Akibat Hukum yang Ditimbulkan dari Ketidakjelasan Jaminan

perlengkapan kantor. Sedangkan yang dimaksud dengan pejabat teknis substantive adalah pejabat yang bidang pekerjaannya menjadi substansi dari adanya jabatan tersebut, dan pekerjaan ini tidak terdapat di departemen lain. 326 Bidang kegiatan ini adalah pembinaanpelayanan kepada pelanggar hukum yang meliputi; registrasi, bimbingan klien, bimbingan ketrampilankegiatan kerja, perawatan, bimbingan klien, bimbingan ketrampilankegiatan kerja, perawatan, bimbingan dan penyuluhan hukum, bimbingan kemasyarakatan. Di samping itu ada bidang pekerjaan yang keberadaannya sangat membantu keberhasilan tugas-tugas dari bidang substantif yakni pejabat di bidang keamanan. Dalam jaman “kepenjaraan” bidang tugas ini sedemikian sangat dipentingkan sehingga dalam pendekatan pemasyarakatan orientasi yang demikian harus sudah mulai dirubah karena justru diketahui bahwa orientasi keamanan secara potensial akan dapat menimbulkan pelecehan hak-hak asasi manusia pelanggar hukum dan bahaya residivisme. 327

C. Akibat Hukum yang Ditimbulkan dari Ketidakjelasan Jaminan

Perlindungan Hukum terhadap Petugas Pemasyarakatan Hukum merupakan sarana untuk mengatur dan mengayomi kehidupan sosial dalam segala bentuk interaksi dan stratifikasinya. 328 Namun satu hal yang menarik adalah justru hukum selalu tertinggal dari objek yang diaturnya. 329 Dengan demikian selalu terdapat gejala bahwa antara hukum dan prilaku sosial terdapat suatu jarak 326 Ibid, hal. 71. 327 Ibid, hal. 72. 328 Lili Rasyidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990, hal. 89-90. 329 Ibid. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. perbedaan yang sangat mencolok. Apabila hal ini terjadi, maka akan timbul ketegangan yang semestinya harus segera disesuaikan supaya tidak menimbulkan ketegangan yang berkelanjutan, tetapi upaya ke arah ini selalu terlambat dilakukan. Di dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain pada suatu kelompok, yang paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat dari hubungan tadi. Reaksi tersebut menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas dan dalam memberikan reaksi itu, manusia selalu memiliki kecendrungan untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain. Hal ini karena ada kebutuhan manusia akan keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya dan kenyataan untuk menjadi satu dengan suasana lingkungan di sekelilingnya. 330 Dalam membicarakan kelompok-kelompok sosial haruslah dipahami bahwa antara individu dengan individu yang lain, antara kelompok dengan kelompok lainnya merupakan satu kesatuan karena adanya kesamaan tugas, kepentingan dan juga perbedaan-perbedaan antara mereka. 331 Meskipun hukum itu menyesuaikan dengan perubahan sosial, tetapi hukum tidak boleh dijadikan alat kekuasaan penguasa, melainkan hukum itu harus dapat memenuhi kepentingan rakyat banyak. Birokrasi yang tidak sehat akan menimbulkan birokrasi yang tidak efektif, tidak efisien dalam melaksanakan penegakan hukum di masyarakat. 330 Koento Wibisono Siswomihardjo, Supremasi Hukum dalam Negara-negara Demokrasi Menuju Indonesia Baru Kajian Filosofis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 33-34. 331 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat dan Pembinaan Hukum, Bandung: Amrico, 1984, hal. 25-27. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. Lembaga pemasyarakatan sebagai salah satu instansi penegak hukum di samping kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, memiliki tugas yang dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar, yaitu: a. Tugas dalam ruang lingkup intern yaitu melakukan pengawasan, perawatan, pembinaan dan pengamanan terhadap para tahanan baik di Rutan maupun di lembaga pemasyarakatan. b. Tugas dalam ruang lingkup ekstern lintas instansi penegak hukum di mana petugas pemasyarakatan berinteraksi dengan instansi kepolisian, kejaksaan dan pengadilan di mana interaksi tersebut terjadi karena adanya persamaan tugas penegakan hukum pidana. 332 Sebagai instansi tempat dilaksanakannya penahanan terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak pidana atas perintah instansi yang berwenang mengeluarkan perintah penahanan dalam kaitannya dengan proses penyidikan kepolisian, penuntutan kejaksaan, pemeriksaan pengadilan, maupun penahanan terhadap seseorang yang kasusnya telah selesai diputus oleh pengadilan telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Maka instansi pemasyarakatan harus memiliki dasar hukum berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas tersebut. Hal ini menyangkut hak asasi setiap orang yang dianugerahkan oleh Tuhan. Hak tersebut antara lain hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak memperoleh pendidikan, 332 Muladi Barda A. Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Amrico, 1984, hal. 25-27. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. hak memperoleh pekerjaan dan hak-hak dasar lainnya yang sepenuhnya harus dilindungi dan dijamin oleh negara. 333 Dalam konteks tugas pemasyarakatan yaitu melakukan penahanan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana, ataupun orang yang telah divonis bersalah oleh pengadilan melakukan tindak pidana dan telah dijatuhi hukuman penahanan maka petugas pemasyarakatan telah diberikan kewenangan oleh negara melalui Undang-Undang untuk merampas sementara waktu hak-hak asasi manusia tersebut dengan menempatkannya di rumah tahanan atau di lembaga pemasyarakatan. Tindakanperbuatan petugas lembaga pemasyarakatan tersebut memperoleh legitimasi dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dipandang sebagai suatu perbuatan yang sesuai dengan hukum legalsah. 334 Kedudukan petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas penahanan menjadi rawan terutama saat melakukan penahanan terhadap seseorang yang masih diduga melakukan tindak pindana namun belum memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Hal ini disebabkan kewenangan mengeluarkan surat perintah penahanan ada pada instansi penegak hukum lain kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan. Apabila instansi lain tersebut keliru dalam prosedur mengeluarkan surat perintah penahanan terhadap seseorang dan prosedur penahanan yang keliru tersebut dilaksanakan juga oleh instansi pemasyarakatan maka akibat hukum dari perbuatan tersebut adalah bahwa penahanan tersebut dipandang sebagai suatu perbuatan yang melawan hukum dan tidak sah. Akibat lainnya adalah petugas pemasyarakatan yang 333 Bambang Purnomo, Op.Cit, hal. 96-97. 334 Ibid. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. melaksanakan perintah penahanan yang keliru tersebut, turut bertanggung jawab secara hukum atas kelalaian tindakannya tersebut. Dengan demikian petugas pemasyarakatan harus memiliki prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan tugas penahanan tersebut. Di sinilah letak kerawanan petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas penegakan hukum di bidang penahanan. 335 Meskipun instansi yang melakukan kekeliruan dalam mengeluarkan surat perintah penahanan bukan dilakukan oleh instansi pemasyarakatan, namun petugas pemasyarakatan turut bertanggung jawab karena memiliki andil dalam hal terlaksananya penahanan tersebut. Oleh karena itu instansi pemasyarakatan memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan terhadap surat perintah penahanan seseorang sebelum dilaksanakan penahanan tersebut. 336 Demikian pula halnya terhadap tindakan mengeluarkan seorang tahanan dan rutanlembaga pemasyarakatan atas perintah tertulis dari instansi berwenang lainnya juga menjadi titik rawan bagi petugas pemasyarakatan. Apabila ternyata terbukti surat perintah pengeluaran tahanan tersebut tidak sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku, maka petugas pemasyarakatan tersebut juga wajib bertanggung jawab secara hukum atas tindakannya tersebut. 337 Bila tindakanperbuatan petugas pemasyarakatan tidak didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai payung hukumperlindungan hukum dari tindakan perbuatan tersebut, maka akibat hukum dari semua tindakan perbuatan yang dilakukan oleh petugas pemasyarakatan baik dalam hubungannya 335 Lihat Ruslan Saleh, Op.Cit, hal. 71-73. 336 Ibid. 337 Ibid, hal. 74. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009. dengan ruang lingkup tugas intern terhadap tahanan maupun dalam ruang lingkup tugas ekstern yang berhubungan dengan koordinasi tugas dengan instansi penegak hukum berwenang lainnya, adalah tidak sahmelawan hukum dan akibatnya adalah terhadap petugas instansi pemasyarakatan tersebut dapat dilakukan penuntutan secara hukum baik pidana maupun perdata oleh pihak yang merasa dirugikan oleh tindakanperbuatan tersebut. 338 Oleh karena itu dalam hal hubungan tugas koordinasi dengan instansi penegak hukum yang berwenang lainnya, perlu dibuat suatu peraturan perundang-undangan yang memberikan perlindungan hukum yang lebih tegas terhadap petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas penegakan hukum di bidang penahanan, sehingga setiap tindakanperbuatan petugas pemasyarakatan khususnya dalam lingkup tugas ekstern melakukan tugas koordinasi dengan instansi penegak hukum yang berwenang lainnya memperoleh legitimasi yang kuat dari peraturan perundang- undangan yang berlaku. Hal tersebut akan menciptakan kedudukan yang seimbang diantara sesama petugas penegak hukum yang pada akhirnya akan melahirkan kondisi yang konstruktif dalam hal saling melakukan pengawasan checking terhadap tugas masing-masing, sehingga pelaksanaan hukum dapat berjalan dengan baik sesuai penegakan hukum yang berlaku. 339 338 Lihat Didin Sudirman, Op.Cit, hal. 151-152. 339 Ibid. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Gayatri Rachmi Rilowati : Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

1 87 162

Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan (Tpp) Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

2 75 143

Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995

1 64 118

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LANJUT USIA DIHUBUNGKAN DENGAN TUJUAN SISTEM PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 0 1

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo).

0 0 91

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 1 90

PENGHAPUSAN REMISI BAGI KORUPTOR DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 0 22

ANALISIS KEDUDUKAN HUKUM NARAPIDANA PENDERITA HIVAIDS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 15

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN SKRIPSI

0 0 40