Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi Menurut Unicef, yang dikutip DinKes Propinsi Sumut, 2006.
2.5.4. Gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini di derita oleh balita karena pada usia
tersebut terjadi peningkatan energi yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus bakteri Almatsier, 2003.
Adapun klasifikasi gizi buruk adalah sebagai berikut: 1. Kwashiorkor
Dengan gejala klinis: - wajah membulat dan sembab
Status Infeksi
Pola asuh
Pemberian ASIMP ASI, Pola Asuh, Penyediaan Makanan
Sapihan, Praktik Higiene Asuh
YankesKesling Ketahanan
Pangan Intake Gizi
Komunikasi, Informasi Dan Edukasi
Status Gizi Anak Balita
Universitas Sumatera Utara
- edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki dorsum pedis - pandangan mata sayu
- cengeng dan rewel - rambut kusam, pirang dan mudah dicabut
- bercak merah coklat pada kulit crazy pavement dermatosis - perubahan status mental, apatis dan rewel
- otot mengecil hipotrofi, lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk - anoreksia
- pembesaran hati - sering disertai dengan anemia, diare dan infeksi
2. Marasmus Dengan gejala klinis:
- tampak sangat kurus, tinggal tulang terbalut kulit - wajah seperti orang tua
- cengeng dan rewel - perut cekung
- iga gambang - kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada baggy
pantpakai celana longgar - disertai dengan diare kronik dan sembelit
Universitas Sumatera Utara
3. Kwashiorkor-marasmus Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan
marasmus, dengan BBU 60 baku median World Health Organization-National Centre for Health Statistics WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok
Depkes RI, 2000.
2.5.5. Penilaian Status Gizi Balita
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah
WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi PSG anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan WHO-NCHS. Pada
Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan
penggunaan baku rujukan WHO-NCHS.
Berdasarkan baku harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu: a.
Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas. b.
Gizi baik untuk well nourished c.
Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM Protein Calori Malnutrition
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan
kwasiokor. Dalam klasifikasi status gizi menurut Rekomendasi lokakarya Antropometri,
1975 serta Puslitbang Gizi, 1978 digunakan lima macam indeks yaitu: BBU, TBU,
Universitas Sumatera Utara
LLAU, BBTB, dan LLATB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard.
Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975 dan Puslitbang Gizi 1978
Kategori BBU
TBU LLAU
BBTB LLATB
Gizi baik 100-80
100-95 100-85
100-90 100-85
Gizi kurang 80-60
95-85 85-70
90-70 85-75
Gizi buruk 60
85 70
70 75
Garis baku adalah persentil 50 baku Harvard Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik-kwashiokor dan kwashiokor.
Adapun cara yang dilakukan untuk menilai status gizi anak usia 0-5 tahun adalah dengan menggunakan indeks BBU, TBU, dan BBTB. Indeks LLAU
digunakan pada anak usia ½-5 tahun dan 6-17 tahun dan LLATB pada anak usia 1- 10 tahun. Setiap indeks tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing Irianto, 2007.
2.5.6. Upaya Pencegahan Gizi Buruk