Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
11. Pihak terkasasi menyampaikan kontra memori kasasi kepada pihak
Panitera Pengadilan Niaga selama 7 tujuh hari sejak pihak terkasasi menerima dokumen kasasi.
12. Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan berkas kasasi kepada
Makhamah Agung selama 2 dua minggu sejak pendaftaran permohonan kasasi .
13. Makhamah mempelajari dan menetapkan sidang selama 2 dua hari sejak
permohonan diterima. 14.
Sidang pemeriksaan permohonan kasasi dilaksanakan 20 hari sejak permohonan kasasi didaftarkan.
15. Putusan kasasi sudah harus jatuh paling lama 60 enam puluh hari sejak
permohonan kasasi didaftarkan. 16.
Penyampaian putusan kepada pihak yang berkepentingan selama 3 tiga hari sejak putusan kasasi dijatuhkan.
17. Apabila hendak melakukan Peninjauan Kembali PK sesuai dengan
ketentuan prosedur pengajuan kasasi Pasal 14 Undang-Undang No.37 Tahun 2004.
E. Akibat Hukum Kepailitan
Pada dasarnya, sebelum pernyataan pailit, hak-hak debitur untuk melakukan semua tindakan hukum berkenaan dengan kekayannya harus
tanggal 14 Januari 2006.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
dihormati. Tentunya dengan memerhatikan hak-hak kontraktual serta kewajiban debitur menurut peraturan Perundang-undangan.
50
Kepailitan mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah
dimasukkan ke dalam harta pailit. “Pembekuan” hak perdata ini diberlakukan oleh Pasal 22 Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 terhitung sejak saat
keputusan pernyataan pailit diucapkan. Hal ini juga berlaku bagi suami atau isteri dari debitur pailit yang kawin dalam persatuan harta kekayaan.
51
Semenjak pengadilan mengucapkan putusan kepailitan dalam sidang yang terbuka untuk umum terhadap debitur, maka hak dan kewajiban si pailit beralih
kepada kurator untuk mengurus dan menguasai boedelnya. Akan tetapi si pailit masih berhak melakukan tindakan-tindakan atas harta kekayaannya, sepanjang itu
tidak membawa atau memberikan keuntungan atau manfaat bagi boedelnya. Hak debitur untuk melakukan segala sesuatu tindakan hukum yang
berkenaan dengan kekayaannya sebelum pernyataan pailit harus dihormati. Namun keadan itu akan berubah ketika debitur dinyatakan pailit oleh putusan
Pengadilan Niaga, maka debitur demi hukum kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaanya. Dan terhitung sejak putusan pailit diucapkan
maka kewengangan debitur untuk mengurus harta kekayaan beralih kepada kurator.
50
Kartini Muliadi, Actio Pauliana dan pokok-pokok tentang Pengadilan Niaga, dalam Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Editor Rudy A. Lontoh Bandung : Alumni, 2001, h. 301.
51
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Op.Cit., h. 30.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Sebaliknya tindakan yang tidak memberikan manfaat bagi boedel, tidak mengikat boedel tersebut.
52
Sebagai konsekuensi dari ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004, maka semua perikatan antara debitur yang dinyatakan pailit
dengan pihak ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, tidak akan dan tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut
mendatangkan keuntungan bagi harta pailit.
53
Secara umum akibat pernyataan pailit adalah sebagai berikut :
54
a. Kekayaan debitur pailit yang masuk harta pailit merupakan sitaan umum atas
harta para pihak yang dinyatakan pailit. b.
Kepailitan semata mata hanya mengenai harta pailit dan tidak mengenai diri pribadi debitur pailit. Misalnya seorang tetap melangsungkan pernikahan
meskipun ia telah dinyatakan pailit. c.
Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai kekayannya yang termasuk harta pailit, sejak hari putusan pailit diucapkan.
d. Segala perikatan debitur yang timbul sesudah putusan pailit diucapkan tidak
dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika menguntungkan harta pailit. e.
Harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan semua para kreditur dan debitur dan hakim pengawas memimpin dan mengawasi pelaksanaan
jalannya kepailitan.
52
Imran Nating, Op.Cit., h. 40, lihat juga Pasal 19 dan 22 UUK No. 37 Tahun 2004.
53
Lihat Pasal 23 UUK No. 37 Tahun 2004.
54
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., h. 255.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Lebih lagi mengenai Akibat Hukum Kepailitan diatur pada bagian tersendiri pada Bab II bagian kedua mulai dari Pasal 21-Pasal 64 Undang-Undang
Kepailitan No. 37 Tahun 2004, yaitu :
A. Akibat Hukum bagi Debitur Pailit dan Hartanya. Akibat kepailitan hanyalah terhadap kekayaan debitur, dimana debitur
tidaklah berada di bawah pengampuan. Debitur tidaklah kehilangan kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali
apabila perbuatan hukum tersebut menyangkut pengurusan dan pengalihan harta bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan
diperolehnya, debitur tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta pailitnya.
55
55
Imran Nating, Op.Cit., h. 44.
Dengan pernyataan pailit, debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan,
terhitung sejak tanggal kepailitan itu, termasuk juga untuk kepentingan perhitungan hari pernyataannya itu sendiri.
Untuk kepentingan harta pailit, semua perbuatan hukum debitur yang dilakukan sebelum pernyataan pailit ditetapkan, yang merugikan dapat dimintakan
pembatalannya. Pembatalannya tersebut hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa debitur dan dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan dan
mengetahui bahwa perbuatan itu merugikan kreditur.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Yang dimaksud dengan semua kekayaan yang diperoleh selama pailit misalnya warisan. Menurut pasal 40 UUK No. 37 Tahun 2004, segala warisan
yang selama kepailitan menjadi hak debitur pailit, tidak boleh diterima oleh kurator, kecuali dengan hak istimewanya untuk mengadakan pendaftaran atau
perincian mengenai harta peninggalan. Sedangkan untuk menolak semua warisan, kurator memerlukan kuasa dari hakim pengawas.
Menurut Pasal 104 UUK No. 4 Tahun 1998, apabila nilai harta pailit yang dapat dibayarkan kepada kreditur yang diistimewakan dan kreditur konkuren
melebihi jumlah tagihan terhdap harta pailit, dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak putusan pernyataan pailit mempunyai kekuatan hukum yang tetap, hakim
pengawas dapat menetapkan : a.
Batas tanggal penjualan tagihan, b.
Hari, tanggal dan tempat rapat kreditur untuk mengadakan pencocokan utang. Penentuan waktu pelaksanaan rapat setidak-tidaknya 14 hari setelah batas
akhir pengajuan tagihan. Untuk piutang-piutang yang nilainya tidak ditetapkan atau tidak pasti, tidak dapat dinyatakan dalam uang Indonesia atau sama sekali
tidak dapat dinyatakan dengan uang, dalam pencocokan diperhitungkan menurut taksiran harga dalam uang Indonesia. Penetapan nilai piutang ke dalam mata uang
rupiah dilakukan pada tanggal putusan pernyataanpailit ditetapkan.
56
56
Rahayu Hartini, Op.Cit. , h. 106.
B. Akibat Hukum Bagi Kreditur.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Pada dasarnya, kedudukan para kreditur adalah sama paritas creditorum. Oleh karena itu, mereka mempunyai hal yang sama atas hasil eksekusi boedel
pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing pari passu prorate parte. Asas tersebut mengenal pengecualian yaitu golongan kreditur yang
memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan kreditur yang haknya didahulukan berdasarkan Undang-Undang Kepailitan dan peraturan perundangan
lainnya.Dengan demikian, asas paritas creditorum berlaku bagi para kreditur konkuren saja.
57
Lembaga penangguhan pelaksanaan hak kreditur separatis untuk memungkinkan kurator mengurus boedel pailit secara teratur untuk kepentingan
semua pihak yang tersangkut dalam kepailitan, termasuk kemungkinan tercapainya perdamaian atau untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan
harta pailit. Penangguhan eksekusi tersebut tidak berlaku terhadap tagihan kreditur yang dijamin dengan uang tunai dan hak kreditur untuk memperjumpakan
utang.
58
1 Perikatan Sepihak dan Perikatan Timbal Balik.
C. Akibat Kepailitan terhadap Perikatan-Perikatan yang telah dibuat oleh Debitur sebelum pernyataan pailit diucapkan.
Menurut Pasal 36 UUK No. 37 Tahun 2004, apabila pada saat putusan pernyataan pailit ditetapkan terdapat perjanjian timbal balik yang belum atau baru
57
Fred BG. Tumbuan, Pokok-Pokok UU Tentang Kepailitan sebagaimana diubah oleh Perpu No. 11998, dalam Penyelesaian Utang Piutang melalui pailit atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang. Editor Rudy A.Lontoh Bandung: Alumni, 2001, h. 25.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
sebagian dipenuhi, maka pihak dengan siapa debitur mengadakan perjanjian tersebut dapat meminta kepada kurator untuk memberikan kepastian tentang
kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh kurator dan pihak tersebut.
Apabila dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh kurator dan kreditur atau dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh hakim pengawas
untuk melanjutkan pelaksanaan perjanjian, namun curator tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut, maka
perjanjian berakhir dan pihak yang telah membuat perjanjian dengan debitur, dapat menuntut ganti rugi dan akan diperlakukan sebagai kreditur konkuren.
Sebaliknya apabila kurator menyatakan kesanggupan, maka pihak kreditur dengan siapa ia telah membuat perjanjian dengan debitur, dapat minta kurator
untuk memberikan jaminan atas kesanggupannya melaksanakan perjanjian tersebut.
Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mebagi perikatan ke dalam:
59
1. perikatan yang melahirkan kewajiban untuk memberikan sesuatu,
2. perikatan yang melahirkan kewajiban untuk berbuat sesuatu,
3. perikatan yang melahirkan kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu.
Terhadap perikatan–perikatan tersebut, Ilmu Hukum menggolongkan perikatan ke dalam perikatan sepihak dan perikatan timbal balik. Suatu perikatan
dikatakan sepihak, jika perikatan tersebut hanya melahirkan kewajiban atau
58
Imran Nating, Op.Cit hal 46, lihat juga pasal 56a ayat 2 UUK No.37 Tahun 2004.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
prestasi pada salah satu pihak dalam perikatan, tanpa melahirkan kewajiban atau kontra prestasi dari pihak lainnya. Sedangkan suatu perikatan disebut dengan
perikatan timbal balik jika perjanjian tersebut menerbitkan kewajiban bagi para pihak dalam perjanjian untuk melaksanakan suatu prestasi satu terhadap yang
lainnya secara bertimbal balik. Selanjutnya berdasarkan pada objek dari prestasi yang wajib dipenuhi,
secara umum prestasi tersebut dapat dibedakan ke dalam : 1.
prestasi yang hanya dapat dilaksanakan oleh debitur sendiri, 2.
prestasi yang dilaksanakan oleh oihak manapun juga dalam kapasitasnya sebagai wakil kuasa dari debitur.
Menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, prestasi yang bersifat “unik“ seperti disebutkan dalam ayat 1 tersebut di atas, meskipun tidak
seluruhnya demikian, biasanya prestasi tersebut merupakan suatu prestasi untuk berbuat sesuatu. Terhadap prestasi yang “unik” ini, putusan pernyataan pailit
mengakibatkan hapusnya perikatan demi hukum, dan pihak kreditur demi hukum pula menduduki posisi yang sama sebagai kreditur konkuren terhadap harta pailit.
Dalam hal yang demikian kurator tidak memiliki kewenangan untuk mengambil alih maupun untuk melakukan suatu perbuatan yang baik secara implisit, apalagi
eksplisit, menyatakan kehendaknya untuk tetap atau tidak melanjutkan perjanjian tersebut.
60
Sebaliknya jika kurator ternyatakan menyatakan kesanggupannya untuk melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut, maka pihak lawan dalam perjanjian
59
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, h. 31.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
diberikan hak untuk memintakan hak kepada kurator untuk memberikan jaminan atas kesanggupannya untuk melakukan perjanjian tersebut.
2 Pembatalan dan batal demi hukum
Perikatan-perikatan yang sedang berlangsung atau terdapat satu atau lebih kewajiban yang belum dilaksanakan oleh debitur pailit, sedang putusan
pernyataan pailit telah diucapkan, maka demi hukum perikatan tersebut berakhir, kecuali jika menurut pertimbangan kurator masih dapat dipenuhi dari harta
pailit.
61
Untuk dapat membatalkan suatu perbuatan hukum yang telah dilakukan oleh debitor pailit dengan pihak ketiga sebelum pernyataan pailit diucapkan, yang
merugikan harta pailit, Undang-undang Kepailitan mensyaratkan bahwa pembatalan terhadap perbuatan hukum tersebut hanya dimungkinkan jika dapat
dibuktikan pada saat perbuatan hukum yang merugikan tersebut dilakukan debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui bahwa
perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur. Kecuali perbuatan tersebut adalah suatu perbuatan hukum yang wajib dilakukannya
berdasarkan perjanjian dan atau undang-undang.
62
Di dalam Undang-Undang Kepailitan memberikan hak kepada pihak kreditur dan atau pihak-pihak lainnya yan berkepentingan untuk memintakan
permohonan pembatalan atas perbuatan-perbuatan hukum debitur pailit, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, yang bersifat merugikan,
60
Ibid.
61
Gunawan Widjaja,Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 89.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
baik harta secara pailit secara keseluruhan maupun terhyadap kreditur konkuren tertentu.
63
Segala putusan mengenai penyitaan, baik yang sudah maupun yang belum dilaksanakan, dibatalkan demi hukum, bila dianggap perlu, hakim pengawas dapat
menegaskan hal itu dengan memerintahkan pencoretan. Hal yang penting untuk ditekankan disini adalah bahwa perjanjian atau
perbuatan hukum tersebut bersifat dapat dibatalkan dan bukan batal demi hukum. Hal ini harus di kembalikan kepada prinsip dasar dari sahnya suatu perjanjian,
sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata jo Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ini berarti
sepanjang perjanjian dan atau perbuatan hukum yang dilakukan tidak menyentuh aspek objektif dari syarat-syarat sahnya perjanjian, maka perjanjian tersebut hanya
dapat dimintakan pembatalannya, atas dasar tidak terpenuhinya syarat kecakapan dan atau ketiadaan kesepakatan.
D. Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Eksekusi Atas Harta Kekayaan Debitur Pailit.
Menurut Pasal 31 Undang-Undang Kepailitan No 37 Tahun 2004, putusan pernyataan pailit mempunyai akibat, bahwa segala putusan hakim menyangkut
setiap bagian harta kekayaan debitur yang telah diadakan sebelum diputuskannya pernyataan pailit harus segera dihentikan dan sejak saat yang sama pula tidak satu
putusan pun mengenai hukuman paksaan badan dapat dilaksanakan.
62
Ibid.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Dalam pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah ada putusan pernyataan pailit, semua putusan hakim memngenai suatu bagian kekayaan
debitur apakah penyitaan atau penjualan, menjadi terhenti. Semua sita jaminan maupun sita eksekutorial menjadi gugur, bahkan sekalipun pelaksanaan putusan
hakim sudah dimulai, maka pelaksanaan itu harus dihentikan. Menurut Pasal 33 Undang-Undang Kepailitan No 37 Tahun 2004, apabila
hari pelelangan untuk memenuhi putusan hakim sudah ditetapkan, kurator atas kuasa hakim pengawas dapat melanjutkan pelelangan barang tersebut dan hasilnya
masuk dalam harta pailit.
E. Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Barang Jaminan. Menurut Pasal 56 Undang-Undang Kepailitan No 4 Tahun 1998, setiap
kreditur yang memegang hak tanggungan, hak gadai atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
kepailitan. Dalam berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan
dalam sidang peradilan, dan baik kreditur maupun pihak ke tiga dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang yang menjadi agunan.
64
Penangguhan itu tujuannya adalah:
65
a. Untuk memperbesar kemungkinan terjadinya perdamainan
b. Untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit atau
63
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Loc.Cit. , h. 33.
64
Rahayu Hartini,Op.Cit, h. 118.
65
Ibid.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
c. Untuk memungkinkan kurator melaksanakan tugas secara optimal.
Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan
dalam sidang badan peradilan, baik kreditur maupun pihak ketiga dimaksudkan dilarang mengeksekusi atau memohon sita atas barang yang menjadi agunan.
Selama jangka waktu penangguhan yaitu 90 hari sejak putusan pailit ditetapkan, kurator dapat menggunakan atau menjual harta pailit yang berada
dalam pengawasan kuartor dalam rangka kelangsungan usaha debitur, sepanjang untuk itu telah diberikan perlindungan yang wajar bagi kepentingan kreditur atau
pihak ketiga yang menuntut hartanya yang berada dalam pengawasan debitur pailit. Harta pailit yang dapat digunakan atau dijual oleh kurator terbatas pada
barang persediaan atau barang bergerak, meskipun harta pailit tersebut dibebani dengan hak agunan atas kebendaan.
66
Penangguhan tersebut tidak berlaku terhadap tagihan kreditur yang dijamin dengan uang tunai dan hak kreditur untuk memperjumpakan utang.
Kepada kreditur atau pihak ketiga yang haknya ditangguhkan dapat mengajukan permohonan kepada kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah
syarat- syarat penangguhan tersebut. Apabila kurator menolak permohonan tersebut, kreditur atau pihak ketiga dapat mengajukan permohonan tersebut
kepada hakim pengawas.
67
Dalam memutuskan permohonan yang diajukan oleh kreditur atau pihak ketiga kepada hakim pengawas, ada beberapa yang perlu dipertimbangkan oleh
66
Ibid.
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
hakim pengawas seperti ditentukan dalam ayat 9 Pasal 56 Undang-Undang Kepailitan No 4 Tahun 1998 yaitu:
68
a. Lamanya jangka waktu penangguhan yang sedang berlangsung,
b. Perlindungan kepentingan para kreditur dan pihak ketiga yang dimaksud,
c. Kemungkinan terjadi perdamaian,
d. Dampak penangguhan tersebut atas kelangsungan usaha dan manajemen
usaha debitur serta pemberesan harta pailit. Terhadap permohonan kreditur atau pihak ketiga kepada hakim pengawas,
kemungkinan keputusan hakim adalah: a.
Diangkatnya penangguhan untuk satu atau lebih kreditur dan atau, b.
Menempatkan persyaratan tentang lamanya waktu penagguhan, c.
Penetapan tentang satu atau beberapa agunan yang dapat dieksekusi oleh kreditur.
Apabila hakim pengawas menolak untuk mengangkat atau mengubah persyaratan penagguhan tersebut, hakim pengawas wajib memerintahkan agar
kurator memberikan perlindungan yang dianggap wajar atau melindungi kepentingan pemohon.
69
67
Ibid.
68
Rahayu Hartini,Op.Cit, h. 108.
69
Ibid.
6. Status Hukum Si Pailit
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
Tentang masa status atau kedudukan hukum si pailit setelah berakhirnya pemberesan ysng dilaksanakan oleh Balai Harta Peninggalan, diatur dalam Bab I
bagian kedelapan Peraturan Kepailitan. Adapun status atau keadaan hukum si pailit disini dimaksudkan adalah
gambaran tentang hak dan kewajiban si pailit setelah berakhirnya pemberesan. Dalam hal ini pengertian pemberesan tidak selalu berarti bahwa para kreditur telah
memperoleh kembali piutang mereka secara penuh seratus persen. Bilamana terjadi bahwa piutangnya para kreditur masih tersisa, maka sisa tersebut tetap
merupakan tagihan yang harus dilunasi oleh seorang pailit, dan kreditur tersebut berhak menuntutnya.
Sebaliknya apabila dalam kesempatan membicarakan daftar pembagian penutup si debitur yang berpiutang dapat mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Negeri supaya terhadapnya tidak boleh di kenakan paksaan badan mengenai hutang-hutang yang terbit sebelum pernyataan pailit berdasarkan
jatuhnya dalam kepailitan diluar kesalahannya atau karena alasan-alasan lain yang penting. Terhadap keputusan Pengadilan Negeri dalam hal ini tidak dapat diajukan
banding, dan keputusan itu dapat dijalankan atas surat asli. Berdasarkan pada uraian-uraian di atas jelaslah bahwa meskipun seseorang
telah dinyatakan pailit, orang tersebut masih mendapat perlindungan hukum. Dengan perkataan lain bahwa seseorang dinyatakan pailit masih dapat bertindak
bilamana suatu tindakan yang ditujukan kepadanya akan mengakibatkan kerrugian morilnya. Di samping itu pula, hal-hal yang membawa keuntungan bagi harta
boedel masih dapat dilakukan oleh si pailit, karena dengan keuntungan yang
Anju Ciptani Putri Manik : Peranan Dan Tanggung Jawab Penjamin Personal Guarantee Di Dalam Permohonan Perkara Pailit, 2007.
USU Repository © 2009
diperoleh tersebut diharapkan dapat melunasi hutang-hutangnya yang sekaligus mempercepat proses pailit berakhir, dan selanjutnya pengembalian hak untuk
mengurus harta kekayaan sendiri sebagaimana sebelum adanya pernyataan pailit.
70
Pada dasarnya istilah jaminan itu berasal dari kata, “jamin” yang berarti, “tanggung”, sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN