Jika setiap orang dalam perekonomian merencanakan konsumsi seperti ini, maka konsumsi agregat serupa dengan fungsi konsumsi individual. Bisanya,
konsumsi agregat tergantung pada kekayaan dan pendapatan. Oleh karena itu fungsi konsumsi perekonomian adalah:
C = gW + Y 2.15
Dimana parameter g adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari
kekayaan dan parameter adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari
pendapatan.
2.1.3 Determinan Konsumsi
Banyak faktor yang menentukan permintaan konsumsi atau pengeluaran individu atas barang-barang dan jasa-jasa dalam suatu perekonomian. Menurut
Spencer 1977:165 faktor tersebut diantaranya adalah pendapatan disposibel yang merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga, usia dari anggota keluarga,
pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan dimasa yang akan datang.
Dalam buku Survei Biaya Hidup di sebutkan bahwa pengeluaran masyarakat khususnya pengeluaran konsumsi pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Faktor yang bersifat kualitatif antara lain; tingkat pendidikan dan selera. Sedangkan yang bersifat
kuantitatif adalah jumlah pendapatan dan anggota keluarga BPS Daerah Istimewa Aceh, 1999.
Menurut Samuelson 1999:169 bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository © 2008
pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor penentu lainnya seperti faktor sosial dan
harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang. Dornbusch 1994:238 mengutip hipotesis daur hidup yang dikembangkan oleh Modigliani melihat bahwa
merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan masyarakat untuk jangka panjang dengan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin
diperoleh selama hidup mereka. Dalam serangkaian makalah yang ditulis pada tahun 1950-an Franco
Modigliani dan kolaboratornya Albert Ando dan Richard Brumberg menggunakan model perilaku konsumen Fisher untuk mempelajari fungsi konsumsi. Salah satu
tujuan mereka adalah memecahkan teka teki konsumsi. Menurut model Fisher, konsumsi tergantung pada pendapatan seumur hidup seseorang, Modigliani
menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat seseorang dapat menggerakkan pendapatan dari
masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah Mankiw, 2003:439.
Selanjutnya Sukirno 2000:101 menyebutkan bahwa disamping faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah, konsumsi rumah tangga
juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: 1.
Ekspektasi, mengenai keadaan dimasa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini, keyakinan bahwa
pada masa mendatang akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya dimasa
sekarang.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Jumlah penduduk, dalam analisis mengenai pembelanjaan agregat yang
diperhatikan adalah konsumsi penduduk Negara. Oleh sebab itu tingkat konsumsi bukan saja tergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh
seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan. 3.
Tingkat harga, dalam analisis Keynesian sederhana dimisalkan bahwa tingkat harga adalah tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan
pendapatan riel. Dalam keadaan yang demikian, apabila pendapatan meningkat 100 persen dan MPC sebesar 0,80 80 dari kenaikan
pendapatan itu akan dikonsumsikan, hal ini menunjukkan terjadi kenaikan konsumsi yang sebenarnya.
Parkin 1993:672 sependapat dengan teori-teori ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut
Parkin yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu; pendapatan disposibel
disposable income dan pengharapan terhadap pendapatan dimasa akan datang
expected future income. Penny 1994:28 menyatakan besarnya konsumsi yang dapat dinikmati
seseorang sangat tergantung pada besarnya pendapatan. Dalam hal ini konsumsi tersebut meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tertier.
Golongan yang berpenghasilan rendah cenderung berkonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Apabila pendapatan meningkat, porsi pendapatan yang akan
digunakan untuk pangan akan menurun. Nicholson 1991:77 menyatakan bahwa persentase pendapatan yang
dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel
Engel’s Law. Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan
dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan. Dengan demikian, naiknya
pendapatan, maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk
pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah Ackley, 1992:281. Kadariah 1996:21 menambahkan bahwa pada umumnya golongan yang
berpendapatan rendah mengeluarkan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan hidup yang mutlak seperti; pangan, perumahan dan sandang. Makin tinggi
pendapatan seseorang, makin kecil pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan pokok.
Delorme dan Ekulend 1993:244 menyatakan bahwa kelompok berpenghasilan tinggi mempunyai kecenderungan mengkonsumsi rata-rata
average propensity to consume yang lebih kecil daripada kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah. Pitomo 1992:2 menambahkan bahwa rumah tangga miskin pada umumnya mengeluarkan pendapatannya lebih besar untuk kebutuhan dasar,
baik yang terdiri dari kebutuhan maupun konsumsi individu makanan, pakaian, perumahan maupun keperluan pelayanan sosial tertentu air minum, sanitasi,
transportasi, kesehatan dan pendidikan.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.1.4 Pendapatan