Lembaga – lembaga Fasilitator Sistem Keuangan Syariah Indonesia Macam – Macam Lembaga Keuangan Syariah

xxxv a. Lembaga Keuangan Bank Lembaga keuangan bank merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Lembaga keuangan bank secara operasional dibina dan diawasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. Lembaga Keuangan Bank terdiri dari: 1 Bank Umum Syariah Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. 19 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Menurut Undang – Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. 20 b. Lembaga Ke uangan Non Bank Lembaga keuangan non bank merupakan lembaga keuangan yang lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan non 19 Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.45 20 “Mahkamah Agung”, Panduan dan Informasi Peraturan Perundang – undangan Ekonomi dan Perbankan Syariah Indonesia t.t., t..p., t.th., xxxvi bank secara operasional dibina dan diawasi oleh departemen keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI Lembaga keuangan non bank antara lain: 1 Pasar modal capital market 2 Pasar uang Money Market 3 Perusahaan Asuransi Syariah 4 Dana Pensiun Syariah 5 Perusahaan Modal ventura. 6 Lembaga pembiayaan yang termasuk dalam lembaga pembiayaan antara lain: a Perusahaan sewa Leasing b Perusahan anjak piutang Faktoring c Perusahaan kartu plastik d Pembiayaan konsumen e Perusahaan pegadaian Rahn f Lembaga keuangan syariah mikro. Yang termasuk Lembaga keuangan syariah mikro adalah: 1 Lembaga Pengelola Zakat BAZ dan LAZ 2 Lembaga Pengelola Wakaf 3 Baitul Maal Wattamwil BMT xxxvii

C. Stakeholders Lembaga Keuangan Syari’ah

Terdapat beberapa definisi mengenai stakeholders kelompok berkepentingan dalam suatu organisasi, diantaranya: 1. Stakeholders kelompok berkepentingan dalam suatu organisasi adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian sasaran-sasaran organisasi itu. 21 2. Stakeholders adalah Pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi danatau dipengaruhi oleh perusahaan. 22 Sedangkan yang dimaksud dengan Stakeholders Islam yang berada di lembaga keuangan syariah adalah berbagai pihak yang memiliki hak dengan resiko akibat dari tindakan perusahaan baik secara sukarela maupun tidak. Sehingga stakeholders bukan hanya mereka yang hubungannya terkait secara eksplisit tertera dalam kontrak ataupun transaksi, tetapi juga mereka yang secara implisit sebenarnya memiliki keterkaitan dengan aktifitas perusahaan. Selanjutnya, Islam mewajibkan setiap perusahaan untuk menghormati unwritten codes of conduct bagi siapa saja stakeholders yang mungkin memiliki keterkaitan dengan aktifitas perusahaan. 21 R. Edward Freeman, Manajemen Strategik Pendekatan terhadap pihak-pihak Berkepentingan, cet. III, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1995, h. 52 22 Yusup Wibisono, Membedah konsep aplikasi CSR Corporate Social Responsibility, Gresik, Fascho Publishing, 2007 h. 96 xxxviii Dalam Islam, semua stakeholders harus dilindungi hak dan kewajibannya dari segala resiko yang mungkin timbul akibat dari aktifitas perusahaan. Semua stakeholders diperlakukan sebagai satu kesatuan kelompok. Oleh karena itu, Islam memiliki sebuah konsep yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan manusia berdasarkan prioritas usaha manusia. Konsep tersebut disebut dengan maslahah. Aplikasi Prinsip Maslahah menurut Imam al-Ghazali dalam bukunya al-Mus-tasfa mendefinisikan maslahah sebagai sebuah ekspresi untuk mencari manfaat dan meninggalkan mudarat. Beliau kemudian membagi tiga kategori kebutuhan manusia sebagai wujud perlindungan terhadap maslahah tersebut. Pertama, daruriyyat, yaitu kebutuhan yang paling mendasar dan harus dipenuhi untuk mencapai kelima tujuan Syariah, yang jika terganggu maka dapat mengancam kestabilan masyarakat. Kelima tujuan Syariah tersebut adalah perlindungan agama, jiwa, intelektual, keturunan, dan kepemilikan harta. Kedua, hajiyyat, adalah kebutuhan pelengkap, penyeimbang, untuk mengharmonisasikan kebutuhan dasar. Kebutuhan ini juga bertujuan untuk membuang segala kesulitan. Dan yang terakhir, tahsiniyyat. yaitu kebutuhan tambahan memperindah kehidupan untuk mencapai “kesempurnaan”. Oleh karena itu. perusahaan harus mewujudkan kebutuhan stakeholdersnya terutama yang paling mendasar. Misalnya penyelenggaraan pelatihan untuk setiap