BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian
ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
1
Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas- batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat
berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras mesin, peralatan kerja dan atau perangkat lunak metode kerja, sistem dan
prosedur. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin karena mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan kedokteran, biologi, ilmu kejiwaan psikologi dan kemasyarakatan sosiologi.
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
1
Wignjosoebroto, Sritomo.2006. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Jurusan Teknik Industri ITS. Surabaya : Guna Widya. h 54
dengan efektif, aman dan nyaman tidak hanya dalam hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur
sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan. Agar tercapai kondisi tersebut, seharusnya peralatan dan lingkungan dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia, bukan sebaliknya manusia disesuaikan dengan alat.
3.2 Manusia dan Pekerjaannya
Menurut Sutalaksana 1979, secara garis besar faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan kerja dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok faktor diri individual dan faktor-faktor situasional.
2
Kelompok faktor diri terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pekerja sendiri dan seringkali sudah ada sebelum pekerja tersebut memasuki
lingkungan kerja tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah attitude, sifat, karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman, dan lain-lain. Selain pendidikan dan pengalaman, semua faktor di atas tidak dapat diubah.
Sedangkan kelompok faktor-faktor situasional merupakan kelompok faktor luar yang terdiri atas faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar
diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan pimpinan perusahaan untuk mengubahnya. Hampir semua faktor dalam kelompok ini dapat diubah dan diatur.
Secara garis besar faktor-faktor situasional terbagi kedalam dua subkelompok yaitu faktor-faktor sosial dan keorganisasian dan faktor-faktor fisik pekerjaan.
2
Sutalaksana, I.Z., dkk., 1979, ”Teknik Tata Cara Kerja”, Bandung: Penerbit ITB. Hal 65-71