commit to user
xciv Alasan karena pekerja telah ditahan oleh pihak yang berwajib selama 3 bulan penjara
bukanlah suatu alasan yang mendesak, sebab perusahaan tidak sedang mengalami kesulitan ekonomi dan tidak dirugikan atas kesalahan yang dilakukan oleh pekerja
diluar perusahaan. Pemerintah dalam membuat peraturan seharusnya memberikan pertimbangan atas prestasi selama pekerja bekerja, apakah selama bekerja pekerja
melakukan pekerjaan dengan itikad baik atau tidak. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepmenakertrans Nomor Kep-
150MEN2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja danPenetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian
dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 pada Pasal 19 ayat 1 dan ayat 2 dijelaskan bahwa :
“Pengusaha dapat mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dengan alasan pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan pengusaha
maupun bukan”. Dalam Pasal di atas juga tidak menjelaskan berapa lamanya pekerja ditahan oleh
pihak yang berwajib. Dengan adanya ketentuan di dalam Peraturan tentang Ketenagakerjaan yang tidak jelas demikian, akan memberikan peluang terhadap
pengusaha untuk melakukan PHK dengan alasan yang demikian, sehingga aturan yang dibuat pemerintah tidak dapat melindungi hak-hak pekerja.
Jadi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepmenakertrans Nomor Kep-
150MEN2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja danPenetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian
dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 belum mampu memberikan perlindungan terhadap pekerja mengenai kebenaran alasan diperbolehkannya PHK terhadap
Pekerja.
b. Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja Oleh CV. Nova Furniture
Pengusaha, pekerjaburuh, serikat pekerjaserikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
commit to user
xcv Pasal 151 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Menurut penjelasan di
dalam Pasal 151, upaya yang dimaksut adalah kegiatan-kegiatan yang positif yang pada akhirnya dapat menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja antara lain
pengaturan waktu kerja, penghematan, pembenahan metode kerja, dan memberikan pembinaan kepada pekerjaburuh.
Pengusaha dengan segala daya upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja dengan melakukan pembinaan terhadap pekerja yang bersangkutan.
Pasal 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepmenakertrans
Nomor Kep-150MEN2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja danPenetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti
Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000. PHK di CV. Nova Furniture dilakukan tanpa adanya upaya agar PHK tidak terjadi,
selain itu pengusaha tanpa perundingan dengan pekerja terlebih dahulu mengeluarkan SK PHK terhadap pekerja dan mengeluarkan Perjanjian Bersama terhadap pekerja.
PHK oleh CV. Nova Furniture tanpa penetapan dari lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, sebab menurut Pasal 160 ayat 6 dijelaskan bahwa
Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 5 dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Pasal 154 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan mengenai penetapan yang tidak diperlukan dalam hal :
1 pekerjaburuh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
2 pekerjaburuh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekananintimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali;
3 pekerjaburuh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau
peraturan perundang-undangan; atau
commit to user
xcvi 4 pekerjaburuh meninggal dunia.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa PHK selain karena alasan tersebut di atas harus dimintakan Penetapan dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial termasuk terhadap PHK karena kesalahan berat, namun hal ini berbeda dengan ketentuan di dalam Pasal 160 ayat 6 yang mengatakan bahwa Pemutusan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 5 dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Dalam Pasal
tersebut tidak diketahui alasan tanpa adanya penetapan terhadap PHK karena alasan yang sesuai dengan Pasal 160 ayat 5.
Jadi peraturan perundang-undangan yang ada tentang ketenagakerjaan belum dilaksanakan oleh pelaksana peraturan perundang-undangan. Sebab peraturan yang
ada mengenai prosedur yang dilakukan pengusaha tentang PHK tidak mewajibkan pengusaha mendapatkan persetujuan penetapan PHK dari Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, jadi dalam hal ini peraturan yang ada dapat memberikan peluang terhadap pengusaha untuk tidak melakukan prosedur sesuai
dengan peraturan yang ada, sebab dalam prosedur dalam penelitian ini terlihat bahwa pengusaha tidak melakukan upaya pencegahan terlebih dahulu, seharusnya pengusaha
melakukan pembinaan terhadap pekerja agar dikemudian hari pekerja tidak mengulangi kesalahannya lagi dan memberikan kesempatan pada pekerja untuk
bekerja kembali dan memperbaiki kesalahannya. Sehingga prosedur PHK yang ada belum memberikan perlindungan terhadap pekerja terhadap pekerja yang diputus
hubungan kerjanya karena telah melakukan kesalahan berat di luar perusahaan dan dipidana selama 3 tiga bulan penjara.
c. Cara dan Pemberian Kompensasi Oleh CV. Nova Furniture