Konsep Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) dan Wawancara Diagnosis pada Konsep Sel,

adalah tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikasi, dan tingkat formal. Berikut merupakan uraian dari keempat tingkat pencapaian konsep: 19 1 Tingkat Konkret Seseorang dapat dikatakan telah mencapai konsep tingkat konkret apabila orang tersebut mengenal suatu benda yang telah dihadapinya. Untuk mencapai tingkat ini, siswa harus dapat memperlihatkan suatu benda dan dapat membedakan berbagai macam benda dari stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. 2 Tingkat Identitas Seseorang dapat dikatakan telah mencapai konsep tingkat konkret apabila orang tersebut mengenal suatu objek: a sesudah selang waktu; b bila orang itu memiliki orientasi ruang dari objek tersebut; c bila orang itu dapat mengenal benda dengan indra yang berbeda, misalnya ketika seseorang dapat mengenali bola melalui menyentuh bukan dengan melihatnya. 3 Tingkat Klasifikasi Seseorang dapat dikatakan telah mencapai konsep tingkat konkret apabila orang tersebut dapat mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Artinya, seorang siswa dapat mengklasifikasikan mana yang merupakan contoh dan mana yang non-contoh dari suatu konsep. Dalam pencapaian tingkat klasifikasi ini sangat diperlukan operasi mental tambahan, yaitu dengan mengadakan generalisasi bahwa dua atau lebih contoh sampai batas- batas tertentu itu ekuivalen. 4 Tingkat Formal Untuk pencapaian konsep pada tingkat ini siswa sudah harus dapat menentukan atribut-atribut kriteria yang membatasi konsep. Dapat dikatakan seorang siswa telah mencapai konsep tersebut jika siswa dapat memberikan nama konsep itu, mendefinisikan konsep itu ke dalam atribut-atributnya kriterianya, mendiskriminasi, dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi, mengevaluasi, serta memberikan contoh dan noncontoh konsep tersebut secara nonverbal. 19 Ibid., h.70-71.

2. Miskonsepsi

a. Definisi Miskonsepsi

Berg mengatakan bahwa setiap individu memiliki interpretasi berbeda terhadap sebuah konsep. Interpretasi itu merupakan sebuah konsepsi, dan konsepsi tersebut dapat sesuai dengan pendapat para ahli sains, namun dapat juga bertentangan. Jika konsepsi siswa tersebut melatarbelakangi siswa dalam memahami suatu konsep, maka konsep siswa tersebut disebut miskonsepsi 20 . Miskonsepsi salah konsep adalah konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidang itu. 21 Osborne memberi beberapa nama, yaitu ada yang menyebutnya “children’s science”, “misconception”, “alternative framework”, “alternative conception”, atau “children’s idea”, namun istilah miskonsepsi seringkali lebih banyak mewakili semua istilah tersebut. 22 Dalam pengertian lain miskonsepsi adalah kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan memang sudah terbukti sahih tentang sesuatu. 23 Berikut merupakan definisi miskonsepsi menurut beberapa tokoh: 1 Saleem Hasan Miskonsepsi sebagai struktur kognitif pemahaman yang berbeda dari pemahaman yang telah ada dan diterima di lapangan, dan struktur kognitif ini dapat mengganggu penerimaan ilmu pengetahuan yang baru. 24 2 Kustiyah Miskonsepsi adalah kesalahan dalam memahami suatu konsep yang ditunjukkan dengan kesalahan dalam menjelaskan dalam bahasanya sendiri. 25 20 Ed van den Berg, “Alternative Conceptions in Physics and Remediation Version 4.3”, Course Material, Philippines, 2004, h. 12. 21 Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, Jakarta: PT. Grasindo, 2005, Cet. I, h. 4. 22 Dahar, op. cit., h. 153. 23 Ormrod, op. cit., h. 338. 24 Saleem Hasan, et.al, “Misconceptions and the Certainty of Response Index CRI” , Journal of Phys. Educ, Vol. 5, 1999, h. 294. 25 Kustiyah, loc. cit. 3 Feldsine Miskonsepsi adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. 26 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah suatu gagasan dari sebuah pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau interpretasi hubungan konsep-konsep tidak dapat diterima.

b. Miskonsepsi dan Konsep Alternatif

Kebanyakan penelitian modern lebih suka menggunakan istilah konsep alternatif daripada miskonsepsi. Alasan mereka adalah: 27 1 Konsep alternatif lebih menunjuk pada penjelasan berdasarkan pengalaman yang dikonstruksikan oleh siswa sendiri. 2 Memberikan penghargaan intelektual kepada siswa yang mempunyai gagasan tersebut. 3 Kerap kali konsep alternatif secara kontekstual masuk akal dan juga berguna untuk menjelaskan beberapa persoalan yang sedang dihadapi siswa. Namun istilah konsep alternatif lebih sesuai digunakan bila kita menggunakan dasar filsafat konstruktivisme dalam proses pembelajaran. Menurut filsafat tersebut, pengetahuan itu merupakan bentukan siswa yang menggelutinya. Siswa sendirilah yang membentuk pengetahuan dalam otak mereka melalui segala keaktifan pikiran mereka. Oleh karena siswa sendiri yang membentuk pengetahuan mereka, maka kemungkinan mereka dapat membentuk pengetahuannya yang berbeda dengan pengetahuan para ahli, maka munculah konsep alternatif. 28

c. Miskonsepsi, Status, dan Sifat

Berdasarkan hasil penelitian Driver yang dilakukan pada siswa-siswa tingkat menengah untuk menemukan miskonsepsi dalam topik- topik: “Light, electric and simple circuits, heat and temperature, force and motion, the gaseous state, the 26 Suparno, op. cit., h. 4-5. 27 Ibid., h. 5. 28 Ibid., h. 6. particulate nature of matter in the gaseous phase, beyond appearances: the conservation of matter under physical and chemical transformations ”, beliau mengemukakan hal-hal berikut: 29 1 Miskonsepsi bersifat pribadi. Setiap anak memberikan berbagai interpretasi menurut caranya sendiri. 2 Miskonsepsi bersifat stabil. Sering kali gagasan anak yang berbeda dengan gagasan ilmiah tetap dipertahankan walaupun guru sudah memberikan suatu kenyataan yang berlawan. 3 Bila menyangkut koherensi, anak tidak merasa butuh pandangan yang koheren sebab interpretasi dan prediksi tentang peristiwa-peristiwa alam praktis kelihatannya cukup memuaskan.

d. Terbentuknya Miskonsepsi

Driver mengemukakan bagaimana terbentuknya miskonsepsi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 30 1 Anak cenderung mendasarkan berpikirnya pada hal-hal yang tampak dalam suatu situasi masalah. 2 Anak hanya memperhatikan aspek-aspek tertentu dalam suatu situasi. Hal ini disebabkan karena anak lebih cenderung menginterpretasikan suatu fenomena dari segi sifat absolut benda-benda, bukan dari segi interaksi antara unsur- unsur suatu sistem. 3 Anak lebih cenderung memperhatikan perubahan daripada situasi diam. 4 Bila anak-anak menerangkan perubahan, cara berpikir mereka cenderung mengikuti urutan kausal linier. 5 Gagasan yang dimiliki anak mempunyai berbagai konotasi; gagasan anak lebih inklusif dan global. 6 Anak kerap kali menggunakan gagasan yang berbeda untuk menginterpretasi situasi-situasi yang oleh para ilmuwan digunakan cara yang sama. 29 Dahar, op. cit., h. 154. 30 Ibid.

e. Sebab-sebab Terjadinya Miskonsepsi

Miskonsepsi dapat berasal dari beberapa sumber misalnya dari guru yang menyampaikan suatu konsep yang keliru, dari siswa sendiri, serta dapat juga dari metode mengajar yang kurang tepat. Menurut Winny dan Taufik, sebab-sebab terjadinya miskonsepsi yaitu kondisi siswa, guru, metode mengajar, buku dan konteks. Secara lebih jelas penyebab dari adanya miskonsepsi adalah sebagai berikut: 31 1 Kondisi siswa Miskonsepsi yang berasal dari siswa sendiri dapat terjadi karena asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari sehingga menyebabkan miskonsepsi. 2 Guru Jika guru tidak memahami suatu konsep dengan baik yang akan diberikan kepada muridnya, ketidakmampuan dan ketidakberhasilan guru dalam menampilkan aspek-aspek esensi dari konsep yang bersangkutan, serta ketidakmampuan menunjukkan hubungan konsep satu dengan konsep lainnya pada situasi dan kondisi yang tepat pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi pada siswa. 3 Metode mengajar Penggunaan metode belajar yang kurang tepat, pengungkapan aplikasi yang salah serta penggunaan alat peraga yang tidak secara tepat mewakili konsep yang digambarkan dapat pula menyebabkan miskonsepsi pada pikiran siswa. 4 Buku Penggunaan bahasa yang terlalu sulit dan kompleks terkadang membuat anak tidak dapat mencerna dengan baik apa yang tertulis di dalam buku, akibatnya siswa menyalahartikan maksud dari isi buku tersebut. 5 Konteks Dalam hal ini penyebab khusus dari miskonsepsi yaitu penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, teman, serta keyakinan dan ajaran agama. 31 Winny Liliawati dan Taufik R. Ramalis, “Identifikasi Miskonsepsi Materi IPBA di SMA dengan Menggunakan CRI Certainty of Response Index dalam Upaya Perbaikan Urutan Pemberian Materi IPBA Pada KTSP”. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Vol. 4, 2008, h. 3-4. Adapun contohnya adalah diskusi kelompok yang tidak efektif, misalnya kelompok didominasi oleh beberapa orang dan di antara mereka ada yang mengalami miskonsepsi, maka dia akan mempengaruhi teman-temannya yang lain. Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi Siswa