Proses Sertifikasi Tinjauan Literatur 1. ISO

33

e. Proses Sertifikasi

Menurut Indranata 2006:17 sertifikasi merupakan bentuk pengakuan dari pihak yang independen terhadap suatu organisasi yang sudah menerapkan SMM Sistem Manajemen Mutu yang dipersyaratkan. Adanya sertifikasi ini akan memberikan bukti bahwa standar benar-benar diterapkan sehingga, dengan demikian, mengurangi audit pihak kedua yang sering menyita banyak waktu dari organisasi yang bersangkutan. Dengan sertifikasi, organisasi dapat melebarkan pangsa pasarnya. Tetapi satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa sertifikasi janganlah menjadi tujuan akhir, sebab banyak organisasi yang mengejar sertifikasi karena dipersyaratkan oleh pelanggannya tanpa melakukan peningkatan kinerja sistemnya. Lembaga sertifikasi sistem mutu yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah lembaga yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional KAN. Dalam hal ini pelaksanaan proses setifikasi juga diawasi oleh KAN melalui Komite Akreditasi Instansi Teknis KAIT. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga pemberi sertifikasi, baik dari dalam ataupun luar negeri yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dan lembaga ISO Internasional. Beberapa lembaga sertifikasi yang terkait adalah Sucofindo, BVQI, Kema, QAS, ABIQA, AFAQ dan lain-lain. Sertifikasi merupakan bentuk pengakuan dari pihak yang independen terhadap suatu organisasi yang sudah menerapkan sistem 34 manajemen mutu yang menjadi acuannya. Adanya sertifikasi ini memberikan bukti bahwa standar benar-benar sudah diterapkan, tetapi suatu hal yang harus diperhatikan bahwa sertifikasi bukan tujuan akhir, sebab banyak organisasi yang mengejar sertifikat karena diminta oleh mitra kerjanya tanpa disertai upaya melakukan peningkatan atas kinerja sistemnya. Menurut Gaspersz 2005, langkah-langkah penerapan SMM ini hanya sebagai panduan yang dapat diterapkan secara bersamaan atau tidak berurut, tergantung kultur dan kematangan mutu organisasi, yaitu : 1. Memperoleh komitmen dari manajemen puncak, karena tanpa komitmen manajemen puncak, kegiatan registrasi adalah sangat tidak mungkin. 2. Membentuk Komite Pengarah Steering Committee atau Koordinator. Komite ini akan memantau proses agar sesuai dengan standar unsur- unsur dasar dalam SMM 9001:2000. 3. Melakukan pelatihan training terhadap semua anggota organisasi. 4. Memulai peninjauan ulang manajemen management review. 5. Identifikasi kebijakan kualitas, prosedur-prosedur dan instruksi- instruksi yang dibutuhkan yang dituangkan dalam dokumen-dokumen tertulis. 6. Implementasi sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000. 7. Memulai audit sistem manajemen kuaitas perusahaan. 35 8. Memilih registrar. Manajemen perlu menanyakan apakah registrar dan sertifikat ISO 9001:2000 yang dikeluarkan oleh registrar dari lembaga sertifikat itu diakui oleh Badan Akreditasi Nasional National Accreditation Body dan NACCB The National Accreditation Council For Sertification Bodies. 9. Registrasi. Jika sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 yang diimplementasikan dalam organisasi dianggap telah sesuai dengan persyaratan sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000, dan oleh karena itu dinyatakan lulus dalam penilaian, kepada organisasi itu akan diberikan sertifikat ISO 9001:2000. Masa yang berlaku sertifikat ISO 9001:2000 yang keluar registrar melalui lembaga registrasi yang terakreditasi pada umumnya adalah tiga tahun. Upaya penerapan sistem manajemen ini secara efektif maka dituntut adanya suatu kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola seluruh proses kerja yang saling berhubungan dan berinteraksi baik secara intern maupun ekstern. Salain dari pada itu, perlu kemampuan dalam meningkatkan secara terus menerus efektifitas dari proses sistem manajemen mutu, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu program berkesinambungan yang perlu didukung oleh semua personil yang terlibat dalam penerapan sistem ini. 36

f. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000