangka perjanjian pinjam-meminjam uang, misalnya perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, perjanjian pemborongan, dll. Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 dinyatakan bahwa : “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur” 40 Sedangkan utang yang tidak terbayar adalah hutang pokok atau bunganya, maka kemudian yang perlu diantisipasi oleh pemerintah adalah harus segera 39 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h. 1139. 40 Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 ayat 6. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 menyiapkan sarana dan prasarananya yakni lembaga peradilannya, hakimnya, untuk menyelesaikan perkara kepailitan tersebut. 41 b Pengertian jatuh waktu dan dapat ditagih Selain syarat harus adanya hutang, syarat permohonan pernyataan pailit bahwa hutang tersebut harus telah lewat waktu dan dapat ditagih. Pengertian telah lewat waktu dan dapat ditagih apakah pengertian yang sama atau hutang yang ditagih harus lewat waktu terlebih dahulu. Sutan Remy Sjahdeni berpendapat bahwa pengertian telah jatuh waktu atau hutang yang telah “expired” dengan sendirinya menjadi hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, namun hutang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan hutang yang telah jatuh waktu. 42 Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H sependapat bahwa satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, namun suatu hutang yang sudah dapat ditagih belum tentu sudah lewat waktu. Hal ini berkaitan dengan cicilan hutang dalam perjanjian hutang piutang atau perjanjian kredit. Hutang yang telah jatuh waktu apabila jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit atas hutang piutang telah sampai pada waktunya. Sekalipun jangka waktu belum tiba hutang telah dapat ditagih yaitu apabila telah terjadi salah satu peristiwa “events of devault”. 43 Umumnya, debitur dianggap lalai jika ia tidak tahu atau gagal memenuhi kewajibannya dengan melampaui batas waktu yang telah ditentukan dalam 41 Rahayu hartini, Op.Cit, h. 19. 42 Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit, h. 69. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 perjanjian. Sehingga, untuk melihat apakah suatu hutang telah jatuh waktu dan dapat ditagih harus merujuk pada perjanjian yang mendasari hutang tersebut. 44 Menurut pasal itu, debitur dianggap lalai jika ada suatu perintah atau akta pernyataan lalainya si debitur yang dikirimkan oleh kreditur. Sehingga, wanprestasi tidak secara otomatis terjadi dan mengakibatkan dapat dituntutnya debitur terhadap ganti rugi atas tidak terpenuhinya prestasi. Namun demikian, jika merujuk pada ketentuan Buku Ketiga Pasal 1238 KUH Perdata, menyatakan : “Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menetapkan, bahwa si berhutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. 45 Sedangkan hutang yang tidak terbayar adalah utang pokok atau bunganya, maka kemudian yang perlu diantisipasi oleh pemerintah adalah harus segera menyiapkan sarana dan prasarananya yakni lembaga peradilannya, hakimnya, untuk menyelesaikan perkara kepailitan tersebut. 46 a. Panitia kreditur jika diperlukan ; Setelah permohonan pailit di kabulkan oleh hakim, maka segera diangkat pihak-pihak sebagai berikut: b. Seorang atau lebih kurator ; c. Seorang hakim pengawas. 43 Bismar Nasutioan, Sunarmi, Op.Cit, h. 26. 44 Aria Suyudi, Eryanto Nugroho, dan Herni Sri Nurbayanti, Op. Cit, h. 135. 45 Menurut Pasal 1236 KUH Perdata, debitur yang lalai wajib memberikan ganti biaya, rugi, dan bunga kepada kreditur. 46 Rahayu Hartini, Op.Cit., h. 7. 47 Zainal Asikin,Op.Cit, h. 32-33. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 Yang menjadi persoalan adalah apakah yang menjadi ukuran bagi “keadaan tidak membayar berhenti membayar tersebut” ? Hal itu tidak dijumpai perumusannya, baik dalam undang-undang maupun jurisprudensi maupun pendapat para sarjana. Hanya ada pedoman umum yang disetujui oleh beberapa orang sarjana, yaitu untuk pernyataan kepailitan tidak perlu ditunjukkan bahwa debitur tidak mampu untuk membayar utangnya dan tidak diperdulikan apakah berhenti membayar itu sebagai akibat dari tidak dapat atau tidak mau membayar. Didalam beberapa jurisprudensi telah diinterpretasikan arti keadaan berhenti membayar secara lebih luas, yakni: 47 a. Keadaan berhenti membayar tidak sama sekali dengan keadaan bahwa kekayaan debitur tidak cukup untuk membayar utangnya yang sudah dapat ditagih, melainkan bahwa debitur tidak membayar utangnya itu. b. Debitur dapat dianggap dalam keadaan berhenti membayar walaupun utang-utangnya itu belum dapat ditagih pada saat itu. Oleh karena itu, penentuan jatuh waktu hutang dan kondisi-kondisi yang menyebabkan akselerasi hutang, harus didasarkan berdasarkan kesepakatan para pihak dalam perjanjian Pasal 1338 KUH Perdata. Sehingga yang menjadi pegangan dalam menentukan apakah hutang tersebut sudah jatuh waktu dan dapat ditagih atau belum adalah perjanjian yang mendasari hubungan perikatan itu sendiri. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 Ad.c : Permohonan dimintakan oleh pihak yang berwenang Setiap debitur yang tidak mampu membayar utang-utangnya yang berada dalam keadaan berhenti membayar kembali utang-utang tersebut, baik atas permintaannya sendiri ataupun atas permintaan seorang krediturnya dapat diadakan putusan oleh hakim yang menyatakan bahwa debitur yang bersangkutan dalam keadaan pailit. Didalam Pasal 2 Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 telah dinyatakan siapa saja pihak yang berwenang untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit, yaitu : 48 1. Debitur itu sendiri; 2. Seseorang atau lebih krediturnya; 3. Kejaksaan untuk kepentingan umum; 4. Bank Indonesia BI; 5. Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM; 6. Menteri Keuangan. Selengkapnya mengenai pihak-pihak yang berwenang tersebut dalam Pasal 2 ayat 1-5 berikut ini : Ayat 1 menyatakan debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan baik atas permohonannya sendiri mupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. 48 Rahayu Hartini, Op.Cit. , h. 37. Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007. USU Repository © 2009 Ayat 2 menyatakan bahwa permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum. Ayat 3 menyatakan dalam hal debitur adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia. Ayat 4 menyatakan bahwa dalam hal debitur adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Serta ayat 5 menyatakan dalam hal debitur adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Penentuan tentang siapa pihak yang berwenang untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah sangat penting sekali untuk adanya kepastian hukum sehingga hal ini akan mencegah adanya penyalahgunaan hak, maksudnya orang yang tidak berhak atau tanpa mendapat kuasa untuk kemudian memohon putusan pailit.

D. Proses Pengajuan Permohonan Perkara Pailit