Kedudukan PELAKSANAAN KEDUDUKAN DAN FUNGSI PERLINDUNGAN

C. Kedudukan

dan Fungsi Perlindungan Hukum Bagi Petugas Pemasyarakatan Berbicara mengenai “rasionalitas” maka hal itu berkaitan erat dengan hakekat, makna rasion d’etre atau landasan filosofis dari pekerjaan tersebut yang memang “ berbeda” dengan pekerjaannya lainnya, keunikan pekerjaan adalah suatu modal untuk memperoleh “penegakan hukum” atas kewenangan yang menjadi ruang lingkup profesinya. 277 Menurut Kepres Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tunjangan Pemasyarakatan dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan petugas pemasyarakatan terdiri dari petugas lapas, petugas rutan, petugas bapas dan petugas Rupbasan. Penegakan hukum di Indonesia diarahkan dalam rangka menciptakan ketertiban umum dan perbaikan sikap mental yang proses penegakannya didasarkan pada prinsip, kebenaran, keadilan dan perlindungan hak asasi manusia TAP MPR X 1998. Penegakan hukum diartikan sebagai upaya dalam rangka mengoperasionalisasikan unsur-unsur delik yang tercantum dalam suatu kaidah hukum oleh pejabat berwenang sehingga kaidah hukum tersebut menjadi konkrit dan realistik dalam rangka menilai suatu peristiwa pidana. 278 Seperti diketahui bahwa salah satu aspek dari proses penegakan hukum adalah berupa upaya paksa yang wujudnya antara lain tindakan penahanan penghukuman 277 Petrus Irwan Panjaitran Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana. Yogyakarta: Liberty, 1987. hal. 67-68. 278 Didin Sudirman, Op.Cit, hal. 128. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. dan perampasan barang yang dalam pengelolaannya menurut aturan yang berlaku termasuk KUHAP hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab Menteri Hukum dan HAM Cq. Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Pelaksanaan penahanan dan penghukuman pada hakekatnya adalah pencabutan kemerdekaan yang diberlakukan kepada seseorang berdasarkan wewenang dan cara-cara yang telah diatur dalam hukum dan peraturan yang berlaku. 279 Perlindungan terhadap hak asasi manusia yang dicabut kemerdekaannya ini terlebih pada sejauhmana cara-cara dan wewenang yang digunakan apakah sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau tidak? Atau dengan perkataan lain, dapat dikatakan manusiawi atau tidaknya pencabutan kemerdekaan seseorang sangat ditentukan oleh selembar kertas yang merupakan perwujudan personifikasi wewenang yang sah menurut hukum. Dengan demikian surat-surat penahanankeputusanvonis dari instansi kepolisian, kejaksaan dan pengadilan adalah surat-surat mutlak yang dapat dijadikan dasar pembenaran secara hukum justifikasi bagi pencabutan kemerdekaan seseorang di rutanlapas. 280 Tanpa “ selembar kertas” tersebut maka pencabutan kemerdekaan tersebut bukannya tidak manusiawi, akan tetapi dapat diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan yang diancam pidana berdasarkan Pasal 333 dan Pasal 555 KUHAP. Dalam kaitan inilah diperlukan perlindungan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang berkedudukan sebagai payung hukum sekaligus berfungsi sebagai dasar hukum bertindak legitimasi bagi petugas pemasyarakatan yang 279 Ibid, hal. 130. 280 Ibid. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. melaksanakan tugas penegakan hukum tidak hanya terhadap para tahanan yang berada di bawah pengawasannya, tapi juga dalam lingkungan tugasnya koordinasi dengan instansi penegak hukum berwenang lainnya. 281 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dan yang diundangkan pada tanggal 18 Oktober 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, pada prinsipnya hanya mengatur tentang pembinaan dan kode etik secara umum Korps Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas sebagai abdi rakyat dan abdi negara. Ruang lingkup pembinaan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil mencakup: 282 a Peningkatan etos kerja dalam rangka mendukung produktivitas kerja dan profesionalitas Pegawai Negeri Sipil. b Partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang terkait dengan Pegawai Negeri Sipil. c Peningkatan kerjasama antara Pegawai Negeri Sipil untuk memelihara dan memupuk kesetiakawanan dalam rangka meningkatkan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil. 281 Soedjono Dirdjo Sisworo, Anatomi Kejahatan di Indonesia, Bandung: Granessia, 1996, hal. 33-34. 282 Lihat Pasal 4 Butir a, b, c dan d, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. d Perlindungan terhadap hak-hak sipil atau kepentingan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Ketentuan tersebut di atas tidak tidak mengatur secara jelas masalah koordinasi tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi penegak hukum. Ketentuan tersebut hanya mengatur pembinaan personil Pegawai Negeri Sipil dalam hal etos kerja, sikap dan prilaku sebagai abdi rakyat dan abdi negara secara umum. Perangkat peraturan lainnya yang mengatur tentang Pegawai Negeri Sipil adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang diundangkan pada tanggal 30 Agustus 1980, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 50, yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati dan larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas lebih memfokuskan tentang tata perilaku dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi rakyat dan abdi negara. Kedua Peraturan Pemerintah sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan suatu ketentuan yang lebih bersifat administratif dan mengandung sanksi administratif dalam mengatur tindakan, perbuatan, prilaku dan sikap seorang Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan dalam tugas koordinasi antar sesama instansi penegak hukum, dibutuhkan suatu perlindungan hukum di bidang pidana terhadap instansi pemasyarakatan sebagai pelaksana penegak hukum yang terakhir menurut KUHAP. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. Keputusan akhir dalam menyatukan hukuman penahanan bagi seseorang tersangkaterdakwa di lembaga pemasyarakatan bukan dilakukan oleh instansi pemasyarakatan tetapi oleh instansi berwenang lainnya yaitu kepolisian, kejaksaan. Contoh instansi pemasyarakatan hanya melaksanakan keputusan penahanan tersebut, oleh karena itu tidak dapat dihindarkan hubungan koordinasi tugas antara instansi pemasyarakatan dengan instansi berwenang lainnya sebagaimana telah disebutkan di atas dalam tugas penegakan hukum tersebut. Apabila perlindungan hukum terhadap petugas pemasyarakatan tidak berkedudukan sebagai payung hukum dan berfungsi melegitimasi tindakan-tindakan petugas pemasyarakatan khususnya dalam hubungan tugas dengan instansi berwenang lainnya maka sudah dapat dipastikan akan terjadi kepincanganketidak seimbangan dalam pelaksanaan saling mengawasi tugas diantara sesama petugas penegak hukum yang berwenang. Dampak negatif lainnya adalah timbulnya keragu- raguan, rasa takutperasaan tidak aman dalam diri petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas penegakan hukum karena tidak adanya perlindungan hukum terhadap instansi pemasyarakatan, sehingga dalam praktek penegakan hukum di lapangan petugas pemasyarakatan sering menjadi korban dari perintah penahanan yang dikeluarkan oleh instansi berwenang lainnya. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedudukan dan fungsi perlindungan hukum bagi petugas pemasyarakatan adalah sebagai payung hukum sekaligus sarana untuk melegitimasi segala tindakan-tindakan petugas pemasyarakatan yang didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. dalam hubungan tugas koordinasi dengan instansi penegak hukum berwenang lainnya. Apabila kedudukan dari fungsi perlindungan hukum bagi petugas pemasyarakatan dapat berjalan dengan baik, maka akan tercipta suatu kondisi kondusif dalam hal saling kontrol antar sesama petugas instansi penegak hukum berwenang yang juga akan menciptakan iklim kondusif bagi kelancaran pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana yang diamanatkan oleh KUHAP. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009.

BAB IV AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI KETIDAKJELASAN

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

1 87 162

Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan (Tpp) Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

2 75 143

Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995

1 64 118

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LANJUT USIA DIHUBUNGKAN DENGAN TUJUAN SISTEM PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 0 1

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo).

0 0 91

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 1 90

PENGHAPUSAN REMISI BAGI KORUPTOR DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 0 22

ANALISIS KEDUDUKAN HUKUM NARAPIDANA PENDERITA HIVAIDS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 15

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN SKRIPSI

0 0 40