Kerangka Konseptual TINJAUAN PUSTAKA

perindustrian dan perdagangan, koperasi, usaha kecil dan menengah, pertanian dan kehutanan, perikanan dan kelautan serta ketenagakerjaan. Ilhamuddin 2006 pada tahun 2004 pengeluaran per kapita penduduk Provinsi NAD Rp. 182.465, dimana sebagian besar digunakan untuk keperluan makanan 64,89 persen dan sekitar sepertiganya35,11 persen untuk pengeluaran bukan makanan. Pengeluaran penduduk kota relatif lebih besar Rp. 257.569 daripada penduduk desa Rp. 154.832. Sementara pengeluaran penduduk pedesaan untuk kebutuhan makanan 10 persen lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Hasil estimasi model regresi logistik menyimpulkan bahwa jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, sektor pekerjaan, status perkawinan, usia, jumlah jam kerja, dan jenis kelamin mempengaruhi kecenderungan tingkat pendapatan per kapita.

2.3 Kerangka Konseptual

Konsep variabel pengaruh pendapatan terhadap konsumsi paling banyak dijumpai dalam buku-buku makro ekonomi dan juga dalam model-model penelitian antara lain Anwar 2003, Isnawati 2000, Tokunaga 1997, Pindick R.S dan D.L Rubinfeld 1991, hampir semuanya mengadopsi teori konsumsi aliran Keynesian, yaitu: Y f C = dimana C adalah pengeluaran konsumsi dan Y adalah pendapatan. Secara linear fungsi ini dijabarkan dalam bentuk Y c c C 1 + = . Fungsi konsumsi ini didasarkan pada tiga alasan yang dikemukakan oleh Keynes yaitu; Pertama, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah antara nol dan satu. Kedua, Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik. Ketiga, KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008. USU e-Repository © 2008 Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting Mankiw, 2003:423. Menurut model Evans 1969 jika fungsi konsumsi ditambahkan laju inflasi sebagai variabel lain yang diduga turut mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran konsumsi masyarakat, sehingga model lengkapnya menjadi , P YP f C = . Dimana, C merupakan konsumsi, YP sebagai variabel pendapatan permanen dan P sebagai variabel inflasi. Secara linear model konsumsi ini dapat dikongkritkan menjadi P c YP c c C 2 1 + + = . Sementara itu Malian 2003 mencoba memasukkan variabel tingkat bunga pinjaman dalam model konsumsi yang dikembangkan, yaitu t ct dt t D M i Y C 1 13 12 11 1 ε β β β α + + − + = dimana Y D adalah pendapatan yang siap dibelanjakan, i d adalah tingkat bunga simpanan dan M c adalah impor barang konsumsi. Pendekatan model pengeluaran rumah tangga juga banyak dijumpai dalam penelitian yang berhubungan dengan kemiskinan. De Vos 1991 yang memasukkan variabel jumlah anak sebagai faktor pembeda differentiating factor. Sementara variabel pengeluaran subsistem terdiri dari; makanan, pakaian, perumahan, pengeluaran lain yang bersifat tetap, serta pengeluaran untuk pembangunan dan rekreasi. Variabel yang sama juga pernah digunakan oleh Masbar 1996 yang mengukur garis kemiskinan di Kota Banda Aceh dengan menggunakan konsep Extended Linier Expenditure System. Salah satu kesimpulan Masbar menyebutkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, semakin besar pula garis kemiskinan karena pendapatan relatif dibagi dengan anggota keluarga. KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008. USU e-Repository © 2008 Keban 1995 menganalisis variabel perbedaan letak kabupaten, letak di kota dan di desa, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan jumlah anggota keluarga sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi garis kemiskinan berdasarkan pendekatan pengeluaran. Sementara itu, Suparta 2003 dalam mengestimasi kelompok pengeluaran rumah tangga miskin, determinasinya adalah; pendapatan kepala keluarga yang siap pakai Y jumlah anak 1-6 orang D 1i -D 6i , tingkat pendidikan kepala keluarga ED 7i - ED 9i , umur kepala keluarga AG 10i -AG 12i , umur anak CH 13i -CH 15i , aktivitas ekonomi kepala keluarga AE 16i , dan jenis pekerjaan kepala keluarga JOB 17i . Darma 2003 Dengan menggunakan model yang sama seperti Suparta, jenis pengeluaran rumah tangga yang dianalisis adalah; pengeluaran makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan, perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa dan jenis pengeluaran lainnya. Berdasarkan beberapa konsep yang dikembangkan tersebut, maka kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagaimana terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini: P enge lua ra n K ons um si Rum ah T angga K Pendapatan rumah tangga PDPT Aktivitas Ekonomi KK AKE Jumlah anggota keluarga ART Tempat tinggal di pesisir D 1 Tempat tinggal di pedalaman D 2 - P enge lua ra n m aka na n K MKN - P enge lua ra n buka n m aka na n K B MK N Masyarakat Miskin KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008. USU e-Repository © 2008 Gambar 2: Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Miskin 2.4 Hipotesis S. F. Trelease memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan C. V. Good dan D. E. Scates menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger menambahkan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel Nazir, 1988. Berdasarkan latar belakang, masalah, dan tujuan penelitian, serta didukung dengan teori-teori, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara ceteris paribus. 2. Aktivitas ekonomi kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara ceteris paribus. 3. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara ceteris paribus. 4. Perbedaan lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara ceteris paribus. KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur variabel-variabel yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi rumah tangga masyarakat miskin dengan menggunakan konsep ekonomi mikro. Variabel-variabel ekonomi yang akan diteliti adalah pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar basic need dengan karakteristik ekonomi dan sosial rumah tangga sebagai faktor pembeda. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden kepala keluarga dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yang diperlukan didapat dengan menelaah berbagai publikasilaporan yang ada pada lembaga dan instansi pemerintah khususnya yang berada di Kabupaten Aceh Utara.

3.3 Metode Penetapan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga masyarakat miskin yang menetap di pedesaan dengan mata pencaharian di sub sektor pertanian dan non pertanian serta penduduk yang menetap di perkotaan. Pemilihan rumah tangga sampel untuk menjadi responden dari populasi yang ada ditentukan secara two stage KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008. USU e-Repository © 2008