Retribusi Daerah Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar

commit to user pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha maka fasilitas ataupun sarana dan prasarana pasar juga harus memadai. Artinya kelengkapan dan ketersediaan fasilitas pasar harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam peningkatan fasilitas pasar, di pasar Ayam disediakan RPU Rumah Pemotongan Unggas, sarana dan prasarana kebersihan serta fasilitas lainnya seperti toilet dan mushola.

D. Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar

1. Retribusi Daerah

Dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang pajak dan retribusi daerah pasal 1 26 disebutkan bahwa Retribusi Daerah atau retribusi adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan Menurut Suparmoko 2000:94 menjelaskan, “Retribusi ialah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan pembayaran-pembayaran retribusi tersebut.Misalnya uang kuliah,uang langganan air minum, uang langganan listrik.” Dari pendapat diatas maka retribusi merupakan pembayaran dari rakyat atas jasa yang disediakan oleh pemerintah disebabkan rakyat memanfaatkan jasa tersebut. Jadi yang wajib membayar retribusi adalah commit to user mereka yang memanfaatkan jasa atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Untuk dapat menetukan dasar pengenaan retribusi atau objek retribusi terhadap potensi pendapatan daerah, maka perlu dilakukan penilaian terhadap potensi pendapatan daerah tersebut. Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi agar potensi pendapatan daerah yang dapat dikenai retribusi, yaitu kecukupan dan elastisitas, keadilan, kemampuan administrasi, kesepakatan politik dan penilaian retribusi oleh pemerintah daerah Davey, 1988 dalam Kesit Bambang Prakoso 2005:57. 1. Kecukupan dan Elastisitas Retribusi harus memiliki kecukupan dan elastisitas artinya retribusi harus responsive terhadap variable-variabel yang mempengaruhinya. 2. Keadilan Struktur tarif retribusi secara tradisional bersifat regresif, artinya semakin tinggi dasar pengenaan retribusinya semakin turun tarifnya. Hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang kaya atau berada pada industry besar dan menengah. Maka dari itu tariff retribusi harus dibuat kurang regresif atau bersiifat adil bagi semua masyarakat. 3. Kemampuan Administrasi Secara teoritis retribusi mudah untuk ditaksir dan dipungut. Namun prakteknya terdapat kesulitan seperti masalah teknis, masalah menyangkut keinginan politik untuk mengenakan sanksi, dan masalah integritas. Untuk itulah diperlukan kemampuan administrasi yang handal commit to user untuk mentukan jenis retribusi sehingga pemungutannya juga berjalan lancer. 4. Kesepakatan Politik Penentuan besarnya tariff retribusi ataupun peningkatan tariff retribusi seringkali memerlukan adanya keputusan-keputusan politik tertentu. 5. Penilaian Retribusi oleh Pemerintah Daerah Pemerintah daerah berhak menetukan besarnya tariff retribusi di wilahnya sepanjang kenaikan tariff tersebut berdampak akan lebih meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

2. Retribusi Pasar