40
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Indonesia memiliki beberapa kota besar, yaitu salah satunya adalah Kota Medan. Kota ini juga merupakan kota terbesar yang berada di Pulau Sumatera.
41
Tepatnya adalah merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Kota Medan juga pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan pintu gerbang wisatawan
menuju objek wisata Danau Toba, Penangkaran Orang Hutan di Bukit Lawang, Penangkaran Gajah di Tangkahan, serta objek wisata Brastagi di tanah Karo.
Zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai-sungai yang melintasi
kota Medan yang bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Putih, Sei Belawan, Sei Deli, dan Sei Sulang saling.
Guru Patimpus mendirikan Kota Medan pada tahun 1590. Tahun 1833 orang Eropa yang pertama sekali mengunjungi Deli adalah John Anderson dan
menemukan kampung yang bernama Medan. Saat itu kampung ini berpenduduk 200 orang yang dipimpin oleh seseorang yaitu bernama Tuanku Pulau Berayan
yang bermukim disana untuk mengutip pajak dari sampan-sampan yang membawa lada yang menuruni sungai. Kemudian pada tahun 1886 Medan secara
resmi mendapatkan status sebagai kota, dan pada tahun berikutnya residen pesisir timur serta Sultan Deli berpindah ke Medan. Medan berubah menjadi kota penting
diluar Pulau Jawa pada tahun 1909, terutama setelah pemerintah kolonial belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Saat itu Dewan Kota
yang pertama terdiri dari dua belas anggota orang Eropa, dua orang bumi putra, dan seorang Tionghoa.
Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat
dipertemuan dua alur sungai Sungai Babura dan Sungai Deli yaitu suatu wilayah yang disebut dengan Medan Putri. Tujuan kedatangan Neinhuys ke Deli adalah
42
sebagai suatu rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang. Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal
Kota Medan ditentukan oleh pemberian konsensi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Neinhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat
yang termasuk dalam konsesi tersebut Said, 1977 : 36-37. Konsensi tanah tersebut yang meliputi kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman
tembakau dan pala pada masa itu. Pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsensi tanah tersebut atau disebut juga Perkebunan Deli Mij telah menjadi luas.
Akhir abad ke-19 dan awal abad 20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Pada gelombang pertama kedatangan orang Tionghoa dan jawa sebagai
kuli kontrak perkebunan. Tapi setelah tahun1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, sebab sebagian besar dari meraka lari
meninggalkan perkebunan dan sering membuat kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang Tionghoa
bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Lalu pada gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau,
mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, melainkan untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.
4.1.2 Kota Medan Secara Geografis