Usus Halus Disolusi TINJAUAN PUSTAKA

16 Getah yang dikeluarkan oleh sel parietal ekivalen dengan HCl 0,5 N, tetapi selanjutnya diencerkan oleh getah lainnya sehingga pH cairan lambung akhirnya mendekati 1, tetapi karena adanya pengenceran biasanya pH dapat berada antara 1 dan 3. Dalam cairan lambung konsentrasi maksimum asam klorida adalah 145 mEql.

2.4 Usus Halus

Usus halus merupakan lanjutan dari lambung yang terdiri atas 3 bagian, yaitu dodenum yang terfiksasi, jejenum dan ileum yang bebas bergerak. Diameter usus halus antara 2 – 3 cm dan panjang antara 5 – 9 m. Usus halus terdiri dari 5 lapisan melingkar, berupa lapisan otot musculus dan lapisan lendir mukosa lapisan yang paling dalam lapisan mukosa sangat berperan pada proses penyerapan obat. Duodenum dan bagian pertama jejenum mempunyai fungsi pencernaan, sedangkan bagian kedua jejenum dan mempunyai fungsi penyerapan. pH isi usus halus adalah : pH Bulbe 4 – 5 Duodenum Bag penurunan 5 – 6 Jejenum 6 – 7 Ileum 7 – 8 Adanya perbedaan pH di dalam usus merupakan pertimbangan pemilihan pH media pelarutan untuk uji sediaan oral dengan aksi terkendali, diperlambat dan terutama untuk sediaan lepas lambat yang tidak tahan asam Aiache, 1993. T. Ismanelly Hanum : Uji Pelepasan Kalsium dari dinding Kapsul Kalsium Alginat dan Pengaruh Penyimpanan Serta Viskositas Natrium Alginat Terhadap Disolusi Aspirin dari Kapsul. USU e-Repository © 2008. 17

2.5 Disolusi

Disolusi adalah proses dimana suatu zat padat menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Dalam sistem biologik disolusi obat dalam media “aqueous” merupakan suatu bagian penting sebelum kondisi absorbsi sistemik. Laju disolusi obat-obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdesintegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorbsi sistemik obat Shargel,1988. Pada tahun 1897 Noyes dan Whitney mengembangkan suatu persamaan untuk menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan disolusi yaitu : dc = K Cs – Ct dt dimana dc dt adalah laju disolusi obat, K adalah tetapan disolusi, Cs konsentrasi saturasi kelarutan maksimum, Ct adalah konsentrasi pada waktu t. Dalam percobaan mereka, Noyes dan Whitney menjaga luas permukaan konstan. namun oleh karena kondisi seperti ini tidak selamanya dapat dipraktekkan maka Brunner dan Tollozko memodifikasi persamaan diatas dengan memasukkan luas permukaan S sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut : dc = K S Cs – Ct dt Dalam penentuan laju disolusi obat dari sediaan padat maka harus dipertimbangkan beberapa proses fisikokimia. Proses ini termasuk proses pembasahan sediaan padat, penetrasi medium disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, desintegrasi dan deagregasi Abdou, 1989. T. Ismanelly Hanum : Uji Pelepasan Kalsium dari dinding Kapsul Kalsium Alginat dan Pengaruh Penyimpanan Serta Viskositas Natrium Alginat Terhadap Disolusi Aspirin dari Kapsul. USU e-Repository © 2008. 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori, yaitu : 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi : a. Efek kelarutan obat Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama dalam menentukan laju disolusi. Pada umumnya obat dalam bentuk garam yang dapat terionisasi lebih larut dalam air daripada asam atau basa bebas. Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat. b. Efek ukuran partikel Ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat. c. Efek bentuk polimorf Obat juga dapat berada dalam bentuk lebih dari 1 bentuk kristal polimorf. Struktur kristal lebih kaku, keras dan secara termodinamik lebih stabil daripada obat dalam bentuk amorf. Jadi obat dalam bentuk amorf menunjukkan laju disolusi yang lebih cepat daripada obat dalam bentuk kristal. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat meliputi : a. Faktor formulasi : bahan pengisi, penghancur, pengikat dan bahan pelicin. b. Faktor pembuatan : metode granulasi, daya kompresi 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan laju disolusi, meliputi : a. Tegangan permukaan medium disolusi. Tegangan permukaan mempunyai pengaruh nyata terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat T. Ismanelly Hanum : Uji Pelepasan Kalsium dari dinding Kapsul Kalsium Alginat dan Pengaruh Penyimpanan Serta Viskositas Natrium Alginat Terhadap Disolusi Aspirin dari Kapsul. USU e-Repository © 2008. 19 menurunkan sudut kontak, karena itu menaikkan proses penetrasi matriks oleh medium disolusi. b. Viskositas medium Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju disolusi bahan obat. c. pH medium disolusi. Obat-obat asam lemah disolusinya kecil dalam medium asam, karena bersifat noinionik, tetapi disolusinya besar pada medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut Martin, et.al.,1993 Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam melakukan uji disolusi yaitu: a. Ukuran dan bentuk wadah dapat mempengaruhi laju disolusi. Bentuk wadah dapat berupa alas bulat atau datar. b. Jumlah pengadukan dan sifat pengadukan pergerakan peristaltik saluran cerna dipertahankan pada keadaan tetap yang tentu. Kenaikan pengadukan dari media pelarut akan mengakibatkan disolusi lebih cepat. c. Suhu media disolusi. Kenaikan suhu akan meningkatkan energi kinetik molekul dan meningkatkan tetapan difusi, sehingga variasi suhu harus dihindarkan. Sebagian besar uji disolusi dilakukan pada suhu 37 o C. d. Sifat media disolusi. Media disolusi tidak boleh jenuh dengan obat. Biasanya digunakan suatu volume media yang lebih besar daripada jumlah pelarut yang diperlukan untuk melarutkan obat secara sempurna.. Media yang digunakan tergantung sifat produk obat dan lokasi di dalam saluran cerna dimana diperkirakan obat akan melarut, misalnya dapat berupa cairan HCl 0,1N; cairan lambung buatan dan cairan usus buatan. T. Ismanelly Hanum : Uji Pelepasan Kalsium dari dinding Kapsul Kalsium Alginat dan Pengaruh Penyimpanan Serta Viskositas Natrium Alginat Terhadap Disolusi Aspirin dari Kapsul. USU e-Repository © 2008. 20 Alat disolusi berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV ada dua jenis yaitu: a. Metode Keranjang Alat 1 Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37 o C ± 0,5 o selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. c. Metode Dayung Alat 2 Sama seperti Alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sedian dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sedian.

2.6 Stabilitas Disolusi