Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010
commit to user
Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi
dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh :
Wulan Riyani D0107102
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam mewujudkan tujuan pembangunan menuju masyarakat sejahtera, salah satunya pemerintah melaksanakan otonomi daerah. Di Indonesia, Negara yang cukup luas wilayahnya, maka sangatlah sulit bila diterapkannya sentralisasi. Hal ini karena, sangatlah sulit jika pemerintah pusat mengatur seluruh kegiatan yang ada di wilayah Indonesia. Untuk itulah diperlukan desentralisasi melalui program otonomi daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Dalam Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu artinya pelaksanaan otonomi daerah berarti pemerintah pusat mengakui kemandirian dan kemampuan pemerintah dan masyarakat daerah.
Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dalam Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa daerah otonom memiliki hak kewenangan dan kewajiban untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri serta daerah otonom
(3)
commit to user
memiliki keleluasaan untuk menggali dan mendayagunakan potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini karena, setiap daerah memiliki potensi sendiri yang bisa dikembangkan dan lebih mengetahui dan mengenal kekurangan apa yang ada di daerahnya untuk diperbaiki.
Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah atau pemerintahan sendiri. Daerah otonom tersebut dapat menggali sumber-sumber pendapatan daerah dari segala potensi yang dimiliki di daerahnya.
Berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan daerah, dalam pasal 157 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa pendapatan daerah terdiri dari:
1. Pendapatan Asli Daerah,yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah penerimaan retribusi daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pajak dan Retribusi Daerah pasal 1 (26) disebutkan bahwa retribusi daerah atau retribusi adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
(4)
commit to user
Dengan adanya pemungutan retribusi daerah diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Salah satu penerimaan dari retribusi daerah adalah retribusi pasar. Retribusi pasar merupakan golongan retribusai jasa umum. Hal ini sesuai dengan Perda Surakarta Nomor 8 Tahun 1999 tentang Retribusi Pasar yang terdapat dalam bab II pasal 5. Dalam Undang-Undang tersebut juga disebutkan bahwa retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pasar tidak hanya sebagai unit pelayanan kepada masyarakat, tetapi pasar sudah merupakan unit usaha bagi pemerintah daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba retribusi. Apabila retribusi tersebut dapat dipenuhi, maka sumber pendapatan dapat digunakan oleh Pemkot Surakarta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat Surakarta.
(5)
commit to user
Salah satu kegiatan perdagangan adalah kegitan jual beli di pasar. Orang atau badan hukum yang menerima fasilitas pasar di Surakarta maka akan dikenai retribusi pasar. Hal ini tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Retribusi Pasar bab II pasal 2. Besarnya tarif retribusi untuk masing-masing pengguna fasilitas pasar pun juga berbeda-beda tergantung letak dan luas kios, serta jenis dagangannya.
Untuk masing- masing pasar, ternyata besarnya target retribusi berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh pasar tersebut. Target retribusi pasar keseluruhan ditetapkan oleh walikota Surakarta sebagai sumber penerimaan bagi APBD Kota Surakarta. Sedangkan untuk target retribusi pasar untuk masing-masing tradisional Kota Surakarta ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Retribusi Pasar Ayam Tahun Anggaran 2008-2009
Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp)
2008 91.920.000 108.624.070
2009 93.211.000 109.331.725
Sumber: Kantor Pasar Ayam, Semanggi
Dari tabel diatas maka selama kurun waktu 2 tahun terakhir target yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta kepada Pasar Ayam Semanggi dapat terpenuhi. Bahkan realisasinya melebihi target yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dari pegawai Pasar Ayam Semanggi yaitu memuaskan serta strategi serta upaya yang selama ini diterapkan telah
(6)
commit to user
berhasil bagi pencapaian target retribusi Pasar Ayam Semanggi Kota Surakarta.
Untuk tahun 2010, target yang dipatok oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta untuk retribusai Pasar Ayam Semanggi adalah Rp 122.888.000,00. Berikut rincian target retribusi Pasar Ayam, Semanggi:
Tabel 1.2
Rincian Target Retribusi Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Sumber Retribusi Target Retribusi (Rp)
1. Plataran 2. Los 3. Kios 4. Rupa-rupa: - Listrik - Tunggakan - SHP - KTPP
- Balik Nama
- Lain-lain
- Penjualan Kios
28.400.000* 46.230.000 - 23.922.000 17.512.000 455.000 195.000 4.674.000 500.000
Jumlah Total Target Retribusi 122.888.000
Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi
Dari tabel diatas maka target retribusi pasar yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta untuk pasar ayam Semanggi adalah sebesar Rp 122.888.000,00. Untuk retribusi plataran, baik itu untuk barang dagangan kambing, ayam ataupun unggas lain maka retribusi tersebut dipungut dengan menggunakan karcis dengan nilai nominal sebesar Rp 460,00 dan Rp 650,00. Pemberian karcis tersebut disesuaikan dengan jumlah dagangan yang dibawa oleh pedagang. Bila dagangan yang dibawa sedikit, maka pedagang dikenai retribusi sebesar Rp 460,00 sedangkan bila agak banyak maka pedagang dipungut retribusi sebesar Rp
(7)
commit to user
650,00. Untuk ayam maupun unggas lain dibawah 25 atau sama dengan 25 ekor maka dikenai retribusi Rp 460,00 sedangkan untuk ayam atau unggas lain diatas 25 ekor dikenai retribusi Rp 650,00. Sedangkan untuk kambing, kambing yang berukuran kecil diberi karcis senilai Rp 460,00 dan kambing berukuran besar diberi karcis senilai Rp 640,00.
Tabel 1.3
Rincian Biaya Retribusi untuk Pedagang Plataran Berdasarkan Jumlah Barang Dagangan
Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Banyaknya ayam/ unggas ≤ 25 ekor >25 ekor
Biaya retribusi Rp 460,00 Rp 650,00
Total 1 Bulan (30 hari) Rp 13.800,00 Rp 19.500,00
Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi
Tabel 1.4
Rincian Biaya Retribusi Kambing untuk Pedagang Plataran Berdasarkan Ukuran Kambing
Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010
Ukuran Kambing Kecil Dewasa
Biaya Retribusi Rp 460,00 Rp 640,00
Sumber: Kantor Pasar Ayam Semanggi
Untuk retribusi los baik itu retribusi untuk ayam, unggas atau kambing dipungut dengan kartu dimana besarnya retribusi tersebut tergantung luas los yang dipakai. Ada 2 criteria los di Pasar Ayam
(8)
commit to user
Semanggi berdasarkan luas wilayahnya, yaitu los yang luasnya 7,5 m2 dan los yang luasnya 9 m2. Untuk los yang luasnya 7,5 m2 dikenai retribusi sebesar Rp 1105,00 per hari dengan rincian retribusi sebesar Rp 615,00 ; listrik sebesar Rp 375,00 ; dan retribusi kebersihan kota sebesar Rp 115,00. Sedangkan untuk los yang luasnya 9 m2, maka besarnya retribusi adalah Rp 1325,00 per hari dengan rincian retribusi sebesar Rp 740,00 ; listrik sebesar Rp 450,00 ; dan retribusi kebersihan kota sebesar Rp 135,00. Untuk retribusi listrik dibebankan kepada pedagang yang memiliki los sesuai lahan permeternya. Untuk permeternya dikenakan beban listrik sebesar Rp 50,00. Sehingga seperti yang telah dijelaskan diatas untuk luas los 7,5 m2 maka beban listrik yang harus dibayar adalah Rp 375,00 sedangkan untuk luas los 9 m2 maka beban listrik yang harus dibayar adalah Rp 450,00. Untuk retribusi los ini pembayarannya tergantung pedagang yang bersangkutan, apakah akan dibayar langsung selama sebulan ataukah setiap harinya.
Tabel 1.5
Rincian Biaya Retribusi Pasar Pedagang Los Berdasarkan Luas Lahan Los
Di Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010 Jenis
Luas los Retribusi (Rp) Listrik (Rp) RKK (Rp)
Total(Rp) Dikali 30
hari
7,5 m2 615 375 115 33150
9 m2 740 450 135 39750
(9)
commit to user
Untuk tunggakan retribusi tersebut merupakan tunggakan retribusi tahun lalu. Setiap pedagang Pasar Ayam Semanggi yang menggunakan los harus memiliki SHP (Surat Hak Penempatan). Awalnya pedagang harus membeli lahan los terlebih dahulu, dimana semeternya dikenai biaya Rp 900.000,00. Biaya tersebut sudah termasuk biaya untuk mendapatkan SHP dan KTPP. Selanjutnya pedagang tersebut mengajukan SHP (Surat Hak Penempatan) kepada Lurah Pasar Ayam, selanjutnya Lurah Pasar Ayam nanti akan mengurusnya ke Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta. Hal ini memerlukan waktu sekitar 2 hari. Setelah melalui Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta maka prosedur selanjutnya diajukan kepada Kepala Dinas Pengelolaan Kota Surakarta untuk mendapat persetujuan. Hal ini memerlukan waktu sekitar 3 hari. Setelah mendapat persetujuan maka akan dikembalikan lagi ke Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Kota Surakarta, dan selanjutnya diserahlan lagi kepada Lurah Pasar Ayam untuk nantinya diserahkan kepada pedagang yang bersangkutan. Biaya yang harus dikelurkan untuk mendapatkan SHP adalah Rp 17.500,00 dan SHP tersebut berlaku selama 3 tahun. Dengan adanya SHP (Surat Hak Penempatan) maka retribusi los yang dimiliki oleh pedagang tetap harus dibayar meskipun los tersebut ditempati ataupun tidak ditempati. Selain itu pemilik los juga harus memiliki KTPP ( Kartu Tanda Pengenal Pedagang). Pelayanan KTPP ( Kartu Tanda Pengenal Pedagang ) ini biasanya langsung dijadikan satu dengan SHP ( Surat Hak Penempatan ). Masa berlaku KTPP ( Kartu Tanda
(10)
commit to user
Pengenal Pedagang ) adalah 3 tahun, dan untuk mendapatkan KTPP ( Kartu Tanda Pengenal Pedagang) dikenai biaya Rp 7.500,00. Itu artinya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan KTPP ( Kartu Tanda Pengenal Pedagang ) selama setahun adalah Rp 2.500,00. Jadi biaya total untuk mendapatkan SHP dan KTPP adalah sebesar Rp 25.000,00. Pada awal kepemilikan SHP dan KTPP maka biaya tersebut, sudah dimasukkan dalam biaya pembelian lahan los senilai Rp 900.000,00. Tetapi jika masa berlakunya SHP dan KTPP sudah habis, maka untuk mengajukannya kembali dikenai biaya Rp 25.000,00 dan berlaku untuk 3 tahun ke depan. Retribusi yang didapat dari SHP dan KTPP ini berasal dari biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh SHP dan KTPP yaitu sebesar Rp 25.000,00. Karena biaya tersebut berlaku untuk 3 tahun, maka retribusi pertahunnya adalah Rp 8.333,00 dengan rincian untuk SHP sebesar Rp 5.833,00 dan KTPP sebesar Rp 2.500,00.
Balik nama disini diartikan sebagai pengubahan status kepemilikan pedagang dari nama pemilik yang lama menjadi nama pemilik yang baru. Nilai taksiran tempat dasaran untuk balik nama adalah Rp 820.000,00. Biaya pelayanan yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan balik nama permeternya adalah Rp 82.000,00. Untuk sumber retribusi lain-lain ini berasal dari tambahan retribusi yang lain-lain, misalnya tambahan dari sponsor yang memasang reklame atau tambahan listrik bagi pedagang plataran yang menginginkan adanya penerangan.
(11)
commit to user
Kontribusi retribusi pasar bagi peningkatan PAD Kota Surakarta yang semakin meningkat, secara tidak langsung akan berdampak bagi Pemkot Surakarta untuk mengembangkan penerimaan daerah. Usaha pengembangan penerimaan retribusi pasar pada tiap tahunnya mengalami kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan tersebut di antaranya menyangkut perilaku wajib retribusi pasar yang seringkali melakukan penundaan pembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Dari penundaan inilah dikhawatirkan penerimaan yang didapatkan tidak bisa atau tidak memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta.
Dalam mencapai target retribusi pasar sesuai yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, maka diperlukan suatu strategi yang handal untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk masing-masing pasar, strategi yang digunakan berbeda-beda tergantung Lurah Pasar yang bersangkutan. Begitu pula Lurah Pasar Ayam juga memiliki strategi tersendiri untuk mencapai target sesuai yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yaitu sebesar Rp 122.888.000,00.
Pasar Ayam merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Surakarta juga menyumbangkan retribusi bagi penerimaan pendapatan asli daerah Kota Surakarta. Dalam Trans Agro ( edisi 18, tahun II/ Mei 2010, hal: 21) disebutkan bahwa pasar Ayam ini merupakan pasar terbesar diseluruh Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Pada Tahun 2010 ini target retribusi Pasar Ayam Semanggi adalah Rp 122,8 juta. Namun realisasinya
(12)
commit to user
pada bulan september baru sekitar 55% dari target yang semestinya, yaitu Rp 72,9 juta. Dalam Harian Solopos, (kamis pon, 2 september 2010), Lurah Pasar Ayam, Sunyata mengatakan hingga kini realisasi penarikan retribusi pedagang mencapai 72,9 juta.
Penarikan retribusi Pasar Ayam Semanggi ternyata juga mengalami kendala. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lurah Pasar Ayam Sunyata (Solopos: kamis pon, 2 september 2010) bahwa tidak semua pedagang mematuhi kewajibannya membayar retribusi. Sebagian pedagang sulit ditemui di pasar karena mobilitasnya cukup tinggi. Selain itu, jumlah tunggakan retribusi pasar Ayam Tahun 2009 mencapai sekitar Rp 15 Juta, tetapi hingga kini tunggakan tersebut sudah berkurang menjadi Rp 10 juta. Dengan adanya penunggakan ini, maka juga bisa berimbas pada menurunnya total penerimaan retribusi pasar tiap tahunnya. Untuk itu, Lurah Pasar Ayam beserta staffnya harus menerapkan strategi yang tepat agar target retribusi pasar dapat tercapai.
Kelemahan yang dihadapi Lurah Pasar Ayam beserta staffnya dalam mencapai target retribusi Pasar Ayam Semanggi adalah apabila pedagang banyak yang tutup maka hal ini menjadi kendala bagi penarikan retribusi, karena ketika akan dipungut retribusi, pedagang yang bersangkutan tidak ada. Selain itu kelemahan lainnya adalah perilaku wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Yang menjadi tantangan adalah adanya penyakit atau virus yang bisa muncul dari barang dagangan tersebut. Yang menjadi kekuatan pencapaian target
(13)
commit to user
retribusi pasar ayam adalah produk yang berkualitas tinggi atau baik, keramahan dan keseriusan Lurah Pasar Ayam Semanggi beserta staff dalam memberikan pelayanan kepada pedagang. Seluruh pegawai dengan serius selalu menjaga kebersihan pasar. Yang menjadi peluang adalah kehadiran pejabat yang datang atau meninjau lokasi dan keadaan Pasar Ayam Semanggi serta adanya penyemprotan berkala setiap sebulan sekali dari Dinas Pertanian Kota Surakarta untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang bisa muncul. Dengan adanya penyemprotan tersebut menjadi peluang bagi pencapaian target retribusi pasar Ayam Semanggi, karena pedagang maupun pembeli merasa mendapat jaminan bahwa barang dagangan mereka berkualitas baik dan tidak menularkan penyakit.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya maka harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah-ubah. Para pemimpin puncak, dalam hal ini Lurah Pasar Ayam, menentukan rencana yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Untuk mencapai target retribusi pasar ayam tersebut dan mengatasi masalah ataupun kendala yang muncul dalam pencapaian target retribusi pasar, maka Lurah Pasar Ayam Semanggi harus memikirkan dan menentukan strategi yang tepat, agar Pasar Ayam Semanggi dapat menggali potensi retribusi yang dimilikinya. Strategi yang digunakan oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi beserta staffnya adalah Strategi
(14)
commit to user
Pemberdayaan Pasar melalui pemelirahaan pasar, pengembangan pengelolaan persampahan pasar, pembangunan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, dan pembinaan pedagang pasar.
Strategi pemberdayaan pasar disini merupakan upaya yang
dilakukan pemerintah Kota Surakarta, dalam hal ini yang
menyelenggarakan khusus bagi Pasar Ayam Semanggi adalah Lurah Pasar Ayam beserta staffnya untuk menumbuhkan iklim usaha, pembinaan,
pengembangan, serta pembiayaan melalui pemelirahaan pasar,
pengembangan pengelolaan persampahan pasar, pembangunan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, dan pembinaan pedagang pasar. Dengan strategi itu diharapkan iklim usaha menjadi kondusif dan target retribusi dapat dicapai. Selain strategi diatas, Lurah Pasar Ayam Semanggi beserta staff juga melakukan sistem jemput bola ke rumah pedagang untuk menagih retribusi. Hal ini dilakukan mengingat tenggang waktu yang sempit, artinya sisa akhir tahun yang tinggal beberapa bulan saja.
Melihat permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang strategi pemberdayaan pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam pencapaian target retribusi pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta tahun 2010.
(15)
commit to user
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tentang latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui informasi dan gambaran mengenai strategi yang dilakukan oleh Lurah Pasar Ayam dalam pencapaian target retribusi pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010. 2. Sebagai syarat guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan pasar yang dilakukan oleh Lurah Pasar Ayam dalam pencapaian target retribusi pasar yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010.
2. Memberikan sumbangan kepada Dinas terkait berupa saran-saran untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi untuk mencapai target retribusi pasar ayam Surakarta.
(16)
commit to user
3. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperluas
(17)
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi
Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos, atau strategus dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam bahasa Yunani Kuno sering berarti perwira Negara (state officer) dengan fungsi yang luas. Itu artinya penggunaan definisi strategi lebih mengarah pada kalangan militer. Hal ini sependapat dengan Mc Nicholas (1997) dalam J. salusu (1996 : 92-93) yang mengemukakan bahwa:
“ strategy is the science and art of employing armed strength of a belligerent to secure the object of war. More restricted, the science and art of military command, exercised to meet the enemy under advantageous conditions”.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa strategi merupakan seni dan tanggung jawab utama dari negara berperang untuk memenangkan atau mengamankan peperangan. Pengertian strategi ini lebih terbatas pada suatu ilmu atau seni memerintah dari militer,untuk mengadakan pertemuan dengan musuh dalam kondisi yang menguntungkan.
Robert M. Grant (1996:11) menjelaskan bahwa strategi militer dapat memberi masukan yang penting dalam pengelolaan bisnis. Perbedaan yang paling mendasar antara strategi dan taktik dalam militer adalah strategi merupakan suatu rencana keseluruhan dalam memanfaatkan sumber daya untuk memperoleh kedudukan yang menguntungkan, sedangkan taktik merupakan skema dari tindakan secara spesifik. Taktik lebih berkaitan dengan
(18)
commit to user
tindakan yang harus dilakukan untuk memenangkan peperangan, sedangkan strategi lebih menekankan pada memenangkan perang. Namun, apaupun itu keputusan strategis, baik keputusan dalam bidang militer maupun bidang usaha, berkaitan dengan tiga karakteristik umum, yaitu:
1. strategi merupakan halyang penting
2. strategi meliputi komitmen yang penting dari sumber daya 3. strategi tidak mudah diubah.
Chandler (1992) dalam Mudrajad Kuncoro (2005:1), mengemukakan strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian ini strategi lebih mengacu pada usaha atau cara bertindak untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, strategi sangat penting bagi suatu organisasi untuk pencapaian tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. James Brian Quinn (dalam Robert M. Grant, 1966:10) menjelaskan bahwa:
Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.
Menurut Kenneth Andrew dalam J. Salusu ( 1996:89) strategi adalah pola tujuan atau sasaran yang dinyatakan sedemikian rupa, yaitu yang
(19)
commit to user
menegaskan bisnis apa yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti, dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu. Dari pengertian diatas maka strategi itu tidak hanya mencakup tentang sasaran dan tujuan apa yang akan dicapai suatu organisasi tetapi di dalam strategi juga menjelaskan secara rinci kegiatan maupun jenis organisasi, apakah organisasi profit atau nonprofit. Pada intinya akan dibawa kemanakah organisasi tersebut, bagaimana seharusnya organisasi tersebut berjalan demi meraih tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Keputusan strategik yang dibuat perusahaan seharusnya mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang nantinya akan menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam lingkungan kompetitif.
Menurut J. Salusu (1996:101), strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya maka harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah-ubah. Strategi juga merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.( Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar,2010:16)
Dari beberapa pengertian strategi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan siasat atau cara yang digunakan untuk menghadapi
(20)
commit to user
permasalahan yang dihadapi guna tercapainya tujuan suatu organisasi dengan memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal organisasi.
Menurut Coulter (2002) Strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan industrinya. Dengan demikian beberapa ciri strategi yang utama adalah : (dalam Kuncoro, 2005:12 ) :
1. Goal Direction Actions yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang diinginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya
2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan kapabilitas), serta mempertahankan peluang dan tantangan.
Terkait dengan ciri strategi di atas, maka penelitian ini telah memenuhi dua ciri tersebut, yaitu adanya Goal Directed Actions, yaitu mengenai penetapan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan strategi pemberdayaan ini yaitu untuk mencapai target retribusi pasar Ayam sesuai dengan target yang telah ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yaitu sebesar Rp 122.888.00,00. Selain itu, Lurah Pasar Ayam beserta staffnya juga dalam strategi pemberdayaan ini mempertimbangkan semua sumberdaya yang dipunyai serta mempertahankan segala peluang yang ada yang kemudian digunakan untuk mengatasi segala tantangan yang ada.
Rumusan yang komprehensif mengenai strategi oleh Hax dan Majluf (1991) sebagai berikut : (dalam Salusu, 1996: 100-101)
(21)
commit to user
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya; 3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi; 4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya; 5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
Untuk melaksanakan atau mencapai tujuan yang ingin dicapai maka perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi itu sendiri. Tipe-tipe strategi menurut Koteen (1991) dalam pengambilan keputusan strategik yaitu : (dalam Salusu, 1996:104-105)
1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
2. Program Strategy (Strategi Program)
Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategik dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
(22)
commit to user
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.
4. Institusional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.
Para eksekutif perlu menjamin bahwa strategi yang mereka susun dapat berhasil dengan meyakinkan. Bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan. Menurut Hatten dan Hatten dalam J. Salusu (2003: 107) ada beberapa prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu:
a. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya
Jangan membuat strategi yang melawan arus. Ikutilah arus perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.
b. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi
Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang. Semua strategi hendaknya diserasikan satu dengan yang lain.
c. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain
Persaingan tidak sehat antar berbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.
d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya
Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.
(23)
commit to user e. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis
Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, jadi harus membuat sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan.
f. Strategi hendaknya memperhitungkan risiko yang tidak terlalu besar Memang setiap strategi mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan organisasi kedalam lobang yang besar. Oleh sebab itu, suatu strategi harusnya dapat selalu dikontrol. g. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah
dicapai
Jangan menyusun strategi di atas kegagalan.
h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
Grant (2005) dalam Cliff Bowman and Ve´ronique Ambrosini (2007:363) menyebutkan bahwa:
One of the questions that this special issue of Management Decision seeks to address is that of hierarchical strategies or strategy levels. Traditionally competitive strategy relates to how a strategic business unit (SBU), be it a stand alone firm or a division of a larger corporation, competes within a particular market, and corporate strategy relates to how a corporation manages a set of businesses (Grant, 2005).
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa salah satu pertanyaan yang berkaitan dengan issu tentang keputusan manajemen yaitu mengenai hirarki strategi atau level strategi. Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang perbedaan dari strategi kompetitif tradisional dan strategi korporasi. Strategi kompetitif tradisional lebih menekankan bagaimana suatu strategi dari unit bisnis berdiri sendiri sebagai sebuah firma atau bagian dari sebuah organisasi besar, saling berkompetisi dalam pangsa pasar. Sedangkan strategi korporasi lebih menekankan bagaimana sebuah organisasi mengelola/memanage serangkaian bisnis atau usaha.
(24)
commit to user
B. Pemberdayaan
Kata pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa inggris “empowerment” yang berarti “ pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar “daya’ tapi juga “kekuasaan’’, sehingga kata “daya” tidak saja bermakna “mampu” tapi juga “mempunyai kuasa” (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007:1).
Definisi Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukanlah sebuah “proses instan” ,pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007:2)
1. Penyadaran.
Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai “sesuatu”. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun”demand”) diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari diri mereka sendiri.
2. Pengkapasitasan.
Disebut “capacity building” atau memampukan. Untuk diberikan daya atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Misalnya, sebelum memberikan otonomi daerah, seharusnya daerah-daerah yang hendak diotonomkan diberi program kemampuan atau capacity building untuk membuat
(25)
commit to user
mereka cakap dalam mengelola otonomi yang diberikan. Proses capacity building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistim nilai. 3. Pemberian daya itu sendiri atau “empowerment” dalam makna sempit.
Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Pokok gagasannya adalah bahwa proses pemberian daya atau kekuasaan diberikan sesuai dengan kecakapan penerima.
Duncan (dalam Ronald Nangoi, 2004:7) mengemukakan bahwa pemberdayaan menyediakan lebih banyak sumberdaya kreatif dari suatu organisasi. Pemberdayaan mengaktifkan dan memberi energi kepada orang-orang untuk berusaha secara individu mengejar yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah proses yang alamiah, dalam arti kita alami dalam kehidupan wajar sehari-hari. Meskipun kehidupan itu adalah proses yang alami, kehidupan pun harus perlu di manajemeni. Jadi pemberdayaan bukanlah semata-mata konsep politik, melainkan lebih pada suatu konsep manajemen. Dan sebagai konsep manajemen, pada akhirnya pemberdayaan harus mempunyai indikator keberhasilan. Indikator tersebut adalah : (Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007:10)
1. Akses, artinya target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai akses akan risorsis yang diperlukan untuk mengembangkan diri.
2. Partisipasi, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya dapat berpartisipasi mendayagunakan risorsis yang diaksesnya.
3. Kontrol, dalam arti target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai kemampuan mengontrol proses pendayagunaan risorsis tersebut.
(26)
commit to user
4. Kesetaraan, dalam arti pada tingkat tertentu saat terjadi konflik, target mempunyai kedudukan sama dengan yang lain dalam hal pemecahan masalah.
Dasar-dasar pemberdayaan menurut Dubois dan miley (1977) adalah : ( dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 116)
1. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
2. Proses pemberdayaan memandang sistem klient sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasil dan memberikan kesempatan.
3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi. 4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman
khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan. 5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas
untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses menyeluruh : suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai askes sistim sumberdaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyrakat. Wrihatnolo dan dwijowijoto (2007:117), menyebutkan bahwa proses pemberdayaan hendaknya meliputi :
1. enabeling (menciptakan suasana kondusif)
(27)
commit to user 3. protecting (perlindungan dari ketidakadilan) 4. supporting (bimbingan dan dukungan)
5. foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang)
Aileen Mitchell Stewart (1998:77) menjelaskan bahwa pemberdayaan bukanlah cara manajemen yang gampang dan enak bagi seorang manajer yang malas dan setengah-setengah, melainkan justru menuntut lebih banyak kecakapan dan sumber daya manajerial. Pemberdayaan juga menuntut digunakannya seperangkat kecakapan baru, yang meliputi:
1.Membuat mampu (enabling)
Membuat mampu berarti memastikan bahwa staf mempunyaisegala sumber daya yang diperlukan untuk dapat diberdayakan secara penuh, seperti waktu, personel, uang dan lain-lain.
2.Memperlancar (facilitating)
Merupakan kecakapan paling mendasar yang diperlukan oleh manajer yang memberdayakan. Manajer yang memberdayakan memandangnya sebagai tugas pokok manajemen untuk meniadakan segala halangan, rintangan dan penundaan yang menghalangistaf untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya.
3.Berkonsultasi (consulting)
Manajer yang memberdayakan perlu menggunakan pengetahuan dan pengalaman dan memanfaatkannya untuk berkonsultasi dengan staf yang menyangkut masalah sehari-hari maupun masalah-masalah strategis.
(28)
commit to user 4.Bekerjasama (collaborating)
Berkonsultasi saja tidak cukup, tetapi dalam program pemberdayaan manajer hendaknya juga bekerjasama sepenuhnya dengan staf. Hanya dengan bekerjasama secara bebas, terbuka, dan penuhlah, seluruh kekayaan kecakapan dan pengetahuan dalam organisasi dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi.
5.Membimbing (mentoring)
Bertindak sebagai teladan dan dan pelatih bagi staf dan rekan-rekan sekerja. Membimbing sangat fundamental bagi proses pemberdayaan: sebelum kita dapat menerima sepenuhnya bahwa kita tidak harus mengerjakannya sendiri- dan bahwa kita dapat mencapai lebih banyak melalui orang lain- kita sesungguhnya belumlah siap untuk memberdayakan staf kita.
6.Mendukung (supporting)
Manajer yang baik mengetahui perlunya mendukung staf dan membantu mereka untuk dapat mandiri. Jika staf kita tidak merasa bahwa mereka akan tetap mendapatkan dukungan kita sepenuh hati bahkan pada waktu mereka membuat kesalahan –asalkan kesalahan itu terjadi akibat usaha untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi- maka organisasi atau departemen kita tidak akan pernah akan mencapai pemberdayaan secara penuh.
Ginanjar Kartasasmita (1996: 159-160), membicarakan konsep pemberdayaan secara luas yaitu pemberdayaan masyarakat. Konsep
(29)
commit to user
pemberdayaan masyarakat digunakan dalam penelitian ini dengan asumsi bahwa pedagang merupakan anggota dari masyarakat secara luas. Dalam kerangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui 3 jurusan :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi, dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Pekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan masukan atau input serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.
3. Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah sangat diperlukan. Melindungi disini tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan semakin melemahkan. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Kristiadi (1977) melihat bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat harus membuat masyarakat menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya sendiri, swadana, mampu membiayai keperluan sendiri, dan swasembada, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007:117). Sedangkan Prijo (1996) menjelaskan
(30)
commit to user
bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 117).
Ada 3 strategi pemberdayaan yang umum dipakai atau dilaksanakan yaitu : (Wrihatnolo dan dwidjowiyoto, 2007:119-120)
1. Pemberdayaan konformis
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting”. Karena struktur sosial, ekonomi, dan politik yang ada sudah dianggap given, pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya meningkatkan daya adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini adalah mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan pemberian bantuan, baik modal maupun subsidi. Program-program karitatif dan sinterklas termasuk dalam kategori ini.
2. Pemberdayaan reformis
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang”. Konsep ini tidak mempermasalahkan tatanan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang ada. Yang dipersoalkan adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional. Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan kelembagaan, dan sebagainya.
(31)
commit to user 3. Pemberdayaan struktural
Pemberdayaan yang berkutat di “akar”. Strategi tersebut melihat bahwa ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum yang lemah. Pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural secara mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada. Karena sifat revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical paradigm.
Dari tiga strategi pemberdayaan di atas, strategi pemberdayaan pasar oleh lurah Pasar Ayam termasuk ke dalam strategi pemberdayaan reformis. Hal ini dilihat dari praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional. Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan kelembagaan, dan sebagainya.
Spreitzer (1995a, b, 1997) dalam Jean-Se´bastien Boudrias his colleagues ( 2009:626):
Empowered individuals:
(1) find meaning in their work role;
(2) feel competent to perform their work role;
(3) have a feeling of self-determination with regard to specific means to achieve expected results; and
(4) believe that they can have a real impact on organizational outcomes. Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat itu meliputi menemukan arti dari cara kerja mereka, adanya rasa bersaing untuk menunjukkan kerja mereka, memiliki rasa bertahan diri dan saling
(32)
commit to user
menghormati dalam arti khusus untuk mencapai hasil yang diharapkan, serta percaya bahwa mereka memiliki pengaruh yang nyata dalam keluaran/hasil organisasi.
Dari berbagai pandangan mengenai pemberdayaan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses untuk mendorong masyarakat agar lebih mandiri agar mereka dapat menunjukkan kemampuan mereka bahwa mereka mampu untuk berkreasi, berinovasi dan membuktikan bahwa mereka memiliki pengaruh bagi pencapaian tujuan organisasi.
C. Strategi Pemberdayaan
1. Pemberdayaan Pasar Tradisional
Menurut peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1993 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5 tahun 1983 tentang pasar, yang dimaksud pasar adalah tempat dengan batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat berkumpul dan bertemunya pedagang/ pengusaha dengan pembeli dengan maksud untuk terwujudnya jual beli yang secara langsung memperdagangkan barang dan jasa.
Dari pengertian diatas maka pasar itu ditetapkan oleh pemerintah Daerah, yang menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk berinteraksi dan saling berhubungan untuk melakukan jual beli atas barang atau jasa tertentu. Dalam hal ini pasar Ayam adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli atas barang dagangan dimana yang diperjualbelikan adalah Ayam dan Kambing.
(33)
commit to user
Pasar merupakan bagian dari usaha kecil. Hal ini dijelaskan dalam peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan TokoModern yang menjelaskan bahwa:
“pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjuallebih dari satu yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun dengan sebutan lainnya. Sedangkan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah. Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa took, kios,los dan tenda yang dimilik/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”.
Usaha kecil seperti pasar perlu diberdayakan agar mampu memanfaatkan peluang usaha yang dimiliki dan menjawab tantangan sehingga mampu meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan pasar merupakan strategi untuk menumbuhkan iklim usaha agar pasar dapat tumbuh kokoh dan mampu menggali potensi yang dimilki sehingga bias bermanfaat bagi Negara.
Adapun tujuan pemberdayaan usaha kecil yang termuat dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah:
1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil menjadi
(34)
commit to user
3) Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 dimaksudkan untuk meningkatkan peran usaha kecil dan mikro dalam perekonomian Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil adalah:
“upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk pertumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri”
Yang dimaksud dengan iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan diberbagai aspek kehidupan ekonomi agar usaha mikro, kecil dan menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan usaha yang seluas-luasnya (pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008). Iklim usaha yang ditumbuhkan pemerintah dan pemerintah daerah sebagai obyek yang diberdayakan meliputi aspek-aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan (bab V pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008)
(35)
commit to user
Selanjutnya yang dimaksud Pemerintah menumbuhkan iklim usaha dan aspek kesempatan berusaha antara lain melalui kebijaksanaan untuk menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya.
Dengan melihat beberapa konsep diatas maka pemberdayaan pasar tradisional menurut peneliti adalah upaya yang dilakukan pemerintah melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan serta pembiayaan sehingga pasar tradisional mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi pasar tradisonal yang tangguh dan mandiri.
2. Strategi Pemberdayaan Pasar Oleh Lurah Pasar Ayam dalam
Pencapaian Target Retribusi Tahun 2010
Berdasarkan konsep Strategi dan Pemberdayaan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pemberdayaan pasar adalah segala keputusan atau kebijakan yang yang dilakukan melalui berbagai tindakan untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha di pasar agar usaha tersebut menjadi kokoh, tangguh dan mandiri. Selain itu menurut Wrihatnolo dan dwidjowiyoto (2007:23) dapat disimpulkan bahwa Strategi Pemberdayaan adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi yaitu untuk keberdayaan masyarakat) dan mengalokasikan/menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis sumber daya) sehingga dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat, dan mendorong masyarakat
(36)
commit to user
untuk lebih mampu merencanakan, membangun dan memelihara hasil kegiatan secara mandiri. Strategi Pemberdayaan diterapkan ke dalam berbagai program yang menggunakan prinsip dasar bahwa apabila mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan secara mandiri, masyarakat akan berbuat yang terbaik bagi diri mereka, keluarga, dan masyarakatnya.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Melalui otonomi daerah, suatu daerah diharapakan dapat menggali potensi daerahnya sendiri karena lebih mengetahui struktur dan potensi daerahnya.
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan induk dari Pasar Ayam Semanggi, sehingga kebijakan yang ditetapkan DPP Kota Surakarta berlaku juga di Pasar Ayam Semanggi. Kebijakan yang ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar guna menciptakan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman, serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna mendukung kelancaran pembangunan pemerintah daerah adalah dengan menumbuh kembangkan dan memberdayakan pasar melalui peningkatan sarana prasarana dan fasilitas pasar yang memadai.
(37)
commit to user
Pemberdayaan pasar tradisional adalah upaya yang dilakukan pemerintah melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan serta pembiayaan sehingga pasar tradisional mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi pasar tradisonal yang tangguh dan mandiri.
Dalam rencana strategis tahun 2006-2011 Dinas Pengelolaan Pasar halaman 7, memiliki strategi dan kebijakan untuk lebih memberdayakan pasar tradisional yaitu melalui:
a. Program pemeliharaan pasar
Pemeliharaan fasilitas pasar dilakukan dengan pemeliharaan sarana dan prasarana pasar.
b. Program pengembangan pengelolaan persampahan pasar
Peningkatan kebersihan pasar dilakukan melalui penambahan maupun pengantian alat kebersihan di masing-masing pasar.
c. Program pembangunan atau renovasi pasar
Pembangunan (renovasi) dilakukan untuk meningkatkan
kenyamanan pasar. Dalam pembangunan juga diikuti dengan penambahan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di pasar.
d. Program peningkatan keamanan dan ketertiban pasar
Peningkatan keamanan dan ketertiban pasar dilakukan melalui pembinaan petugas keamanan pasar.
e. Program pembinaan pedagang pasar
Pembinaan dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap para pedagang pasar.
(38)
commit to user
Berdasarkan Renstra tersebut maka indikator yang digunakan untuk menjelaskan strategi pemberdayaan pasar di Pasar Ayam Semanggi adalah pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan pengelolaan persampahan pasar,
Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010-2015 halaman 12-13,
kebijakan yang dirumuskan adalah menumbuhkembangkan dan
memberdayakan perekonomian masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, sarana dan prasarana dan fasilitas pasar yang cukup memadai guna menciptakan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna mendukung kelancaran pembangunan pemerintah daerah. Dari penjelasan diatas maka tujuan akhir dari kebijakan tersebut adalah untuk menumbuhkembangkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prijo (1996) yang menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 117).
Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Ayam Semanggi maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai dengan konsep pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa
(39)
commit to user
pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha maka fasilitas ataupun sarana dan prasarana pasar juga harus memadai. Artinya kelengkapan dan ketersediaan fasilitas pasar harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam peningkatan fasilitas pasar, di pasar Ayam disediakan RPU (Rumah Pemotongan Unggas), sarana dan prasarana kebersihan serta fasilitas lainnya seperti toilet dan mushola.
D. Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar
1. Retribusi Daerah
Dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang pajak dan retribusi daerah pasal 1 (26) disebutkan bahwa Retribusi Daerah atau retribusi adalah segala pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
Menurut Suparmoko (2000:94) menjelaskan,
“Retribusi ialah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang
langsung diterima dengan pembayaran-pembayaran retribusi
tersebut.Misalnya uang kuliah,uang langganan air minum, uang langganan listrik.”
Dari pendapat diatas maka retribusi merupakan pembayaran dari rakyat atas jasa yang disediakan oleh pemerintah disebabkan rakyat memanfaatkan jasa tersebut. Jadi yang wajib membayar retribusi adalah
(40)
commit to user
mereka yang memanfaatkan jasa atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.
Untuk dapat menetukan dasar pengenaan retribusi atau objek retribusi terhadap potensi pendapatan daerah, maka perlu dilakukan penilaian terhadap potensi pendapatan daerah tersebut. Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi agar potensi pendapatan daerah yang dapat dikenai retribusi, yaitu kecukupan dan elastisitas, keadilan, kemampuan administrasi, kesepakatan politik dan penilaian retribusi oleh pemerintah daerah ( Davey, 1988 dalam Kesit Bambang Prakoso 2005:57).
1. Kecukupan dan Elastisitas
Retribusi harus memiliki kecukupan dan elastisitas artinya retribusi harus responsive terhadap variable-variabel yang mempengaruhinya. 2. Keadilan
Struktur tarif retribusi secara tradisional bersifat regresif, artinya semakin tinggi dasar pengenaan retribusinya semakin turun tarifnya. Hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang kaya atau berada pada industry besar dan menengah. Maka dari itu tariff retribusi harus dibuat kurang regresif atau bersiifat adil bagi semua masyarakat.
3. Kemampuan Administrasi
Secara teoritis retribusi mudah untuk ditaksir dan dipungut. Namun prakteknya terdapat kesulitan seperti masalah teknis, masalah menyangkut keinginan politik untuk mengenakan sanksi, dan masalah integritas. Untuk itulah diperlukan kemampuan administrasi yang handal
(41)
commit to user
untuk mentukan jenis retribusi sehingga pemungutannya juga berjalan lancer.
4. Kesepakatan Politik
Penentuan besarnya tariff retribusi ataupun peningkatan tariff retribusi seringkali memerlukan adanya keputusan-keputusan politik tertentu. 5. Penilaian Retribusi oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berhak menetukan besarnya tariff retribusi di wilahnya sepanjang kenaikan tariff tersebut berdampak akan lebih meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
2. Retribusi Pasar
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1993 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5 tahun 1983 tentang Pasar, bahwa pengertian retribusi pasar adalah “sejumlah uang yang harus dibayar oleh pedagang/pengusaha yang memperoleh manfaat dari adanya pasar termasuk pasar swasta atau tempat umum dan wilayah pasar.
Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun 1999 tentang retribusi pasar pasal 2 disebutkan bahwa “dengan nama retribusi pasar dipungut retribusi bagi setiap organisasi atau badan yang memperoleh fasilitas pasar. Itu artinya semua fasilitas pasar yang disediakan oleh pemerintah kota Surakarta yang dimanfaatkan oleh masyarakat dikenai retribusi pasar. Untuk memanfaatkan fasilitas pasar tersebut maka para pedagang atau masyarakat harus mendapatkan izin penempatan dari pejabat yang ditunjuk. Dengan demikian, retribusi pasar merupakan sejumlah pungutan yang dilakukan
(42)
commit to user
Pemerintah Daerah kepada setiap pedagang yang memanfaatkan fasilitas pasar.
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori-teori di atas, maka diperlukan adanya suatu kerangka pemikiran yang jelas. Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk lebih memudahkan pembaca dan penguji dalam memahami penelitian mengenai ”Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010”. Selain itu, kerangka pemikiran merupakan landasan berpikir bagi penulis, yang digunakan sebagai pemandu dan petunjuk arah yang hendak dituju. Berdasarkan Teori yang ada, maka kerangka dasar pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran Pasar Ayam Surakarta
Target Retribusi Pasar Ayam
Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam: 1. Pemeliharaan Pasar
2. Pengembangan pengelolaan persampahan pasar
3. Pembangunan Pasar
4. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Pasar 5. Pembinaan Pedagang Pasar
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
(43)
commit to user
Pasar Ayam merupakan tempat jual beli hewan ternak yaitu ayam dan kambing. Awalnya hanya ayam saja yang menjadi komoditi utama, namun seiring berjalannya waktu komoditi unggas dan kambing juga masuk ke pasar ayam. Tapi untuk burung tidak termasuk dalam komoditi di pasar ayam. Pasar Ayam secara nyata mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan daging ayam dan kambing. Apalagi ketika hari raya kurban atau idul fitri, maka kebutuhan akan daging ayam maupun kambing semakin meningkat. Keberadaan pasar ayam tentunya juga memberikan sumbangan bagi pemasukan kas daerah atau pendapatan asli daerah melalui retribusi pasar.
Sebagai salah satu pasar tradisional yang turut memberi kontribusi bagi penerimaan pendapatan asli daerah, maka seluruh pegawai pasar Ayam harus berusaha semaksimal mungkin di dalam mencapai target retribusi pasar sesuai yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Di dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar, terdapat kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan. Untuk factor kekuatannya adalah produk yang berkualitas tinggi atau baik, keramahan dan keseriusan Lurah Pasar Ayam beserta staff dalam memberikan pelayanan kepada pedagang. Seluruh pegawai dengan serius selalu menjaga kebersihan pasar. Sementara kelemahan yang dihadapi Lurah Pasar Ayam beserta staffnya dalam mencapai target retribusi
(44)
commit to user
Pasar Ayam adalah apabila pedagang banyak yang tutup maka hal ini menjadi kendala bagi penarikan retribusi, karena ketika akan dipungut retribusi, pedagang yang bersangkutan tidak ada. Selain itu kelemahan lainnya adalah perilaku wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Yang menjadi tantangan adalah penyakit atau virus yang bisa muncul seperti flu burung. Yang menjadi kekuatan pencapaian target retribusi pasar ayam adalah. Yang menjadi peluang adalah kehadiran pejabat yang datang atau meninjau Pasar ayam serta adanya penyemprotan berkala setiap sebulan sekali dari Dinas Pertanian Kota Surakarta untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang akan muncul. Dengan adanya penyemprotan tersebut menjadi peluang bagi pencapaian target retribusi pasar Ayam Semanggi, karena pedagang maupun pembeli merasa mendapat jaminan bahwa barang dagangan mereka berkualitas baik dan tidak menularkan penyakit.
Untuk meningkatkan kegiatan ekonomi serta jual beli di pasar ayam, maka diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai hasil optimal dalam penerimaan atau pendapatan. Strategi itu dilakukan dengan pemberdayaan pasar melalui pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan pengelolaan persampahan, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, serta pembinaan pedagang pasar yang diharapkan dapat berdampak langsung pada pembayaran retribusi pasar oleh pedagang yang memanfaatkan fasilitas pelayanan pasar ayam yang disediakan oleh pemerintah Kota Surakarta. Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010, maka tujuan akhir dari kebijakan
(45)
commit to user
yang dilaksanakan adalah untuk menumbuhkembangkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prijo (1996) yang menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam Wrihatnolo dan dwijowijoto, 2007 : 117).
Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Ayam Semanggi maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai dengan konsep pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Berdasarkan Undang-Undang diatas, Renstra DPP kota Surakarta tahun 2006-2011, dan Renstra SKPD Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010 maka untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha di pasar Ayam itulah maka dipilihlah indikator pembangunan pasar, pemeliharaan pasar, pengembangan pengelolaan persampahan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, serta pembinaan pedagang pasar dalam strategi pemberdayaan pasar ini.
Menurut Spreitzer (1995a, b, 1997) dalam Jean-Se´bastien Boudrias his colleagues ( 2009:626) bahwa empowerment individuals: have a feeling of self-determination with regard to specific means to achieve expected results; and believe that they can have a real impact on organizational outcomes. Dari
(46)
commit to user
teori tersebut dapat diterapkan dalam proses pembinaan pedagang pasar ayam, yaitu pedagang diberi penyadaran bahwa mereka harus memiliki rasa bertahan diri dan saling menghormati dalam arti khusus untuk mencapai hasil yang diharapkan yaitu peningkatan perekonomian dan kesejahteraan pedagang, serta membuat pedagang percaya bahwa mereka memiliki pengaruh yang nyata dalam keluaran/hasil organisasi yaitu kepercayaan bahwa mereka juga memiliki pengaruh bagi pencapaian target retribusi pasar ayam
Dalam pelaksanaan strategi pemberdayaan tersebut, maka terdapat faktor penghambat dan pendukungnya. Faktor hambatan adalah semua faktor yang menghambat proses pemberdayaan pasar. Yang menjadi faktor penghambat adalah dana dan kurangnya kesadaran dari pedagang. Untuk masalah dana hal ini terkait dengan peningkatan fasilitas pasar, dimana Lurah pasar ayam sudah mengajukan untuk pembangunan pasar kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, namun hal ini belum terealisasi karena terkendala oleh keputusan dari Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta yang belum merealisasikan renovasi atau pembangunan gedung pasar ayam karena anggaran pasar yang belum mencukupi. Apalagi gedung di pasar Ayam juga masih layak untuk digunakan, mengingat pembangunan atau renovasi gedung pasar dapat disetujui oleh Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta apabila memang terjadi kerusakan cukup parah di pasar tersebut. Faktor pendukung adalah semua faktor yang bisa mendukung jalannya proses pemberdayaan yaitu kerjasama dengan instansi lain seperti kerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta dalam usaha penertiban pedagang
(47)
commit to user
di pasar ; partisipasi pedagang dalam peningkatan keamanan pasar melalui swakarsa.
Strategi pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim usaha di Pasar Ayam agar kondisi jual beli menjadi kondusif sehingga dapat memperlancar proses penarikan retribusi dan diharapkan penerimaan retribusi pasar sesuai atau bahkan melebihi target yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta.
(48)
commit to user
47 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian yang menekankan pada proses dan makna, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang bermaksud memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci dan mendalam mengenai strategi pemberdayaan yang diterapkan oleh lurah Pasar Ayam beserta staffnya dalam pencapaian target retribusi pasar tahun 2010. Menurut H.B Sutopo (2002: 48) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata lain penelitiam kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya dan cara memandang atau perspektifnya.
Selain itu, dalam penelitian ini juga bermaksud untuk memberikan gambaran/ mendeskripsikan strategi, sehingga jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2006:16) , penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. Variabelnya mandiri, tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan dengan variable lain. Metode deskriptif digunakan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan,
(49)
commit to user
menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut. Metode deskriptif dimaksudkan untuk mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang lebih berharga daripada sekedar jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka . Seperti yang disampaikan oleh H.B Sutopo (2002:35) yaitu dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-angka atau frekuensi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Ayam Semanggi dengan alamat Jl. Serang, Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Pemilihan Lokasi tersebut di dasarkan atas alasan bahwa Pasar Ayam Semanggi merupakan institusi yang lebih berwenang dalam pembuatan dan pelaksanaan Strategi Pemberdayaan Pasar dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar Ayam Semanggi Tahun 2010. Dengan kata lain lokasi tersebut merupakan sumber untuk memperoleh data, yang berhubungan langsung dengan objek penelitian yang saya lakukan.
C. Sumber Data
Suatu permasalahan atau topic penelitian bila sumber datanya tidak tersedia, maka ia tidak akan punya arti karena ia tidak akan bisa diteliti dan dipahami sehingga sumber data merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Pemahaman mengenai berbagai sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau
(50)
commit to user
informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut :
1. Informan
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/ narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50).
Informan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Lurah Pasar Ayam Semanggi
b. Staff Pasar Ayam Semanggi
c. Pedagang Pasar Ayam Semanggi
d. Pembeli Pasar Ayam Semanggi
2. Dokumen/arsip
Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bersangkutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002: 54).
(51)
commit to user
Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang diolah dan ditelaah yaitu arsip-arsip dan laporan-laporan terkait Strategi Pemberdayaan Pasar oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010, laporan target retribusi Pasar Ayam Semanggi tahun 2008 s/d 2010 dan laporan realisasi retribusi Pasar Ayam Semanggi tahun 2008 dan 2009.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk mendapatkan data dalam penelitian, maka peneliti harus mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam objek penelitian. Hal ini akan sangat beresiko, terutama dalam keterbatasan waktu, dan tenaga. Oleh karena itu diperlukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling. Dalam Sugiono (2008:81) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Lebih lanjut lagi, Sutrisno Hadi berpendapat bahwa sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (dalam Susanto, 2006:114).
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, maka perlu menggunakan teknik sampling. Sugiono (2008:81) menjelaskan bahwa teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Terkait dengan teknik pengambilan sampel tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel tujuan (Purposive Sampling), yakni dalam hal ini, peneliti sengaja menentukan anggota sampelnya berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya tentang keadaan populasi (Susanto, 2006:120).
(52)
commit to user
Selain itu, teknik pengambilan sampel lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball Sampling. Teknik penarikan Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiono, 2008:81). Teknik pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengantisipasi perilaku informan yang cenderung menghindar ketika akan diwawancarai dan merekomendasikannya kepada orang lain yang dianggap lebih mengetahui dan berwenang memberikan informasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara digunakan oleh peneliti sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiono, 2008:137). Lebih rinci lagi teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam. Dalam HB. Sutopo ( 2002:59) dijelaskan bahwa wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik “wawancara mendalam”,karena peneliti merasa “tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan
(53)
commit to user
cara yang tidak terstruktur guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam sehingga dalam hal ini subjek yang diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai responden. Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari informan (Susanto, 2006:131). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada:
a. Lurah Pasar Ayam Semanggi
b. Staff atau Pegawai Pasar Ayam
c. Pedagang Pasar Ayam Semanggi
d. Pembeli Pasar Ayam Semanggi
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda serta rekaman gambar (HB. Sutopo, 2002:64). Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan psikologis (Susanto, 2006:126). Oleh karena itu dalam observasi ini membutuhkan kemampuan dalam mengamati objek penelitian.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif. Dalam hal ini peneliti mendatangi secara langsung Pasar Ayam Semanggi untuk melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti tetapi peneliti tidak berperan sebagai apapun selain
(54)
commit to user
sebagai pengamat pasif. Peneliti melakukan pengamatan tentang proses pembersihan lingkungan pasar, pengamatan dan pencatatan terhadap ketertiban pasar, pengamatan dan pencatatan tentang kondisi bangunan pasar, serta alat atau sarana untuk kebersihan. Hasil penelitian dicatat setelah jangka 15 menit atau setelah peneliti selesai melakukan pengamatan.
3. Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Susanto, 2006:136). Dokumen-dokumen yang digunakan dapat berupa arsip-arsip, catatan pribadi, laporan kelembagaan, referensi-referensi, atau peraturan-peraturan yang relevan dengan fokus penelitian, seperti laporan realisasi retribusi pasar Ayam Semanggi Surakarta Tahun 2008 dan 2009,
F. Validitas Data
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (HB. Sutopo, 2002:267). Data yang telah dicatat dan dikumpulkan harus dijamin kesasihan (validitasnya). Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan informasi dari pengolahan data yang sudah diperoleh. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (H.B.Sutopo, 2002: 78). Untuk menguji kebenaran dari hasil yang diperoleh maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data.
(55)
commit to user
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data (Iskandar, 2008:230). Menurut Patton teknik trianggulasi dibedakan menjadi, antara lain : (dalam Sutopo, 2002:78)
1. Data trianggulation, dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sama.
2. Investigator trianggulation, yaitu pengumpulan data sejenis yang dikumpulkan oleh beberapa orang peneliti.
3. Methodological trianggulation, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda ataupun dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang yang berbeda.
4. Theoritical trianggulation, yaitu peneliti melakukan penelitian tentang topik yang sama dan data yang dianalisis dengan menggunakan perspektif.
Dari beberapa teknik trianggulasi di atas, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber (data trianggulation). Trianggulasi sumber atau trianggulasi data memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Artinya di dalam mengumpulkan data yang sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Di sini tekanannya lebih pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik
(1)
commit to user
melaksanakan kewajibannya merupakan faktor yang bisa mendukung tercapainya realisasi penerimaan retribusi sesuai dengan target atau bahkan melebihi target. Rendahnya kesadaran pedagang disini ditunjukkan oleh perilaku wajib retribusi yang seringkali tidak menaati peraturan di dalam membayar retribusi pasar. Pedagang seringkali masih menunda pembayaran retribusi pasar, meskipun mereka sudah ditegur dan dibina, sehingga dikhawatirkan menghambat tercapainya realisasi retribusi pasar sesuai target yang telah ditentukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Pedagang Hal ini sesuai pernyataan dari Bapak Sunyata selaku Lurah Pasar Ayam Semanggi:
”Penarikan retribusi pasar ayam agak sedikit mengalami kendala mbak. Hal ini terkait dengan perilaku wajib retribusi yang seringkali menunda pembayaran retribusi. Kadang meskipun mereka sudah dibina atau ditegut gitu, beberapa bulan setelahnya mereka juga masih menunda pembayaran retribusi. Itu artinya mereka tidak taat akan peraturannya. Harusnya kan
mereka membayar tepat waktu dan tidak menunda.
(2)
commit to user
96
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Strategi Pemberdayaan oleh Lurah Pasar Ayam Semanggi dalam Pencapaian Target Retribusi Pasar yang Ditetapkan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2010, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pemeliharaan Pasar
Dalam indikator pemeliharaan pasar ini Lurah Pasar Ayam beserta staffnya melakukan pemeliharaan dalam hal pemeliharaan sarana dan bangunan pasar Ayam Semanggi, pemeliharaan sarana dan prasarana elektrikal mekanikal pasar Ayam Semanggi dan pemeliharaan TPnA (Tempat Penampungan Ayam). Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki atap bocor, saluran air yang mampet, penggantian lampu dan kabel, serta memelihara dan menjaga kebersihan tempat penampungan ayam. Pedagang juga turut berperan dengan melaporkan segala kerusakan yang terjadi.
2. Pengembangan Pengelolaan Persampahan Pasar
Dalam peningkatan kebersihan pasar, Lurah Pasar Ayam Semanggi beserta staffnya memiliki 9 petugas kebersihan yang setiap harinya membersihkan lokasi pasar. Dalam usaha peningkatan kebersihan pasar juga dilakukan penambahan dan penggantian sarana dan prasarana kebersihan untuk menunjang kegiatan tersebut serta untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas petugas kebersihan. peningkatan kebersihan pasar tersebut
(3)
commit to user
dilakukan agar pasar Ayam Semanggi menjadi nyaman, menghindari penularan virus penyakit seperti flu burung serta untuk meminimalisir bau tak sedap yang ditimbulkan. Peran pedagang juga dilibatkan dalam usaha peningkatan kebersihan pasar seperti pedagang membuang sampah pada tempatnya serta pedagang menjaga kebersihan di sekitar losnya.
3. Pembangunan Pasar
Untuk upaya peningkatan fasilitas pasar Ayam Semanggi, di pasar tersebut telah dilengkapi atau dibangun Rumah pemotongan unggas (RPU). RPU dibangun untuk menunjang kegiatan jual beli di Pasar Ayam Semanggi, hal ini karena di pasar tersebut tidak hanya mejual hewan ternak hidup tetapi juga hewan ternak dalam kondisi sudah terpotong dan siap untuk dimasak. Selain itu juga dilakukan penambahan dan penggantian sarana dan prasarana pasar yang rusak seperti alat kebesihan pasar seperti
ekrak, sapu, cangkul dan bak sampah.
4. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Pasar
Keamanan di pasar Ayam Semanggi menerapkan sistem swakarsa dengan biaya untuk menggaji petugas keamanan berasal dari iuran pedagang. Untuk meningkatkan keamanan di pasar Ayam Semanggi, terdapat 8 petugas keamanan yang dibagi menjadi 2 shift. Hal ini dilakukan agar kondisi pasar aman terkendali selama 24 jam. Adanya sistem swakarsa tersebut menunjukkan bahwa pedagang juga turut berperan dalam proses pemberdayaan ini, karena untuk keamanan di pasar Ayam Semanggi tidak disediakan khusus oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Namun
(4)
commit to user
untuk tahun 2010 ini petugas keamanan belum ada yang dikirim untuk mengikuti pelatihan dan bimbingan yang diadakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
5. Pembinaan Pedagang Pasar
Pembinaan pedagang di pasar Ayam Semanggi disini lebih pada upaya menyadarkan pedagang bahwa mereka turut berperan dalam pencapaian target retribusi pasar yang ditetaplan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta serta memberikan pengertian kepada pedagang untuk memahami hak dan kewajibannya melalui penyuluhan dan pertemuan langsung dengan pedagang. Dalam pembinaan juga dilakukan sosialisasi terhadap perda yang berlaku seperti perda Kota Surakarta tentang retribusi pasar sehingga pedagang mengerti apa yang menjadi hak dan kewajibannya dan tahu tata pelaksanaan pemungutan ataupun pembayaran retribusi pasar. Namun sosialisasi yang diadakan sangat kurang, karena sosialisasi yang diadakan sekitar 3 bulan sekali. Tujuan sosialisasi tersebut adalah untuk menghindari penyimpangan terhadap pelaksanaan pemungutan ataupun pembayaran retribusi.
Kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan di atas merupakan upaya yang dilakukan oleh seluruh pegawai dalam menciptakan kondisi pasar yang kondusif sehingga dapat meningkatkan dan melancarkan kegiatan jual beli di Pasar Ayam Semanggi. Semakin meningkatnya kegiatan jual beli di pasar Ayam Semanggi maka perekonomian pedagang juga meningkat sehingga penerimaan retribusi dapat mencapai target atau bahkan bisa
(5)
commit to user
melebihi target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Realisasi retribusi pasar Ayam Semanggi untuk tahun 2010 adalah Rp 123.355.355,00. Dengan realisasi retribusi pasar yang melebihi target maka dapat dikatakan bahwa strategi pemberdayaan yang diterapkan di pasar Ayam Semanggi dapat dikatakan berhasil.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisa data, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi seluruh pegawai pasar Ayam Semanggi dalam pencapaian target retribusi pasar yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta melalui strategi pemberdayaan. Berikut adalah beberapa saran yang dapat penulis berikan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Melakukan penyuluhan, pertemuan langsung dengan pedagang untuk
pembinaan dan sosialisasi-sosialisasi tentang perda yang berhubungan dengan retribusi pasar yang lebih intensif, agar pedagang lebih paham mengenai hak dan kewajiban mereka sehingga mereka dapat mendapatkan hak mereka tapi juga tak lupa melaksanakan kewajiban mereka untuk membayar retribusi pasar tepat waktu. Dalam kegiatan pembinaan itu harusnya dibuat suatu kegiatan yang menarik supaya pedagang berminat hadir dalam pertemuan tersebut,misalnya pemberian doorprize atau hadiah.
2. Pembentukan kembali paguyuban pedagang, sehingga dalam pembinaan
(6)
commit to user
melibatkan paguyuban pedagang pasar. Paguyuban pedagang merupakan wadah dimana pedagang bisa menyalurkan segala keluhan dan keresahannya sehingga hal ini juga memudahkan pegawai pasar Ayam Semanggi untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pedagang di pasar tersebut.
3. Membuat slogan tulisan tentang kebersihan agar pedagang lebih sadar