Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

sampai perguruan tinggi, sedangkan kelemahannya adalah metode ini sangat bergantung pada kejujuran siswa. Pada penelitian ini untuk mendukung metode CRI maka digunakan metode wawancara diagnosis untuk mengetahui konsistensi setiap siswa yang didiagnosa memiliki jawaban miskonsepsi pada CRI. Dengan metode wawancara tersebut, alasan dari jawaban miskonsepsi siswa dapat digali lebih jauh. Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi secara objektif. 19 Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang kemungkinan muncul di konsep Sel dengan penelitian yang berjudul ”Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Certainty of Response Index CRI dan Wawancara Diagnosis pada Konsep Sel ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya motivasi siswa dalam membentuk pemahaman konsep yang benar. 2. Hasil belajar Biologi siswa SMAN 8 Tangerang Selatan pada konsep Sel masih rendah. 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang Biologi SMAN 8 Tangerang Selatan, daya serap siswa dan daya retensi siswa menjadi penyebab rendahnya hasil belajar pada konsep Sel. 4. Konsep Sel merupakan konsep yang abstrak, sehingga membutuhkan proses belajar dengan strategi yang tepat untuk mengkonkritkan konsep tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada aspek identifikasi miskonsepsi siswa kelas XI SMAN 8 Kota Tangerang Selatan 19 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. III, h. 158. menggunakan metode CRI Certainty of Response Index dan wawancara diagnosis pada konsep Sel.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Berapa besar persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap subkonsep sel dan apa penyebab miskonsepsi pada siswa?”, dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa pada konsep Sel? 2. Berapa besar persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap subkonsep Sel?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa di SMAN 8 Tangerang Selatan kelas XI Semester Ganjil Tahun Ajaran 20132014 pada Konsep Sel. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi peneliti, menjadi pengalaman dan masukan dalam mengindentifikasi miskonsepsi siswa menggunakan metode CRI Certainty of Response Index dan wawancara diagnosis. 2. Bagi guru, menjadi informasi yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam memilih, merancang serta memperkaya strategi pembelajaran yang tepat agar miskonsepsi pada siswa tidak terulang kembali. 3. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi informasi, referensi untuk penelitian selanjutnya atau sebagai metode yang praktis untuk pemecahan masalah dalam proses pembelajaran terkait miskonsepsi. 7

BAB II KERANGKA TEORITIS, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teoritis

1. Konsep

a. Definisi Konsep

Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri- ciri yang identik atau sama. 1 Berikut ini merupakan definisi konsep menurut beberapa ahli: 1 Rosser Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian- kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai kemiripan. 2 2 Woodruft Konsep merupakan suatu ide atau gagasan yang relatif sempurna dan bermakna mengenai suatu obyek. Konsep juga merupakan produk seseorang dalam membuat pengertian terhadap obyek-obyek melalui pengalaman dan bahasanya sendiri. 3 3 Gagne Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri yang sama. 4 4 Bruner Konsep adalah pendapat yang meningkatkan pemikiran seseorang dalam beberapa cara sehingga membantu mengurangi kompleksitas dunia ketika 1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. III, h. 31. 2 Kustiyah, Miskonsepsi Difusi dan Osmosis pada Siswa MAN Model, Jurnal Ilmiah Guru Kanderang Tingang, Vol. 1, 2007, h. 25, http:jurnal.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act =tampilid=38918idc=32 3 Ibid. 4 Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010, Cet. I, h. 7. mengklasifikasikan objek agar lebih mudah untuk dipahami. 5 5 Robert E. Slavin Konsep adalah gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-contoh spesifik. Misalnya bola dan kursi berwarna merah, ini berarti mengilustrasikan konsep sederhana “merah”. 6 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah gagasan atau abstraksi mengenai suatu objek, kejadian, atau hubungan yang digeneralisasikan sehingga mudah dipahami dan memiliki makna.

b. Perolehan Konsep

Ausubel dalam Dahar menyatakan bahwa perolehan konsep dilakukan dengan dua cara yaitu dengan formasi konsep concept formation yaitu proses induktif dan asimilasi konsep concept assimilation yaitu proses deduktif. 7 Formasi konsep menurut Gagne dapat disamakan dengan belajar konsep konkret seperti pada anak-anak sebelum memasuki dunia sekolah. 8 Pembentukan atau formasi konsep ini merupakan proses induktif yaitu pembentukan konsep dari hasil penemuan yang melibatkan proses-proses mental sehingga menghasilkan generalisasi-generalisasi. Sedangkan asimilasi konsep adalah cara perolehan konsep selama dan sesudah konsep, dimana siswa memperoleh penyajian atribut- atribut kriteria dari konsep untuk dihubungkan dengan gagasan relevan yang telah ada dalam struktur kognitifnya. 9 Berbeda dengan pendapat Ausubel, Piaget menyatakan bahwa perolehan konsep melalui cara asimilasi konsep dan akomodasi konsep. 10 Asimilasi disini adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, 5 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 327. 6 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Indeks, 2011, Cet. I, h. 300-301. 7 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 64- 65. 8 Ibid., h. 64. 9 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. I, h. 28. 10 Ibid. ataupun pengalaman baru ke suatu pola yang sudah ada dalam pikirannya. 11 Sedangkan akomodasi adalah ketika seorang siswa mendapatkan pengalaman baru sedangkan siswa tidak dapat mengasimilasikan pengalaman tersebut kedalam pola pemikirannya yang sudah ada. Maka dari pengalaman baru itulah seorang siswa akan mengadakan akomodasi dengan cara membentuk pola baru yang cocok dengan pengalaman yang baru saja diperolehnya untuk kemudian memodifikasi pola yang sudah ada atau pola yang lama sehingga membentuk pola yang selaras dengan pola yang sudah ada sebelumnya. 12

c. Pembagian Konsep

Djamarah membedakan konsep menjadi dua yaitu: 13 1 Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja dan kursi. 2 Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, dan belajar. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa. 14 Selama menuntut ilmu, siswa dituntut untuk menguasai konsep tertentu. Sebab dengan menguasai konsep, maka akan diperoleh pengertian atas suatu materi yang dipelajari. Seseorang yang tidak menguasai konsep tertentu akan mengalami kesulitan memahami suatu kalimat yang dibaca. 11 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, h. 31. 12 Ibid., h. 32. 13 Djamarah, op. cit., h. 31. 14 Ibid.