Akrual nondiskresioner nondiscretionary accrual adalah akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak
manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang signifikan Sulistiawan, 2011.
Sulistyanto 2008, dalam Pratiwi 2016 menyatakan nilai positif menunjukan bahwa manajemen laba dilakukan dengan income
maximization , maka semakin besar angka manajemen laba semakin
tinggi tingkat manajemen laba. Nilai negatif meunjukan manajemen laba dilakukan dengan income minimization, maka semakin kecil
angka manajemen laba semakin tinggi tingkat manajemen laba. Hasil klasifikasi manajemen laba dikategorikan sebagai berikut:
Nilai discretionary accruals negatif income minimization 1
Nilai discretionary accruals positif income maximization
C. Hubungan Kompensasi Bonus Dengan Manajemen Laba
Teori Keagenan atau agency theory merupakan gambaran hubungan antara pihak yang memiliki wewenang yakni investor yang juga biasa disebut
dengan principal dengan para manajer yang merupakan agent yang diberikan wewenang. Menurut Anthony dan Govindarajan 2005, dalam Wijaya dan
Yulius 2014 teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent
. Teori keagenan itu sendiri juga dapat dilihat sebagai suatu model kontraktual antara dua atau lebih pihak, yaitu dimana salah satu pihak disebut
agent dan pihak yang lain disebut principal Wijaya dan Yulius, 2014. Teori
agensi menjelaskan ketika pemilik tidak dapat memonitor secara sempurna aktivitas manajemen, maka secara potensial manajemen dapat menentukan
kebijakan yang mengarah pada peningkatan level kompensasinya. Besarnya kompensasi yang diterima oleh pihak manajemen agent tergantung pada
besarnya laba profit yang dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pemilik Sunarto, 2009.
Positive Accounting Theory juga dapat dikaitkan dengan motivasi
yang melandasi adanya motivasi manajer untuk melakukan tindakan oportunis Wijaya dan Yulius, 2014. The Bonus Plan Hypothesis pada perusahaan yang
memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini
sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak
bonus dikenal dua istilah yaitu bogey tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus dan cap tingkat laba tertinggi. Jika laba berada di
bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba
bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian
pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan
Watts dan Zimmerman 1986, dalam Priantinah 2009. Menurut Rivai 2005, dalam Nazir 2014 kompensasi merupakan
sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Kompensasi menurut Handoko 2008, adalah segala
sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut penelitian Pujiati dan Muhammad 2013, kompensasi bonus
dan manajemen laba tidak ada hubungan. Menurut Elfira 2014, kompensasi bonus memiliki hubungan dengan manjemen laba. Hal ini berarti jika
kompensasi bonus mengalami peningkatan, maka tindakan manajemen laba juga akan meningkat, begitupun sebaliknya. Menurut Sosiawan 2012,
kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Bahwa kompensasi bonus tidak selalu menjadikan motivator bagi dewan direksi
untuk melakukan manajemen laba.
D. Penelitian Terdahulu