3. Menemukan dan menganalisis ideologi yang tercermin di balik tuturan upacara pernikahan masyarakat Madura di Desa Kalidandan, Pakuniran, Probolinggo.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diarahkan kepada dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
1. Memperkaya khazanah linguistik, khususnya linguistik makro dalam usaha memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan pragmatik BMd.
2. Memperkokoh teori pragmatik dan teori bahasa, konteks, dan teks terhadap penggunaan bahasa Austronesia. Hasil penelitian ini nantinya dapat
dimanfaatkan untuk menunjukkan fenomena khas, baik tradisi maupun budaya yang ada pada bahasa Madura BMd, khususnya BMd dalam tuturan upacara
pernikahan masyarakat Madura di Desa Kalidandan, Pakuniran, Probolinggo.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan data dan informasi tentang karakteristik tindak tutur yang berupa tindak tutur literal dan kontekstual
BMd. Selanjutnya dapat menjadi sarana dokumentasi BMd, keabsahan untuk mengembangkan BMd sehingga BMd dapat dijaga dan dilestarikan
keberadaannya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Tuturan upacara pernikahan masyarakat Madura kajian pragmatik dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan penelitian
lain yang menggunakan bahasa Madura BMd pada tataran pragmatik. Oleh karena itu, diperlukan tinjauan beberapa karya tulis yang membahas masalah
dalam ritual atau upacara pernikahan yang tentunya akan banyak membantu penelitian ini. Selain itu, tinjauan ini akan memberikan gambaran bahwa apa yang
dibahas dalam penelitian ini tidak sama dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Penjelasan hasil penelitian dipaparkan secara ringkas berikut ini.
Handayani 2003 menulis tesis berjudul “Wacana Kayob dalam
Masyarakat Biak: Aanalisis Bentuk, Fungsi, dan Makna ”. Masyarakat Biak di
Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua memiliki ragam sastra lisan yang berhubungan dengan ritual kematian, yaitu kayob. Penggunaan kayob dalam ritual
kematian mengalami pergeseran dengan masuknya pengaruh agama Kristen Protestan. Kayob memiliki bentuk, fungsi, dan makna sehingga kayob
menempatkan dua dimensi, yaitu waktu lampau dan waktu kini. Dalam dimensi lampau, tuturan kayob bersifat sangat sakral dan wajib dilaksanakan. Tujuan
tuturan kayob untuk menghormati arwah jenazah dan arwah para leluhur. Dimensi waktu kini menempatkan kayob sebagai warisan budaya. Tujuan tuturan kayob,
antara lain untuk memenuhi adat istiadat dan penerusan tradisi. Hasil penelitian