Cara Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK

commit to user lxxxviii negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 2010:08 a. faktor hukumnya sendiri undang-undang; b. faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum; c. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum; d. faktor masyarakat. yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; e. faktor kebudayaan;yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan pendapat dari Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, dapat dilihat bahwa, prosedur pelaksanaan PHK yang terjadi pada CV. Nova Furniture belum menjalankan peraturan tentang Ketenagakerjaan yang ada, sehingga penegakkan hukum di bidang Ketenagakerjaan belum dapat terwujud.

3. Cara dan Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK

a. Cara Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak menjelaskan mengenai cara pembayaran kompensasi terhadap pekerja yang di PHK, namun menurut ketentuan di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepmenakertrans Nomor Kep-150MEN2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 Pada Pasal 33 menjelaskan mengenai Pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 harus dilakukan secara tunai. Pembayaran Kompensasi yang diberikan kepada Setiawan dan Wiyono dibayarkan dengan cara tunai. Jadi berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepmenakertrans Nomor Kep-150MEN2000 tentang Penyelesaian Perselisihan commit to user lxxxix Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 Pada Pasa 33, pembayaran kompensasi yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan tentang Ketenagakerjaan.

b. Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK

Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 160 ayat 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pengusaha wajib membayar kepada pekerjaburuh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagai-mana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 5, uang penghargaan masa kerja 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4. Sesuai dengan Anjuran yang diberikan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karanganyar, kompensasi yang diterima Setiawan adalah : Uang Penghargaan Masa Kerja : 2 x Rp. 761.000,00 = Rp. 1.522.000,00 Uang Penggantian hak 15 : 15 x Rp. 1.522.000,00 =Rp. 228.300,00 Jumlah = Rp. 1.750.000,00 Pemenuhan Kompensasi tersebut didasarkan pada alasan PHK yang diterima pekerja, yaitu dimana alasan PHK sesuai dengan Pasal 160 ayat 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maka sesuai dengan Pasal 160 ayat 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hak pekerja yang di PHK meliputi uang penghargaan masa kerja 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4. Menurut Pasal 156 ayat 3, pekerja yang bekerja selama masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 enam tahun, 2 dua bulan upah, Setiawan adalah karyawan CV. Nova Furniture yang bekerja selama 5 tahun 10 bulan, jadi pemenuhan kompensasi terhadap Setiawan menurut Pasal 156 ayat 3 mendapatkan Uang commit to user xc Penghargaan Masa Kerja 2 dua bulan upah, sehingga hak yang diperoleh Setiawan 2 x Rp. 761.000,00 = Rp. 1.522.000,00. Uang penggantian hak yang diterima Setiawan menurut Pasal 156 ayat 4 adalah: 1 cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; 2 biaya atau ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja; 3 penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 lima belas perseratus dari uang pesangon danatau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; 4 hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Perusahaan memberikan uang penggantian hak sebesar 15 dari Uang Penghargaan masa kerja, penghitungan ini tidak ditambahkan dengan uang pesangon seperti yang tertuang di dalam Pasal 156 ayat 4 huruf c, sebab pekerja tidak memperoleh pesangon karena menurut ketentuan Pasal 160 ayat 7 pekerja hanya mendapatkan uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian. Ganti kerugian yang diterima oleh pekerja, yaitu : 15 x Rp. 1.522.000,00 =Rp. 228.300,00 Cuti tahunan yang belum di ambil tidak diberikan oleh pihak perusahaan, sebab cuti pekerja telah habis dipakai. Dan perusahaan tidak memberikan biaya atau ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja. Jadi pekerja hanya menerima uang penghargaan masa kerja dan ganti rugi pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 lima belas perseratus dari uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; Jadi berdasarkan pemenuhan kompensasi yang diberikan perusahaan dan atas anjuran dari pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karanganyar kompensasi yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan didalam Pasal 160 ayat 7 dan Pasal 156 ayat 4. commit to user xci Sedangkan terhadap Wiyono, pengusaha memberikan kompensasi berdasarkan Persetujuan Bersama yang dibuat dengan rincian: Masa kerja lebih dari 4 tahun Uang ganti rugi 15 dari pesangon dan penghargaan : Pesangon 5 x Rp. 761.000,00 = Rp. 3.805.000,00 Penghargaan Masa Kerja 2 x Rp. 761.000,00 = Rp 1.522.000,00 Jumlah = Rp. 5.327.000,00 Ganti Rugi 15 x Rp. 5.327.000,00 =Rp. 799.050,00 Sisa Cuti 8 x Rp. 36.238 = Rp. 290.000,00 Jumlah = Rp. 1.089.000,00 Penghargaan Masa Kerja 2 x Rp. 761.000,00 = Rp 1.522.000,00 Gaji Bulan Desember = Rp. 722.500,00 Jumlah = Rp. 3.333.500,00 Dari rincian tersebut di atas, Wiyono mendapatkan uang penghargaan masa kerja sebesar 2 dua bulan gaji, ganti rugi sebesar 15 dari uang pesangon dan penghargaan masa kerja, yang seharusnya uang ganti rugi yang diberikan adalah 15 dari penghargaan masa kerja, sebab alasan PHK pekerja tidak memenuhi ketentuan terhadap pekerja untuk mendapatkan pesangon. Uang ganti rugi yang diberikan juga meliputi sisa cuti yang belum diambil, dan Menurut Pasal 160 ayat 7 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan, Pengusaha wajib membayar kepada pekerjaburuh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagai-mana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 5, uang penghargaan masa kerja 1 satu kali ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat 4. Menurut Pasal 156 ayat 3, pekerja yang bekerja selama masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 enam tahun, 2 dua bulan upah. Wiyono mendapatkan uang penghargaan masa kerja sebesar 2 dua bulan gaji sebesar commit to user xcii 1.522.000,00. Seperti dengan Setiawan, Wiyono tidak memperoleh biaya atau ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja. Jadi pemenuhan kompensasi terhadap Wiyono tidak sesuai sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 160 ayat 7 dan Pasal 156 ayat 4, sehingga kompensasi yang diberikan terhadap pekerja tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yang berlaku. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, bahwa masalah pokok penegakkan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 2010:08 f. faktor hukumnya sendiri undang-undang; g. faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum; h. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum; i. faktor masyarakat. yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; j. faktor kebudayaan;yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan pendapat dari Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, dapat dilihat bahwa, pemenuhan kompensasi PHK yang terjadi pada CV. Nova Furniture tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan, sehingga pengusaha belum menjalankan peraturan tentang Ketenagakerjaan yang ada, maka penegakkan hukum di bidang Ketenagakerjaan belum dapat terwujud.

4. Perlindungan Hukum terhadap Pekerja dalam pelaksanaan PHK