29
kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.
3. Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit
dan bagian yang tidak berasa anestetik. 4.
Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak, kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang
menyebabkan penyumbatan hidung kongesti nasal dan epistaksis hidung berdarah namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.
5. Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak
menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada
anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS.
2.6.2 Faktor-faktor Penularan Penyakit Kusta
1. Faktor Kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh solid bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada
kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron,
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar
tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh solid saja dapat menimbulkan
penularan Depkes RI, 2002.
30
2. Faktor Imunita
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta 95. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang
tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan Depkes
RI, 2002.
3. Keadaan Lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan
meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
4. Faktor Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan
kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-
lahan menurun.
5. Faktor Jenis Kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor
fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.
2.7 Kerangka Pemikiran
31
Kesejahteraaan sosial pengemis penyandang kusta dewasa ini sangat memprihatinkan,tak jarang kondisi kelayakan hidup mereka tergantung terhadap
belas kasihan orang lain yang mana keberadaannya sering kita temui di persimpangan jalan raya kota. Keberadaan mereka di anggap mengganggu
pengguna jalan dan mengurangi keindahan kota. Tindakan rehabilitasi medis yang memperbaiki fungsi tubuh dan mengurangi kecacatan penderita, tidak membuat
penderita mampu berpartisipasi dan berintegrasi sosial sehingga kualitas hidup penderita disabilitas kusta belum meningkat.
Pemerintahtelah membuat kebijakan dalam hal penanggulangan PMKS penyandang kusta. Tetapi kesejahteraan sosial penyandang kusta masih belum
terjamin. Masalah kesejahteraan sosial pengemis penyandang kusta dalam penelitian ini dapat di tinjau dari beberapa aspek yaitu kebutuhan material,
kebutuhan spiritual, dan sosial. Melalui beberapa hal tersebutlah yang akan peneliti tinjau tentang pengemis penyandang kusta .
adapun kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :
Bagan 1 Kerangka Pemikiran
Pengemis Penyandang Kusta
Kebutuhan Material
Kebutuhan Spiritual
Sosial
32
2.8 Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian
2.8.1 Defenisi Konsep
Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis.
Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai
Kebutuhan Jasmani
a. Makan
b. Minum
c. Pakaian
d. Rumah
e. Istirahat
f. Obat-obatan
Kebutuhan Rohani
a. Pendidikan
b. Beribadah
c. Siraman Rohani
d. Hiburan
Interaksi Sosial
a. Penyandang Kusta
Dengan Sesama Penyandang Kusta
b. Penyandang Kusta
Dengan Keluarga c.
Kelompok Penyandang Kusta
Dengan Masyarakat
33
keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti Siagian, 2011:141. Konsep yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah : 1.
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 2.
Pengemis penyandang kusta adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang memiliki riwayat terkena penyakit kusta. Hidup dengan memanfaatkan
belas kasih dari orang-orang atau pengguna jalan atas ketidakberdayaannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena muncul stigma dan
diskriminasi masyarakat lain yang disebabkan oleh penyakit kusta yang di derita dan mereka sandang.
2.8.2 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah terpenuhinya kebutuhan :
1. Kebutuhan Material
Kebutuhan material adalah kebutuhan berupa alat-alat yang dapat diraba, dilihat, dan mempunyai bentuk. Kebutuhan material berwujud nyata
dan dapat dinikmati langsung. a.
Kebutuhan Jasmani Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani
atau fisik. Kebutuhan tersebut ditujukan agar badan tetap sehat dan bugar. seperti makanan, minuman, pakaian,rumah, serta istirahat yang
teratur, dan lain sebagainya.
34
2. Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan yang dihubungkan dengan benda-benda tak berwujud. Kebutuhan ini tidak bisa diraba, dilihat, dan berbentuk tetapi bisa dirasakan
dalam hati, Yaitu : a.
Kebutuhan Rohani Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan
jiwa. Seperti : siraman rohani, beribadah, menikmati hiburan, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain.
3. Sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan saling berinteraksi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat. Macam-macam interaksi sosial itu adalah: a.
Interaksi antara individu dengan individu Interaksi antara penyandang kusta dengan penyandang kusta lainnya,
saling menegur, saling berbicara, dan lain sebagainya. b.
Interaksi antara individu dengan kelompok Interaksi antara penyandang kusta dengan keluarga yang tidak terkena
penyakit kusta. c.
Interaksi antara kelompok dengan Kelompok Interaksi antara kelompok penyandang kusta dengan kelompok
masyarakat lain.
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang
diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang
36
berlangsung. Pada umumnya penelitian deskriptif sudah dilandasi oleh konsep dan teori yang memadai, hanya saja penelitian bertujuan sebatas menggambarkan
fenomena yang ada dalam setiap unsur, tetapi tidak sampai pada analisis statistik inferensial Siagian, 2011:52.
Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan suatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian
menjelaskannya dengan kata-kata. Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatakan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusu dalam suatu satuan. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan sosial pengemis penyandang kusta yang ada di Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di persimpangan ataupun traffic lightjalan Gagak Hitam Ring Road Kecamatan Medan Sunggal. Alasan peneliti melakukan
penelitian dilokasi ini karena dipersimpangan jalan Gagak Hitam Ring Road Kecamatan Medan Sunggal ini terdapat pengemis penyandang kusta yang
beroperasi meminta-minta dan memohon belas kasih pengguna jalan.
3.3 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Ia mempunyai banyak pengalaman
tentang latar penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya
37
dan kesukarelaannya dapat memberikan pendangannya dari segi orang dalam nilai-nilai, sikap dan suatu proses yang menjadi latar belakang penelitian tersebut.
Penelitian kualitatif tidak mewajibkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak terdapat adanya
populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informasi
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian Suyanto, 2005:171-172. Informan penelitian ini meliputi dua macam
informan yaitu : 1.
Informan Utama Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam penelitian ini.
Yaitu para pengemis penyandang kusta. 2.
Informan Tambahan Yaitu mereka yang dapat menguatkan informasi walaupun tidak langsung
terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat atau tetangga di sekitar tempat tinggal
pengemis penyandang kusta. Penelitian kualitatif pemilihan subjek secara acak random akan
dihindari. Mereka yang terpilih merupakan informan utama yang terlibat langsung dalam penelitian yaitu pengemis penyandang kusta dan informan tambahan Yaitu
mereka yang dapat menguatkan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Berdasarkan teori-teori diatas maka peneliti
memutuskan untuk mengambil 2 dua informan utama yaitu pengemis
38
penyandang kusta dan 2 dua informan tambahan yaitu tetanggaditempat tinggal pengemis penyandang kusta.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara atau prosese sistematis dalam pengumpulan data, pencatatan, dan penyajian fakta untuk keperluan
penelitian Sumarsono, 2004:134. Pengumpulan data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut: 1.
Teknik Pengumpulan Data Primer, Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan menggunakan instrumen sebagai berikut : a.
Pengamatan atau observasi partisipan yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek peneliti dengan mencatat
gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.
b. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pihak- pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Metode wawancara ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan oleh sih peneliti.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data,
39
menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya
dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian Moelong, 2007:54.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan
memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan
ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.
3.6 Penyajian Data
Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian
kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak berupa tabel-tabel dangan ukuran-ukuran
statistik. Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata wawancara sendiri. Selain itu hasil penelitian kualitatif juga dapat
disajikan dalam bentuk life story, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan
seseorang dengan kata-katanya sendiri Suyanto, 2005.
40
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Indonesia memiliki beberapa kota besar, yaitu salah satunya adalah Kota Medan. Kota ini juga merupakan kota terbesar yang berada di Pulau Sumatera.
41
Tepatnya adalah merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Kota Medan juga pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan pintu gerbang wisatawan
menuju objek wisata Danau Toba, Penangkaran Orang Hutan di Bukit Lawang, Penangkaran Gajah di Tangkahan, serta objek wisata Brastagi di tanah Karo.
Zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai-sungai yang melintasi
kota Medan yang bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Putih, Sei Belawan, Sei Deli, dan Sei Sulang saling.
Guru Patimpus mendirikan Kota Medan pada tahun 1590. Tahun 1833 orang Eropa yang pertama sekali mengunjungi Deli adalah John Anderson dan
menemukan kampung yang bernama Medan. Saat itu kampung ini berpenduduk 200 orang yang dipimpin oleh seseorang yaitu bernama Tuanku Pulau Berayan
yang bermukim disana untuk mengutip pajak dari sampan-sampan yang membawa lada yang menuruni sungai. Kemudian pada tahun 1886 Medan secara
resmi mendapatkan status sebagai kota, dan pada tahun berikutnya residen pesisir timur serta Sultan Deli berpindah ke Medan. Medan berubah menjadi kota penting
diluar Pulau Jawa pada tahun 1909, terutama setelah pemerintah kolonial belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Saat itu Dewan Kota
yang pertama terdiri dari dua belas anggota orang Eropa, dua orang bumi putra, dan seorang Tionghoa.
Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat
dipertemuan dua alur sungai Sungai Babura dan Sungai Deli yaitu suatu wilayah yang disebut dengan Medan Putri. Tujuan kedatangan Neinhuys ke Deli adalah
42
sebagai suatu rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang. Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal
Kota Medan ditentukan oleh pemberian konsensi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Neinhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat
yang termasuk dalam konsesi tersebut Said, 1977 : 36-37. Konsensi tanah tersebut yang meliputi kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman
tembakau dan pala pada masa itu. Pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsensi tanah tersebut atau disebut juga Perkebunan Deli Mij telah menjadi luas.
Akhir abad ke-19 dan awal abad 20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Pada gelombang pertama kedatangan orang Tionghoa dan jawa sebagai
kuli kontrak perkebunan. Tapi setelah tahun1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, sebab sebagian besar dari meraka lari
meninggalkan perkebunan dan sering membuat kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang Tionghoa
bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Lalu pada gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau,
mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, melainkan untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.
4.1.2 Kota Medan Secara Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kotakabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30 – 3° 43 Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi
43
kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas
wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal
29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan
dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali
lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Pesetujuan Dalam Menteri Dalam Negeri Nomor
1402271PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan.
Perkembangan terkhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996
tentang pendefitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 35 Tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan
perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis,demografis dan sosial ekonomis.
Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Luas Lahan Peruntukan di Kota Medan
44
No Jenis Lahan
Persentase
1 Permukiman
36,3 2
Perkebunan 3,1
3 Lahan Jasa
1,9 4
Sawah 6,1
5 Perusahaan
4,2 6
Kebun Campuran 45,4
7 Industri
1,5 8
Hutan Rawa 1,8
Wilayah Kota Medan hampir seluruhnya berbatasan langsung dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Sepanjang
wilayah utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui sebagai salah satu jalur lalu lintas terpadat didunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan
salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam SDA, khususnya dibidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan
didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alamnyaseperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan,
Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan
sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dangan daerah-daerah sekitarnya http:pemkomedan.go.idnewhal-selayang-pandang.html
diakses pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul 21.29
4.1.3 Kota Medan Secara Demografis Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama,suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan terbuka. Secara
Demografis, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi
45
demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan
perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Dalam kependudukan
dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan
dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berpikir masyarakat
akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya
gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.
Akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk
tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas,
meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan.
46
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan
persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran pen duduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial
yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa.
Dibanding hasil Proyeksi Penduduk 2013, terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712 jiwa 0,6. Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan
penduduk mencapai 8.055 jiwakm².
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Sumber : Medan dalam Angka 2014 Tahun 2013 jumlah penduduk perempuan usia sekolah pada golongan
umur 19-25 mencapai 172.422 jiwa atau 32,28 namun pada laki-laki hanya mecapai 162.800 jiwa atau 30,48. Golongan umur 16-18 tahun perempuan
mencapai 64.942 jiwa atau 12,16, sedangkan laki-laki 61.999 atau 11,61. Golongan umur 13-15 tahun perempuan 56,035 jiwa, atau 10,49 sedangkan
laki-laki 56.598 jiwa atau 10,59. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel berikut :
No. Rentang Usia
Umur Tahun 2012
Tahun 2013 Laki-laki
Perempuan Laki-laki
Perempuan 1
0-14 289.723
274.499 289.923
277.083 2
15-54 662.805
967.605 664.678
694.214 3
55+ 56.504
107.324 98.792
111.546
Jumlah 1. 047 .875
1 .074 .929 1.053 .393 1. 082. 123
47
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Golongan
Umur Laki-laki
Perempuan Jumlah
Jiwa Persentasi
Jiwa Persentasi
0-5 122.140
22,87 117.241
21,95 239.381
6-12 130.624
24,45 123.491
23,12 254.115
13-15 56.598
10,59 56,035
10,49 112.633
16-18 61.999
11,61 64.942
12,16 126.941
19 – 25 162.800
30,48 172.422
32,28 335.222
Sumber : Medan dalam Angka 2014
4.1.4 Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi
masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .
Infrastruktur dalam hal ini meliputi prasarana fisik yang meliputi rumah ibadah, sekolah, sarana kesehatan. Jumlah rumah ibadah di Kota Medan dalam
tiga tahun terakhir 2011-2013 . Pemerintah memberikan kebebasan pada setiap masyarakat dalam menjalankan ibadah atas keyakinannya. Berikut adalah
informasi atas jumlah tempat ibadah yang berada di Kota Medan :
Tabel 4.4 Jumlah Tempat Ibadah Kota Medan
No. Tempat Ibadah
Tahun 2011
2012 2013
1. Mesjid
1.041 976
1.047 2.
Musholla 699
535 669
48
3. Gereja
751 526
637 4.
Kuil 34
141 26
5. Wihara
22 133
26 6.
Klenteng 23
34 6
Sumber: Medan Dalam Angka 2014 Jumlah sekolah Negeri dan Swasta yang terdapat di Kota Medan memiliki
2035 sekolah, Terdiri dari sekolah tingkat Taman kanak-kanak TK sampai dengan Tingkat SMA atau Sederajat. Seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Medan
No. Sekolah
Tahun 2012
2013
1. TK
- 321
2. SD
819 824
3. SMP
399 355
4. SMA
202 211
5. SMK
160 150
6. Madrasah Ibtidaiyah MI
- 72
7. Madrasah Tsanawiyah MTs
- 74
8. Madrasah Aliyah
- 28
Sumber : Medan Dalam Angka 2014 Jumlah sarana kesehatan yang tedapat di Kota Medan pada tahun 2012
terdiri daari 77 rumah sakit, 128 rumah bersalin, dan 39 puskesmas. Sedangkan pada tahun 2013 terdiri dari 78 rumah sakit, 117 rumah bersalin dan 39
puskesmas, untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Jumlah Sarana Kesehatan Negeri dan Swasta Kota Medan
No. Jenis Sarana Kesehatan
Tahun 2012
2013
1. Rumah Sakit
77 78
2. Rumah Bersalin
128 117
3. Puskesmas
39 39
49
Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi
oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan
lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun
2004 berjumlah 7,13 atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara Medan Deli, Medan Labuhan, Medan
Marelan dan Medan Belawan merupakan kantong kemiskinan terbesar 37,19 dari keseluruhan penduduk miskin http:pemkomedan.go.idnewhal-selayang-
pandang.html diakses pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul 21.28.
4.1.5 Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak
satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang
heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan
sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan
50
industri pariwisata di Kota Medan http:pemkomedan.go.idnewhal-selayang- pandang.html diakses pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul 21.30.
4.1.6 Keadaan Perekonomian
Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera Utara dan Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi dibidang perdagangan. Biasanya
pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etni Tionghoa
dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik dikuasai olehh orang-orang mandailing, sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi,
seperti pengacara, dokter, notaris dan wartawan mayoritas digeluti oleh orang minangkabau.Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman
kelompok-kelompok etnis. Etnis melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota. Etnis tionghoa dan minangkabau yang
sebagian besar hidup dibidang perdagangan, 75 dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman tionghoa dan tionghoa sejalan dengan arah
pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang mandailing juga memilih tinggal dipinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat
kecenderungan dikalangan masyarakat mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti dikampung Mesjid, Kota Maksum, dan
Sungai Mati.
A. Pusat Perbelanjaan
1. Plaza dan Mall
a. Grand Palladium yang terletak di Medan Petisah
b. Medan Mall terletak di pusat pasar
51
c. Millenium Plaza, merupakan pusat penjualan telepon genggam
d. Sun Plaza, yang terletak tidak jauh dari Cambridge City Square
e. Cambridge City Square diatasnya terdapat 4 bangunan yang berupa
appartemen f.
Thamrin Plaza, satu diantara plaza tertua di Medan, bersebelahan dengan Medan Mall, namun kini sudah tidak beroperasi sebagai tempat grosir
pakaian, sepatu dan barang kebutuhan lain.
2. Pasar