Asam Asetat Akumulasi Obat

dan demam pada orang dewasa dan pediatrik dengan tingkat keamanan yang sama Pierce and Voss, 2010. Ibuprofen telah terbukti memberikan efek analgesik paling efektif untuk nyeri akut selama 24 sampai 48 jam. Beberapa percobaan merekomendasikan penggunaan ibuprofen harus dipertimbangkan sebagai lini pertama NSAID untuk alasan keamanan, khasiat, dan biaya. Pasien biasanya menggunakan NSAID untuk nyeri yang terkait dengan prosedur gigi terapi saluran akar, pencabutan gigi, nyeri muskuloskeletal, dismenore, dan nyeri kepala akut Simon, 2009. Ibuprofen relatif aman berkaitan dengan toksisitas pada gastrointestinal di antara obat NSAID lainnya Kunnamo, 2005. Pada penelitian lainnya, disebutkan bahwa ibuprofen mampu meredakan nyeri laparotomi pada kelinci dengan dosis 15 mgkg dan 30 mgkg Udegbunam, Alaeto, Udegbunam, and Offor, 2008.

E. Asam Asetat

Gambar 7. Struktur asam asetat Direktorat Jenderal POM RI, 2014 Asam asetat mengandung 99,5-100,5 bb C 2 H 4 O 2 gambar 7 berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau khas menusuk dan berasa asam bila diencerkan dengan air. Asam asetat memiliki titik didih kurang lebih 118 C dan beku pada suhu tidak lebih rendah dari 15,6 C. Asam asetat dapat bercampur dengan air, etanol dan gliserol Direktorat Jenderal POM RI, 2014. Asam asetat digunakan sebagai iritan yang dapat merusak jaringan secara lokal. Setelah pemberian asam asetat secara intraperitoneal, terjadi perubahan pH di dalam rongga perut akibat pelepasan ion H + dari asam asetat sehingga menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid membran sel akan melepaskan asam arakidonat yang pada akhirnya akan membentuk prostaglandin dan menimbulkan nyeri Wilmana, 1995

F. Akumulasi Obat

Saat suatu obat diberikan berulang dengan interval yang lebih pendek dari waktu paro eliminasi obat, maka akan terjadi akumulasi obat di dalam tubuh. Semakin pendek intervalnya, relatif terhadap waktu paro eliminasi, semakin besar pula akumulasinya. Sebaliknya, jika pemberian obat dilakukan dengan interval waktu yang lebih panjang dari waktu paro eliminasinya, karena obat diberikan sebelumnya telah hilang, maka obat tidak terakumulasi didalam tubuh Hakim, 2011. Gambar 8. Skema level plasma pada pemberian berulang Shargel, Susanna, dan Andrew, 2005 Jika obat diberikan pada dosis dan interval tertentu pada multiple-dose regimen , jumlah obat dalam tubuh akan meningkat dan terjadi peningkatan rata- rata level plasma yang lebih tinggi dari puncak pada dosis awal gambar 8. Pada pemberian obat berikutnya dengan interval yang lebih pendek dari waktu eliminasi dosis sebelumnya, maka dapat terjadi akumulasi obat dimana konsentrasi plasma akan lebih tinggi dari puncak konsentrasi plasma dosis sebelumnya Shargel, et al, 2005.

G. Infusa