B. Konsep Sel
1. SK dan KD Materi Sel
Bidang Biologi sebagai salah satu bidang IPA di sekolah menengah, diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar.
52
Berkaitan dengan konsep sel yang dipelajari untuk tingkat SMAMAN, konsep sel memiliki standar kompetensi SK dan
Kompetensi Dasar KD sebagai berikut:
53
Standar Kompetensi : 1.
Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan.
Kompetensi Dasar : 1.1
Mendeskripsikan komponen kimiawi sel, struktur dan fungi sel sebagai uni terkecil kehidupan.
1.2 Mengidentifikasi organela sel tumbuhan dan hewan
1.3 Membandingkan mekanisme transpor pada
membran difusi,
osmosis, transport
aktif, endositosis, eksositosis.
2. Kajian Materi Sel
Menurut Campbell, sel merupakan materi dasar bagi ilmu Biologi.
54
Oleh sebab itu sel merupakan konsep yang mendasari pemahaman siswa untuk
memahami konsep-konsep Biologi selanjutnya. Menurut Campbell, sel merupakan kumpulan materi sederhana yang dapat hidup.
55
Dalam bukunya, Biologi, Edisi Kelima-Jilid I, Campbell, et.al mengkaji materi sel menjadi lebih
rinci.
52
Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMAMA, Jakarta: Depdiknas, 2006, h.
167, http:matematika.upi.eduwp-contentuploads201302Buku-Standar-Isi-SMA.pdf
.
53
Ibid., h. 171.
54
Campbell, Reece dan Mitchell, Biologi, Terj. dari Biology oleh Amalia, Jakarta: Erlangga, 2002, Cet. V, h. 112.
55
Ibid.
Pratiwi dalam buku Biologi untuk SMA kelas XI dengan menyesuaikan Standar Isi 2006, menjelaskan bahwa sel merupakan penyusun tubuh makhluk
hidup atau sel sebagai unit terkecil dari makhluk hidup.
56
Adapun materi sel pada tingkat SMAMA terdiri dari beberapa sub konsep yaitu komponen kimiawi sel, struktur dan fungsi sel yang terdiri dari struktur dari
sel tumbuhan dan sel hewan dan bagian sel dan organel sel, serta transpor melalui membran sel.
57
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Saleem Hasan, Diola Bagayoko, Ella Kelley dalam penelitiannya yang berjudul “Misconceptions and Certainty of Response Index” bermaksud untuk
mengembangkan metode yang bermanfaat untuk membedakan kurangnya pemahaman konsep dari miskonsepi. Hasil penelitian yang mereka lakukan
membuktikan bahwa metode CRI efektif untuk dijadikan alat diagnostik miskonsepsi, sebagai alat penilaian untuk mengukur suatu pencapaian ketika
metode tersebut diberikan kepada siswa ketika pretes maupun postes, dan yang terakhir metode CRI dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk
membandingkan hasil belajar mana yang lebih efektif jika menggunakan metode pengajaran, penggunaan teknologi, dan pendekatan yang berbeda.
58
Kustiyah dalam penelitiannya “Miskonsepsi dan Osmosis pada Siswa MAN
Model” berupaya untuk mengungkap miskonsepsi difusi dan osmosis pada siswa. Hasil daripada penelitian yang dilakukannya membuktikan bahwa 1 semakin
kompleks suatu konsep maka semakin sulit dipahami dan kecenderungan makin mudah menimbulkan miskonsepsi bagi siswa, 2 kesalahan yang dilakukan siswa
terutama karena kemampuan abstraksi yang masih rendah dan ketidakmampuan menjelaskan istilah-istilah yang berasal selain dari bahasa Indonesia.
59
D alam penelitiannya yang berjudul “Misconceptions in Biology Education
and Conceptual Change Strategies ”, Mehmet Bahar mencari penyebab bagaimana
56
Pratiwi, dkk, Biologi untuk SMA Kelas XI, Jakarta: Erlangga, 2007, h. 8.
57
Aryulina Diah, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga, 2004, h. 3-21.
58
Hasan, et.al, op. cit., 299.
59
Kustiyah, op. cit., h. 36.
miskonsepsi dapat terjadi pada siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa miskonsepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dan proses
pembelajaran siswa, adapun solusi yang ditawarkan Mehmet Bahar adalah dengan cara menggunakan teknik perubahan konseptual.
60
Dang Sabli menyimpulkan dalam skripsinya “Analisis Miskonsepsi Siswa Madrasah Aliya
h MA Kelas X pada Subkonsep Pencemaran Lingkungan”. Berdasarkan penelitiannya, metode CRI efektif dalam mengidentifikasi siswa
yang paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep sehingga dapat menghasilkan data kecenderungan siswa mengalami miskonsepsi sebesar 30,2 ,
paham konsep sebesar 41,4 , dan siswa tidak paham konsep sebesar 28,5 .
61
Ceren Tekkaya, dalam penelitiannya “Misconception as Barrier to Understanding Biology
”, bermaksud untuk mendukung agar proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan bermakna dengan melakukan studi untuk mencari
penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa agar miskonsepsi tersebut dapat diperbaiki.
62
Dalam penelitiannya yang berjudul “Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar
Learning Cycle 5 E”, Taufiq menyatakan bahwa penggunaan metode Certainty
of Respon Index CRI sangat membantu dirinya untuk memetakan miskonsepsi yang dialami mahasiswa.
63
Nurayu Fitriana menyimpulkan dalam skrip sinya yang berjudul “Analisis
Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI pada Konsep Stoi kiometri”. Penelitiannya
menunjukan bahwa metode CRI efektif untuk menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Berdasarkan kesimpulannya, Fitriana menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi siswa adalah kurang
60
Mehmet Bahar, “Misconceptions in Biology Education and conceptual Change Strategies”, Kuram ve Uygulamada Egitim BilimleriEducational Sciences: Theory and Practice, Vol. 1, 2003,
h. 59, http:www.academia.edu1394447Misconceptions_in_Biology_Education_and_Concept
ual_Change_Strategies
61
Dang Sabli, “Analisis Miskonsepsi Siswa Madrasah Aliyah MA Kelas X pada Subkonsep Pencemaran Lingkungan”, skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2009, h.75,
tidak dipublikasikan.
62
Ceren Tekkaya, “Misconception as Barrier to Understanding Biology, Hacettepe Universitesi Egiti
m Fakultesi Dergisi”, Vol. 23, 2002, h. 265.
63
Taufiq, op. cit., h. 199.