Upaya Pencegahan Gizi Buruk Upaya Penanggulangan Gizi Buruk di Indonesia

LLAU, BBTB, dan LLATB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard. Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975 dan Puslitbang Gizi 1978 Kategori BBU TBU LLAU BBTB LLATB Gizi baik 100-80 100-95 100-85 100-90 100-85 Gizi kurang 80-60 95-85 85-70 90-70 85-75 Gizi buruk 60 85 70 70 75 Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik-kwashiokor dan kwashiokor. Adapun cara yang dilakukan untuk menilai status gizi anak usia 0-5 tahun adalah dengan menggunakan indeks BBU, TBU, dan BBTB. Indeks LLAU digunakan pada anak usia ½-5 tahun dan 6-17 tahun dan LLATB pada anak usia 1- 10 tahun. Setiap indeks tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing Irianto, 2007.

2.5.6. Upaya Pencegahan Gizi Buruk

Menurut Depkes RI 2000, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya gizi burukKEP berat di tingkat rumah tangga yaitu: - Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya - Ibu memberikan hanya ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan - Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun Universitas Sumatera Utara - Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan - Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya - Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatankader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan - Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

2.5.7. Upaya Penanggulangan Gizi Buruk di Indonesia

Upaya penanggulangan masalah gizi dilakukan dalam bentuk pelayanan secara langsung ke masyarakat, yaitu dilakukan dalam bentuk pelayanan gizi di puskesmas dan posyandu. Pelayanan gizi di posyandu dengan sasaran khusus ibu dan anak. Pelayanan secara tidak langsung dilakukan dalam bentuk penyuluhan gizi, fortifikasi makanan dengan vitamin, pemakaian garam beryodium serta pemanfaatan pekarangan Suhardjo, 1999. Perbaikan gizi kelompok balita dicoba dijangkau melalui Taman BALITA. Program PMT Pemberian Makanan Tambahan dan UPGK Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Di taman balita diadakan upaya rehabilitasi para penderita KKP dan melatih para ibu dan mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan balita di dalam keluarga, bagaimana mengurus dan memasak serta menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak balita. Proyek PMT berupa pemberian makanan bergizi, suplemen pada makanan anak balita yang biasa dikonsumsi untuk terapi dan rehabilitasi anak-anak yang kondisi gizinya tidak memuaskan. Kegiatan-kegiatan ini terutama ditujukan kepada Universitas Sumatera Utara masyarakat lapisan yang kurang mampu, baik di kota, tetapi terutama di daerah pedesaan. Program UPGK merupakan upaya pendidikan terpadu untuk meningkatkan produksi bahan makanan bergizi di lahan pekarangan sekitar rumah, dipergunakan untuk konsumsi meningkatkan kondisi kesehatan gizi keluarga Sediaoetama, 2008. 2.6. Kerangka Konsep Pengaruh pengetahuan ibu dan sosial ekonomi terhadap tindakan ibu dalam pencegahan gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2010 digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut: Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variabel penelitian sebagai berikut: 1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu Notoatmodjo, 2003. 2. Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel: tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu Notoatmodjo, 2005. Pengetahuan Sosial ekonomi - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Jumlah anggota keluarga Tindakan ibu dalam pencegahan gizi buruk pada balita Universitas Sumatera Utara 3. Tindakan adalah pelaksanaan atau mempraktekkan apa yang diketahui ataupun disikapinya Notoatmodjo, 2003.

2.7. Hipotesis Penelitian