Surat Keterangan Dosen Pembimbing Lembar Daftar Hadir Seminar Proposal Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Skripsi Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Surat Balasan Izin Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Kebutuhan B

xiv LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Dosen Pembimbing

2. Lembar Daftar Hadir Seminar Proposal

3. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Skripsi

4. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik 5. Surat Balasan Izin Rekomendasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara

6. Surat Balasan Izin Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara 7. Surat Balasan Izin Rekomendasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan

8. Surat Balasan Izin Penelitian Kecamatan Medan Sunggal Kota

Medan 9. Daftar Pertanyaan Pedoman Wawancara ii UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE ABSTRACT REVIEW OF SOCIAL WELFARE BEGGARSWITHLEPROSYINTHE CITY OF MEDAN Thesis consist of 6 chapters,108pages, 6 tables, 21 libraries and 9 appendix The stateis responsible for thewelfare ofallits citizens. Government asthe highest authorityis entitledtoregulateandmanage their own household. As stated inthe Constitution ofthe Republic ofIndonesiaYear 1945which mandatesthatthe state is obligedtoprotect all thepeople of Indonesia andthe entire country ofIndonesia, promote the general welfare, the intellectual life ofthe nationin order toachieve social justice forall Indonesian people. Ideals ofnational developmentis to improvethe welfare ofthe whole community. Indonesiais one of thewelfare statewalfare state in whichcountries adopt aconstitutional systemconcerned withthe welfare ofsociety. This research is classified into type of descriptive research with qualitative approach that aims to know social welfarebeggarswithleprosyinthe city of Medan. Informants in this research is divided into two kinds, primary informants and additional informants, primary informants in this research were 2 peoplewithleprosybeggars and 2additionalinformantsconsistingofneighbors primary informants. Methods of data collectionisconductedin-depthinterviewsand direct observationin the field. The results showedsocial welfareindicatorsseen from themaininformantsconsistingofmaterial needs, spiritualneeds, andsocial. Meterialneedsin the form ofinadequatefood, clothingneedsare not met, the needs ofthe homeor place of residenceare met, unmetneedsrest, medicationneedsare not met. Spiritualneedsare not metin the form ofeducation, worshipandspiritual cleansingneedscan be met, entertainment needsare not met. Socialneedsbetween individualsgoes well, individual interaction with thefamilyis not going well. Social interactionbetweengroups of persons withleprosywithcommunity groupscan work well. Key Word : Beggars, Social Welfare, Leprosy. iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL ABSTRAK TINJAUAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENGEMIS PENYANDANG KUSTA DI KOTA MEDAN Skripsi ini terdiri dari 6 bab,108 halaman, 6 tabel,21 kepustakaan dan 9 lampiran Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan setiap rakyatnya. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi berhak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara kesejahteraan walfare state dimana negara menganut sistem ketatanegaraan yang mementingkan kesejahteraan masyarakatnya. Tipe penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk megetahui kesejahteraan sosial pengemis penyandang kusta di Kota Medan. Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu informan utama dan informan tambahan, informan utama dalam penelitian ini adalah 2 orang pengemis penyandang kusta dan 2 orang informan tambahan yaitu tetangga informan utama. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan kesejahteraan sosial informan utama dilihat dari indikator yang terdiri dari kebutuhan material, kebutuhan spiritual, dan sosialnya. Kebutuhan meterial yang berupa makanan tidak mencukupi, kebutuhan pakaian tidak terpenuhi, kebutuhan rumah atau tempat tinggal terpenuhi, kebutuhan istirahat terpenuhi, kebutuhan obat-obatan tidak terpenuhi. Kebutuhan Spiritual berupa pendidikan tidak terpenuhi, kebutuhan beribadah dan siraman rohani dapat terpenuhi, kebutuhan hiburan tidak terpenuhi. Kebutuhan Sosial antara individu dengan individu berjalan baik, interaksi individu dengan keluarga tidak berjalan baik. Interaksi sosial antara kelompok penyandang kusta dengan kelompok masyarakat dapat berjalan dengan baik. Kata Kunci : Pengemis, Kesejahteraan Sosial, Kusta 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan setiap rakyatnya. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi berhak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pemerataan pembangunan adalah salah satu trilogi pembangunan yang menjadi komitmen retorik pemerintah. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi kehidupan bangsa, dapat berupa pembangunan aspek fisik, sosial, budaya,ekonomi,pertahanan kemanan, dan dapat pula berupa pembangunan ideologi. Seiring bergantinya pemimpin, bermacam-macam pula kebijakan dan program yang dilakukan dalam mengupayakan peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan kedalam bentuk peningkatan kesejahteraan penduduk miskin. Upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin didorong oleh berbagai kebijakan lintas sektor mengarah pada penciptaan kesempatan usaha bagi masyarakat miskin, pemberdayaan masyarakat miskin, peningkatan kemampuan masyarakat 2 miskin, serta pemberian perlindungan sosial bagi masyarakat miskin Setiadi, 2011:821. Indonesia merupakan salah satu negara kesejahteraan walfare state dimana negara menganut sistem ketatanegaraan yang mementingkan kesejahteraan masyarakatnya. Upaya pemenuhan kesejahteraan sosial telah menjadi perhatian Nasional. Diasumsikan bahwa kemajuan bangsa ataupun keberhasilan pemerintah tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari keberhasilan dari pembangunan nasional. Tujuan dari negara kesejahteraan bukan untuk menghilangkan perbedaan dalam ekonomi masyarakat, tetapi memperkecil kesenjangan ekonomi dan semaksimal mungkin menghilangkan kemiskinan dalam masyarakat. Kesenjangan yang lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dalam suatu negara tidak hanya menunjukkan kegagalan negara tersebut didalam mengelola keadilan sosial, tetapi kemiskinan yang akut dengan perbedaan penguasaan ekonomi yang mencolok akan menimbulkan dampak buruk dalam segala segi kehidupan masyarakat. Penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial pun menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan, seperti penanganan masalah kemiskinan, kecacatan, keterlantaran, ketunaan sosial maupun korban bencana alam dan sosial. Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang masalah sosial di atas tidak dapat terlayani dengan baik. Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat juga erat kaitannya dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kemiskinan. Rendahnya tingkat 3 kesehatan akan berimbas pada tingginya angka kematian khususnya anak-anak usia balita. Masyarakat rentan sekali dengan berbagai penyakit seperti kolera, diare, TBC, malaria, demam berdarah, flu burung, penyakit kelamin dan juga berbagai penyakit menular lainnya seperti kusta. Masyarakat miskin tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi standar kesehatan anggota keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari makanan sehari-hari yang kurang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, dan dapat dilihat dari rendahnya kesadaran akan arti pentingnya perawatan kesehatan, baik kesehatan diri dan lingkungannya.Sehat dalam pengertian atau kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat dapat diartikan keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam undang-undang kesehatan No.23 Tahun 1992 sebagai berikut: “ keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga di ukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi Notoatmodjo, 2005:2. Upaya kesehatan dilakukan dalam bentuk kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti, bahwa dalam rangka mewujudkan derajad kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, masyarakat harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan individu, kelompok, masyarakat, baik secara melembaga 4 oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat LSM. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yaitu, kuratif pengobatan penyakit dan rehabilatif pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat. Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek yakni preventif pencegahan penyakit dan promotif peningkatan kesehatan itu sendiri. Kesehatan itu perlu ditingkatkan karena kesehatan seseorang itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas dan harus selalu diupayakan sampai ke tingkat kesehatan yang optimal Notoatmodjo, 2005:4. Tahun 2013, Kementerian Kesehatan RI mencatat 16.825 kasus kusta baru, dengan angka kecacatan 6,82 per 1.000.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia dengan kasus baru kusta terbanyak setelah India 134.752 kasus dan Brasil 33.303 kasus. Sementara untuk tahun 2014 sejauh ini ada 8.526 kasus baru. Provinsi Jatim merupakan kantong utama penyakit Kusta. Jumlah penderita penyakit Kusta absolut sebanyak 4.807 orang menjadikan Jatim sebagai provinsi dengan penderita penyakit kusta tertinggi di Indonesi. Kantongnya berada di wilayah Madura, Pantura, dan Tapal Kuda Sumatera Utara terdapat empat Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Kusta UPT RSK, yakni UPT RSK Sicanang, Lau Simomo, Hutasalem dan UPT RSK Belidan. Tahun 2014 Jumlah penderita kusta sudah berkurang, yang sedang diopname di UPT RSK Sicanang sebanyak 12 orang dan 696 berstatus mantan http:www.depkes.go.idarticleview15012300020hari-kusta-sedunia- 2015-hilangkan-stigma-kusta-bisa-sembuh-tuntas.html diakses pada tanggal 26 Mei 2015 Pukul 23.00. 5 pengidap. Begitu juga di RSK Lau Simomo dan Hutasalem, terdapat sebanyak 35 orang sedang diopname dan 344 orang mantan pengidap.http:regional.kompas.comread2013040921255967Cegah.Pasien.K usta.Mengemis..Dinkes.Usulkan.Rp.4.Miliar diakses pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 16.00 WIB. Tahun 2015 penyandang kusta di Sumatera Utara sebanyak 940 orang , yang tersebar di Sicanang Belawan 345 orang, Belidahan Sergai 265 orang, Lau Simomo Karo 165 orang, dan Hutasalem Balige 155 orang. Kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Undang- Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat, bahwa penyandang cacat merupakanbagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, kewajibandan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan. Mewujudkan kesamaan kedudukan, hak, kewajiban dan peran penyandang cacat diperlukan sarana dan upaya yang lebih memadai, terpadu dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan menciptakan kemandirian dankesejahteraan penyandang cacat. http:karakternews.comnusantaranusantara940-penderita-kusta-di- sumatera-utara-tak-terdaftar-bpjs diakses pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 21.05. Kecacatan yang tampak pada tubuh penderita kusta seringkali tampak menyeramkan bagi sebagian besar masyarakat sehingga menyebabkan perasaan jijik, bahkan ada yang ketakutan secara berlebihan terhadap kusta atau dinamakan leprophobia. Penyandang disabilitas menghadapi berbagai keterbatasan akses atas pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan kerja dan pelatihan serta partisipasi 6 dalam politik dan kehidupan sosial. Hambatan – hambatan pada partisipasi yang setara termasuk stigma dan diskriminasi, kurangnya layanan kesehatan dan layanan rehabilitasi yang memadai, transportasi dan bangunan serta informasi dan teknologi komunikasi yang tidak dapat diakses. Akibatnya, penyandang disabilitas mengalami kondisi kesehatan yang lebih buruk, kesempatan ekonomi yang lebih sedikit dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan penyandang disabilitas. Penderita kusta telah menyelesaikan rangkaian pengobatannya, dinyatakan sembuh dan tidak menular, status predikat penyandang kusta tetap dilekatkan pada dirinya seumur hidup. Inilah yang seringkali menjadi dasar permasalahan psikologis para penyandang kusta. Rasa kecewa, takut, malu, tidak percaya diri, merasa tidak berguna, hingga kekhawatiran akan dikucilkan self stigma. Hal ini diperkuat dengan opini masyarakat stigma yang menyebabkan penderita kusta dan keluarganya dijauhi bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Survei di lima Kabupaten di Indonesia Kab. Subang, Malang, Gresik, Gowa, dan Bone pada tahun 2007 memotret diskriminasi yang dialami penderita kusta baik di lingkungan keluarga, maupun di sarana dan pelayanan publik, seperti dipisahkan dari pasangan diceraikan, dikeluarkan atau tidak diterima di pekerjaan, ditolak di sekolah, restoran, tempat ibadah, pelayanan kesehatan dan fasilitas umum lainnya. Pemerintah Provinsi Sumatera Utaratelah memberikan perhatian khusus kepada penderita penyakit kusta dengan menempatkan mereka di Rumah Sakit Kusta Sicanang Belawan. Namun pasca penutupan Rumah Sakit kusta tersebut, maka pelayanan terhadap pasien ataupun mantan penyandang kusta telah dialihkan kepada Dinas Sosial Sumatera Utara. Hidup berstatus penyandang kusta 7 membuat mereka harus hidup terisolir dari masyarakat lainnya. Meskipun telah dinyatakan sembuh secara medis, namun status penyandang kusta tetap melekat pada diri mereka, masyarakat juga tidak bisa menerima kehadiran para penyandang kusta untuk saling hidup berdampingan dan berinteraksi, sehingga para penyandang kusta kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Penyandang kusta telah mendapatkan bantuan dari pemerintah, namun sejak awal tahun 2014 mereka tidak lagi mendapatkan bantuan dari pemerintah Sumatera Utara. Sebagai upaya untuk bertahan hidup, dengan ketidakberdayaannya mereka berinisiatif untuk mengemis dan memohon belas kasihan dari para pengguna jalan dipersimpangan jalan Gagak Hitam Ring Road Kecamatan Medan Sunggal. Kehadiran para pengemis penyandang kusta dipersimpangan jalan untuk meminta-minta bantuan tentunya menambah masalah baru bagi pemerintah, karena masalah pengemis-pengemis lain juga masih belum tuntas ditangani oleh pemerintah. Pengemis juga dianggap merusak keindahan kota, selain itu kehadiran pengemis penyandang kusta juga dianggap mengganggu kenyamanan para pengguna jalan. Perubahan yang akan dilakukan terhadap masyarakat sekurang-kurangnya dapat dilakukan melalui metode intervensi mikro ataupun intervensi makro. Intervensi mikro memusatkan perhatian pada upaya perubahan pada tingkat individu, keluarga dan kelompok kecil. Sedangkan intervensi makro lebih memusatkan perhatian pada perubahan masyarakat, baik yang bersifat lokal, regional maupun internasional. Perubahan yang dilakukan dalam intervensi makro maupun mikro ditujukan terutama pada manusia sebagai salah satu sumber 8 utama dalam pembangunan karena dalam pembangunan di Indonesia dikenal adanya 2 unsur utama, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, dalam upaya mengoptimalkan pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan, pengenalan akan akan hakekat manusia tentunya mempunyai sumbangan tersendiri, paling tidak akan dapat menambah wawasan ketika akan menerapkan suatu program pada masyarakat Adi, 2003:29-30. Mengenai hakekat manusia dalam pembangunan yang diuraikan secara singkat diharapkan akan membantu para pelaku perubahan change agent agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengembangkan masyarakat Indonesia, karena disadari bahwa intervensi yang akan diterapkan selayaknya mengarah ke arah tercapainya tujuan ideal pembangunan tersebut, meskipun dimakumi pula bahwa hampir tidak mungkin untuk mencapai sesuatu yang sangat ideal, tetapi paling tidak pembangunan yang dilakukan dapat mendekati tipe ideal yang diinginkan Adi, 2003:38. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana Kesejahteraan Sosial Pengemis Penyandang Kusta di Kota Medan. Maka penulis menyusun penelitian ini dalam suatu karya ilmiah dengan judul “ Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengemis Penyandang Kusta di Kota Medan “.

1.2. Perumusan Masalah

9 Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Kesejahteraan Sosial Pengemis Penyandang Kusta Di Kota Medan ?“. 1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kesejahteraan Sosial Pengemis Penyandang Kusta di Kota Medan. `1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun peneliti mengharapkan dari hasil penelitian ini adalah agar dapat diketahui Kesejahteraan Sosial Pengemis Penyandang Kusta Di Kota Medan. 1.4Sistematika Penelitian Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah,tujuan dan manfaat peneltian, serta sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSAKA Bab Ini Berisikan Uraian Dan Konsep Yang Berkaitan DenganMasalah Dan Objek Yang Diteliti, Kerangka Pemikiran, Defenisi Konsep, Ruang Lingkup Penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab Ini Berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan, Teknik Pengumpulan Data, Serta Teknik AnalisaData. Penyajian Data 10 BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya Ilmiah ini. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisanya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian yang dilakukan. Bab ini juga memberikan kritik dan saran dalam rangka proses membangun kearah yang lebih baik lagi untuk semua objek yang terkait.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11 2.1 Kesejahteraan Sosial 2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial banyak dikemukakan oleh para ahli dan lembaga yang memperhatikan banyaknya masalah sosial yang timbul dalam masyarakat. Adapun para ahli atau lembaga yang memberikan pengertian kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut : a. Walter A. Fridlander mendefenisikan Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan -kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat Fauzik, 2007: 119. Defenisi diatas menjelaskan bahwa: Pertama Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial. Kedua, Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang,pangan,papan,kesehatan dan relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan kemampuan individu baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.Kesejahteraan sosial sebagai lembaga yang memberikan pelayanan pertolongan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan, standar kehidupannya dan untuk 12 memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial baik pribadi maupun kelompok dimana kebutuhan keluarga dan kebutuhan masyarakat terpenuhi. b. Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam Undang-undang No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal1 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya” Adi, 2013: 23. Mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan tersebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. Undang-undang No.11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang meliputi : 1 Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial 2 Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial 3 Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 4 Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial 5 Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya 13 6 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber 7 Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial 8 Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan 9 Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial 10 Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial; 11 Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; 12 Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional; 13 Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial. 14 Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. c. Menurut James Midgley dalam Kesejahteraan sosial sebagai kondisi dalam suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah “suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalisasikan. Adi,2013 : 23 d. Menurut Alfred J.KhanKesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, 14 dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan-pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka Fauzik, 2007:106-107. e. Menurut Harold L. Wilensky dan Charles N. LebeauxKesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuankemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat Fauzik, 2007:118. f. Arthur Dunham mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan- kegiatan terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial Fauzik, 2007:117. g. Menurut PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kesejahteraan adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik fisik,mental maupun sosial, dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit sosial tertentu saja. Kemudian pengertian ini disempurnakan menjadi suatu kegiatan terorganisir dengan 15 tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka.

2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No 11 Tahun 2009 pasal 3 bahwa tujuan penyelenggara kesejahateraan sosial sebagai berikut : a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggara kesejahetraan sosial e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggara kesejahteraan Penjelasan yang pertama adalah tercukupinya kebutuhan dasar dalam menjalankan kelangsungan hidup seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan hak untuk berpartisipasi dilingkungan masyarakat. Penjelasan yang kedua adalah mengembalikan keberfungsian sosialnya di dalam masyarakat, dimana sebelumnya mempunyai masalah sosial. Penjelasan yang ketiga adalah menjaga dan mempertahankan kesejahteraan sosialnya pada saat mempunyai permasalahan dan masalah tersebut bisa dicegah dan ditangani. Penjelasan yang keempat adalah meningkatkan pengetahuan dan peduli kepada orang-orang yang mempunyai masalah sosial untuk ditangani. Penjelasan yang kelima adalah meningkatkan kualitas terlaksananya kesejahteraan bagi setiap masyarakat yang mempunyai masalah sosial.

2.1.3 Usaha Kesejahteraan Sosial

16 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha- Usaha Kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah-masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari Usaha kesehjateraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah: a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun masyarakat contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain-lain. b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan beban yang dapat dihadapi oleh para pekerja yang masih produktif. c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas lokal.Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial yaitu : 1. Menanggapi kebutuhan manusia. 2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern. 17 3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi tersepesialisasi. 4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas.

2.1.4 Fungsi-Fungsi Kesejahteraan Sosial

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi, mengindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial negative akbibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sosial memiliki fungsi- fungsi antara lain ialah Fahrudin, 2012:12-13. : 1. Fungsi Pencegahan Preventive Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. 2. Fungsi Penyembuhan Curative Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik,emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini mencakup juga fungsi pemulihan rehabilitasi. 3. Fungsi Pengembangan Development Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung maupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat. 4. Fungsi Penunjang Supportive 18 Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.

2.1.5 Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial yang terdapat di masyarakat sebagai upaya atau tindakan dalam membantu mengatasi permasalahan-permasalahan agar terjalin sebuah keberfungsian sosial social functioning seseorang baik secara individu maupun kelompok. Pelayanan sosial menurut Huraerah 2011: 45 adalah: “Kegiatan yang terorganisasi yang ditujukan untuk membantu warga negara yang mengalami permasalahan sebagai akibat ketidakmampuan keluarga melaksanakan fungsi-fungsinya. Kegiatan ini antara lain berupa pelayanan sosial bagi anak termasuk balita dan remaja serta lanjut usia terlantar atau mengalami berbagai bentuk kecacatan”. Pelayanan Sosial adalah konteks kelembagaan yang sebagai terdiri atas program-program yang disediakan bedasarkan kriteria selain kriteria pasar untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan keberfungsian individual, untuk memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan dan lembaga- lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan dan kebutuhan. Pelayanan sosial dapat dicapai dengan cara yang bersifat informasi, bimbingan dan pertolongan dapat dicapai dengan cara yang bersifat informasi, bimbingan dan pertolongan melalui berbagai bentuk kegiatan yang berkenaan dengan pemecahan masalahnya. Pelayanan sosial merupakan wujud aktifitas pekerja sosial dalam praktik profesionalnya. Pelayanan sosial merupakan jawaban 19 terhadap tuntutan kebutuhan dan masalah yang dialami masyrakat sebagai akibat perubahan yang dialami masyrakat itu sendiri. Dengan demikian bidang-bidang pelayanan sosial akan tergantung bagaimana Pekerja Soial memandang dan mengidentifikasikan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Jika cakupan maslah sosial telah mengalami perluasan dari masalah sosial-ekonomi kepada masalah sosial-psikologis, maka cakupan pelayanan sosial juga harus demikian.

2.2 Interaksi Sosial

2.2.1 Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok sosial yang lain. Interaksi sosial terjadi ketika dua orang individu bertemu dengan saling menyapa, berjabat tangan, bercandaria atau mungkin berkelahi Philipus, 2004:22.“Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” Maryati, 2003:22. Menurut Gillin interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi dapat terjadi apabila komunikasi terjalin dengan baik.Jika dua orang bertemu, interaksi sosial di mulai pada saat itu, mereka menegur, berjabat tangan, saling berbicara, bahkan mungkinn berkelahi. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang 20 menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota- anggotanya.

2.2.2 Macam-macam Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Maryati dan Suryawati 2003:23 interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Interaksi Antara Individu dengan Individu Ketika dua orang bertemu, saling menegur, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Saling bertemu muka tanpa berbicara pun juga disebut dengan interaksi sosial antara individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya bermusuhan. 2. Interaksi Antara Individu Dengan Kelompok Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam – macam sesuai situasi dan kondisinya. 3. Interaksi Antara Kelompok Dengan Kelompok Interaksi sosial kelompok dengan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.

2.2.3 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

21 Gillin dan Gillin dalam Philipus dan Nurul Aini 2004:23-28 mengadakan penggolongan yang luas tentang bentuk-bentuk interaksi sosial. Menurut mereka dua macam proses yang timbul akibat adanya interaksi sosial yaitu : 1. Proses Asosiatif Processes of association a. Kerja sama Coorperation Kerja sama terjadi dalam kelompok masyarakat manapun di dunia ini. Masyarakat itu sendiri terbentuk karena adanya keinginan dari individu- individu untuk bekerja sama. Begitu pentingnya kerja sama dalam kehidupan masyarakat, sehingga banyak orang menganggap kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang penting dan utama. Walaupun pada kenyataannya kita tidak dapat menghindari adanya suasana pertentangan atau konflik dalam masyarakat b. Akomodasi Akomodasi adalah suatu proses yang menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk menyelesaikan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. c. Asimilasi Suatu usaha-usaha yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok untuk mengurangi perbedaan antara mereka.Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. 22 d. Akulturasi Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur – unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri. 2. Proses Disasosiatif Oppositional Process a. Persaingan Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok- kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang menjadi perhatian umum. b. Kontravensi Kontravensi merupakan suatu proses yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala- gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan, baik dalam bentuk sesuatu yang disembunyikan, maupun kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuk murni konversi merupakan kebencian terhadap seseorang atau kelompok orang walau tidak sampai pada sikap pertentangan atau pertikaian. c. Pertentangan Pertentangan terjadi karena menyadari adanya perbedaan-perbedaan tertentu antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok 23 masyarakat lain. Perbedaan itu meliputi perbedaan ciri-ciri badaniah,emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola perilaku, perbedaan dalam tingka ekonomi, perbedaan agama, dan perbedaan lainnya.

2.2.4 Syarat – syarat Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial : 1. Adanya kontak sosial social contact, yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung. 2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

2.3 Kebutuhan Hidup

Berdasarkan pengertian kesejahteraan sosial, dapat diketahui bahwa manusia membutuhkan kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Rusdiarti dan Kusmuriyanto 2012:3-6 kebutuhan tersebut mempunyai tingkatan-tingkatan, yakni :

1. Kebutuhan Berdasarkan Intensitasnya

a. Kebutuhan Primer 24 Primer berarti pertama atau utama. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pertama atau utama yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Contohnya : kebutuhan akan makan, minum, pakaian, perumahan serta kesehatan. b. Kebutuhan sekunder Kebuthuan sekunder adalah jenis kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer. Misalnya seperti makanan yang bergizi, pendidikan yang baik, pakaian yang baik, perumahan yang baik dan sebagainya yang belum masuk kedalam kategori mewah. c. Kebutuhan Tersier Mewah Lux Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder. Contohnya adalah mobil, antena parabola, ipad iphone, komputer, apartemen, liburan keluar negeri, dan apartemen.

3. Kebutuhan Berdasarkan Sifat

a. Kebutuhan Jasmani Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik. Kebutuhan tersebut ditujukan agar badan tetap sehat dan bugar. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, sandal, serta istirahat yang teratur, dan lain sebagainya. b. Kebutuhan Rohani 25 Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Contohnya seperti : siraman rohani, beribadah, menikmati hiburan, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan dan lain-lain.

4. Kebutuhan Berdasarkan Waktu