g. Selang waktu pemberian rosela-asam asetat adalah 80 menit yang diselingi
pemberian aquades pada menit ke-60. Selang waktu ini disesuaikan dengan rancangan penelitian yang diadopsi dari penelitian Winahyu
2015 tentang interaksi rosela dan ibuprofen, dimana pemberian rosela- asam asetat adalah 80 menit yang diselingi dengan pemberian CMC 1
pada menit ke-60.
C. Subjek dan Bahan Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram sebanyak 25 ekor yang diperoleh dari Lembaga Pusat
Penelitian dan Teknologi LPPT unit IV Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Bahan
a. Kelopak bunga rosela Hibiscus sabdariffa L. yang telah dikeringkan
yang diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal. b.
Aquades kualitas teknis yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Universitas Sanata Dharma
c. Asam asetat kualitas proanalisis yang diperoleh dari Laboratorium
Anatomi-Fisiologi Universitas Sanata Dharma d.
Ibuprofen generik yang diperoleh dari apotek Kimia Farma e.
Etanol kualitas teknis yang diperoleh dari General Labora
D. Alat Penelitian
Alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan mencit, timbangan analitik, alat suntik oral, alat suntik parenteral, alat-alat gelas
gelas beker, kaca pengaduk, labu takar, mortir, stamper, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, heater, blender, sieving shaker, stopwatch dan moisture balance. Alat
dan instrumen yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Toksikologi, Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Laboratorium Anatomi-
Fisiologi dan Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
E. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan untuk mengetahui bahwa tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang dituju. Tanaman yang digunakan
merupakan kelopak bunga rosela kering yang diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal pada 5 Februari 2015 dan ditunjukkan dengan surat keterangan.
2. Pembuatan serbuk kelopak bunga rosela
Pembuatan serbuk kelopak bunga rosela dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia. Kelopak bunga rosela kering disortir kemudian
dihaluskan menggunakan blender dan diayak menggunakan shieving shaker hingga diperoleh serbuk dengan ukuran maksimal 40 mesh.
3. Penetapan kadar air serbuk kelopak bunga rosela
Serbuk kelopak bunga rosela dimasukkan sebanyak 5 g dalam plat moisture balance
yang sebelumnya telah ditara. Serbuk kelopak bunga rosela diratakan hingga menutup semua bagian plat dan dipanaskan pada moisture
balance selama 15 menit dengan suhu 105
C. Berat sebelum dan sesudah dimasukkan ke dalam moisture balance akan digunakan dalam perhitungan
kadar air. Kadar air diperoleh dari selisih berat sebelum dan sesudah pemanasan dibandingkan dengan berat sebelum.
4. Pembuatan sediaan infusa kelopak bunga rosela 20
Serbuk kering kelopak rosela ditimbang sebanyak 20 gram, ditambahkan 100 mL pelarut, lalu dipanaskan pada penangas air selama 15
menit pada suhu 90
o
C sambil sekali-sekali diaduk. Campuran diambil dan diperas dengan kain flanel kemudian perasan tersebut ditambahkan dengan
aquadest panas pada ampas hasil perasan hingga diperoleh volume infusa kelopak bunga rosela 100 ml.
5. Pembuatan larutan uji
a. Larutan asam asetat 1
Larutan asam asetat 1 dibuat dengan melarutkan 0,25 mL asam asetat 100 dengan aquades secukupnya, kemudian ditambahkan aquades
hingga diperoleh volume 25 ml. b.
Suspensi ibuprofen 1 Suspensi ibuprofen 1 dibuat dengan melarutkan tablet ibuprofen 400 mg
dengan 25 mL CMC 1 sehingga diperoleh konsentrasi 1,6. Selanjutnya
6,25 mL ibuprofen 1,6 ditambahkan dengan CMC 1 hingga volume 10 mL sehingga diperoleh suspensi ibuprofen konsentrasi 1.
6. Penetapan dosis
a. Dosis asam asetat
Dosis yang digunakan untuk mampu menginduksi nyeri pada mencit yaitu 50 mgkg BB atau setara dengan 0,05 mgg BB. Dosis 50 mgkg BB diacu
berdasarkan penelitian Sidebang 2011 sebagai dosis optimum asam asetat yang mampu memberi rangsang nyeri pada mencit.
b. Dosis ibuprofen
Dosis terapi analgesik lazim ibuprofen manusia sebesar 200 mg 70 kg BB manusia yang dikonversikan pada mencit menjadi 0,026 gkg BB mencit
lampiran 12. c.
Dosis infusa kelopak bunga rosela Dosis infusa kelopak bunga rosela yang digunakan adalah dosis terendah
dari variasi dosis pada penelitian Winahyu 2015 yaitu 1,25 gkg BB mencit. Alasan dipilih dosis ini karena pada dosis ini memberikan respon
persen proteksi kurang dari 50. 7.
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat Penentuan selang waktu menggunakan kontrol positif ibuprofen
dengan variasi selang waktu pemberian ibuprofen dan asam asetat 10, 15 dan 20 menit. Selang waktu yang dipilih adalah selang waktu yang memberikan
geliat tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak namun memiliki perbedaan yang bermakna dengan selang waktu lainnya. Penentuan selang waktu
dilakukan dengan memberikan ibuprofen secara oral pada mencit. Kemudian diberi asam asetat secara intraperitoneal setelah selang waktu 10, 15 dan 20
menit. Selanjutnya dihitung jumlah geliat. 8.
Uji Praperlakuan Infusa Kelopak Bunga Rosela Mencit dibagi dalam lima kelompok perlakuan dengan setiap kelompok
berjumlah lima mencit: a.
Kontrol negatif dengan praperlakuan aquades 6 hari dan asam asetat 1. b.
Kontrol positif dengan praperlakuan ibuprofen dan asam asetat 1. c.
Praperlakuan infusa kelopak bunga rosela satu hari, dengan pemberian aquades dan asam asetat 1
d. Praperlakuan infusa kelopak bunga rosela tiga hari, dengan pemberian
aquades dan asam asetat 1 e.
Praperlakuan infusa kelopak bunga rosela enam hari, dengan pemberian aquades dan asam asetat 1
Gambar 9. Skema perlakuan Selang waktu pemberian kontrol negatif dan rosela 1 jam adalah
bentuk penyesuaian rancangan metode dengan penelitian Winahyu 2015. CMC 1 dalam penelitian tersebut diganti dengan aquades yang
merupakan pelarut dalam sediaan infusa kelopak bunga rosela. 9.
Pendataan jumlah geliat dan penghitungan daya analgesik infusa kelopak bunga rosela
Pendataan jumlah geliat dilakukan dengan menghitung jumlah geliat setiap mencit setiap lima menit selama satu jam setelah pemberian asam
asetat. Data yang diperoleh berupa jumlah kumulatif geliat setiap mencit. Perhitungan daya analgesik dilakukan dengan membandingkan
proteksi geliat dari kelompok perlakuan terhadap kontrol positif ibuprofen dosis 0,026 gkg BB.
Penghambatan jumlah geliat dihitung berdasarkan persamaan Hendeshot-Forshait.
Keterangan: P = jumlah kumulatif geliat mencit perlakuan
K = jumlah kumulatif geliat mencit kontrol
Daya analgesik dihitung dengan rumus berikut.
Keterangan: P = Proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan
Kp = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif
Sinaga, 2013
F. Tata Cara Analisis Hasil