7. Gambaran emosi pada anak Retardasi Mental
Kehidupan emosi anak retardasi mental ringan tidak jauh dengan anak normal melainkan variasi gejala emosinya tidak sekaya anak normal Mumpuniarti, 2006. Anak MR
laki-laki memiliki kekurangmatangan emosi, bersikap dingin, menyendiri, impulsif, lancang dan merusak, sedangkan anak retardasi mental ringan pada perempuan bersifat mudah
dipengaruhi dan kurang dapat menahan diri. kekurangan-kekurangan dalam emosi tersebut membentuk kepribadian anak retardasi mental ringan menjadi labil.
Anak retardasi mental ringan dapat memperlihatkan rasa sedihnya tetapi tidak mampu mendeskripsikan rasa sedih itu sendiri. Mereka dapat mengekspresikan kegembiraan namun
tidak mampu mengungkapkan kekaguman, hal ini karena pemahaman emosi pada anak retardasi mental ringan tidak mendalam Somantri, 2006. Sehubung dengan kemampuan
intelektual, seseorang dengan taraf kemampuan intelektual rendah pada umumnya kurang mampu mengekspresikan perilakunya. Hal ini disebabkan oleh kekurangan dalam fungsi
kognitifnya. Kekurangan ini kadang-kadang menyebabkan perilakunya kurang dapat diterima dalam lingkungan dan masyarakat Rahayu, 2005.
C. Regulasi Emosi
1. Definisi Regulasi Emosi
Gross 2007 menyatakan bahwa istilah emotion regulation atau regulasi emosi merupakan istilah yang ambigu karena regulasi emosi bisa diartikan dengan bagaimana emosi
mengatur hal lainnya seperti pikiran, fisiologis, dan perilaku pengaturan oleh emosi atau bisa juga diartikan dengan bagaimana emosi itu sendiri diatur pengaturan emosi. Thomson
dalam Fujiki, Spackman, Brinton, Hall, 2004 juga menyatakan bahwa regulasi emosi adalah suatu proses ekstrinsik dan instrinsik yang bertanggung jawab untuk memonitor,
mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi khususnya intensitas dan bentuk reaksinya
untuk mencapai suatu tujuan. Karena emosi adalah proses dari berbagai komponen yang berkembang sepanjang waktu maka regulasi emosi termasuk dalam perubahan dinamika
emosi Thomson, 1990, atau latensi, waktu yang meningkat, besarnya magnitude dan menyeimbangkan respon-respon pada domain perilaku, experiential, dan fisiologis. Regulasi
emosi juga mencakup perubahan bagaimana merespon komponen-komponen yang saling berkaitan seperti emosi yang berkembang.
2. Ciri-ciri Regulasi Emosi
Gross 2007 menyatakan ada tiga aspek dari pengertian regulasi emosi yang perlu mendapatkan perhatian khusus, yaitu:
a. Kemungkinan bahwa seseorang bisa meregulasi emosi baik emosi positif ataupun negatif,
dengan cara menaikan atau menurunkan emosi tersebut. Namun, hanya sedikit yang diketahui apakah emosi seseorang bisa berubah sesuai dengan tahap perkembangan
mereka. b.
Regulasi emosi dilakukan dengan kesadaran, seperti memutuskan untuk mengubah topik yang menjengkelkan atau menggigit bibir sendiri saat marah. Tetapi, regulasi emosi juga
bisa terjadi tanpa adanya kesadaran penuh, seperti saat seseorang membesar-besarkan kesenangannya setelah menerima hadiah yang tidak menarik Cole, 1986 atau saat
seseorang berpindah perhatian secara cepat dari sesuatu yang menjengkelkan Boden Baumeister, 1997.
c. Regulasi emosi bukanlah suatu sifat yang baik ataupun buruk. Hal ini penting untuk
dipahami, untuk menghindari kebingungan pada literatur-literatur mengenai stres dan cara mengatasinya coping. Dimana mekanisme pertahanan yang standar dianggap sebagai
sesuatu yang maladaptif dan berlawanan dengan strategi mengatasi stres, yang telah ditetapkan sebagai sesuatu yang adaptif Parker Endler, 1996. Pra definisi ini membuat
sulit untuk menetapkan kerugian dan keuntungan dari proses-proses defensif Lazarus,
1985. Namun, dalam pandangan Gross dan Thomson 2007 bahwa proses regulasi emosi itu bisa digunakan untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik ataupun lebih buruk,
bergantung pada konteksnya.
D. Psikoedukasi