Metode Analisis METODOLOGI PENELITIAN

c. Tahapan interpretasi

Poerwandari 2007 mengatakan interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Interpretasi dilakukan untuk melihat tercapainya atau tidaknya upaya disetiap sesi terapi yang telah ditetapkan dengan membandingkan tujuan terseut dengan proses pelaksanaan terapi di setiap sesinya.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan keseluruhan hasil dari program psikoedukasi yang telah disusun oleh peneliti untuk anak Retardasi Mental. Pembahasan ini akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dengan pelaksanaan dan hasil intervensi penelitian, kemudian akan dilihat apakah program yang telah disusun memiliki pengaruh dalam meningkatkan pemahaman subjek dalam mengenali emosi serta cara mengekspresikannya secara tepat di lingkungan sehari-hari. A. Subjek Penelitian Pertama A.1. Indentitas diri subjek penelitian1 Nama : AG Jenis Kelamin : Laki - laki Tempattanggal lahir : Medan, 29 Juni 2001 Umur : 12 tahun 1 bulan Pendidikan : SD kelas 5 Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Alamat : Pasar 1 Posisi dalam keluarga : Anak pertama dari dua bersaudara IQ : 6 tergolong Mild Retardasi Mental menurut skala Binet A.2. Deskripsi diri subjek penelitian 1 Subjek penelitian pertama adalah seorang anak laki-laki berinisial AG yang saat ini usianya 12 tahun 1 bulan. AG merupakan anak pertama dan memiliki seorang adik. Jarak usia AG dan adiknya tergolong jauh yaitu 3 tahun. Saat ini AG duduk di kelas 5 SD. Sebenarnya AG sudah duduk di kelas 1 SMP, namun 2 tahun belakangan AG berhenti sekolah. Ia menolak untuk pergi sekolah karena takut dengan guru dan teman-temannya. Menurut ibu, AG kerap dimarahi oleh guru saat proses belajar mengajar. AG juga sering diejek dan dimusihi maupun diejek oleh teman-temannya di sekolah. 6 bulan belakangan ini ibu mencoba AG untuk kembali masuk sekolah namun ia menolaknya. Ibu terus membujuknya dan pada akhirnya ia mau melanjutkan sekolahnya. Ibu mendaftarkan AG ke skolah paket C di dekat rumahnya. Setelah dilakukan pemeriksaan psikologis terhadap masalah ini, pemeriksa mendiagnosa AG dengan Mental retardasi dengan kategori Mild. Menurut ibu sejak kecil perkembangan AG memang tidak senormal anak lainnya. Ia sangat lambat dalam menyelesaikan pekerjaan apapun termasuk dalam hal pendidikan. Dengan terhambatnya pekembangan yang dimiliki AG membuat ibunya selalu tidak sabar dalam menghadapinya. AG lebih banyak diasuh oleh ibunya dibandingkan dengan ayah. Hubungan antara ibu dan ayah tidak harmonis sehingga membuat ayahnya jarang sekali purang ke rumah. Hubungan AG dan adiknya pun tidak terlalu baik, AG kerap cemburu dengan adiknya tanpa alasan yang jelas. Hal ini diperlihatkan AG sebab ibu dan ayahnya lebih memberikan perhatian yang besar kepada adiknya. Ketika adiknya sedang bermain sendiri AG sering tiba-tiba datang dan memukulnya. AG juga kerap berebut suatu barang yang dipegang oleh adiknya. Dalam merespon emosi terkadang AG meresponnya tidak tepat. Sebagai contoh saat bermain dengan teman-temannya. Biasanya AG selalu bermain dengan mereka setelah pulang sekolah. Mereka sering bermain disekitar rumah AG. Saat bermain tidak jarang teman-teman mengejek AG dengan mengat akan “bodoh dan paok”, selain itu mereka kerap menertawai AG sebab ia tidak nyambung saat melakukan komunikasi dengan AG. Dalam merespon hal ini terkadang AG marah dengan langsung memukul mereka, namun terkadang ia juga meresponnya dengan diam saja. Saat berada di rumah AG juga kerap marah dengan alasan yang jelas. Suasana hatinya tampak mudah berubah. Dalam merespon kemarahannya AG juga sering melemparkan barang-barang atau mendatangi adiknya dan mencubitnya. Hal ini yang membuat ibu juga sering marah kepada AG. Hal lain yang berkaitan dengan emosi adalah saat AG sedang merasa senang. Menurut ibu saat AG merasa senang ia sering mendekati orang-orang dan memegang tangan orang tersbut. Hal ini lah yang dapat dilihat saat ia merasa senang. Namun, jika ibu menanyakan apa yang menyebabkan ia senang, AG tampak tidak dapat mengutarakannya. Emosi lain yang sering diperlihatkan AG saat di rumah adalah ketika ia sedang sedih. Biasanya AG sedih jika dimarahi oleh ibunya saat ia mengganggu adiknya. AG menunjukkan kesedihannya dengan wajah yang murung kemudian ia duduk di sudut meja. Saat ibu melihat hal ini biasanya ia langsung menanyakan kepada AG apa yang dirasakannya. Namun, AG tidak menjawabnya sehingga ibu kembali marah bukan membujuk AG. A.3. Pelaksanaan intervensi subjek penelitian 1 Sesi 1 : Ice Breaking Hari dan tanggal: Rabu, 17 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.40 Lama : 40 Menit Tujuan : - Menjalin Rapport dengan anak - Membuat peraturan-peraturan pada anak yang harus diterapkan dalam menjalani terapi Proses Pelaksanaan Kegiatan ini diawali dengan menjelaskan tujuan dari pelaksanaan program terapi kepada AG, yaitu terapis ingin memperkenalkan emosi sertanya penyebab-penyebab munculnya emosi tersebut dan bagaimana cara mengekpresikannya secara tepat. Terapis juga menjelaskan kepaada AG bahwa terapi ini akan dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dan pertemuan pertama sampai pertemuan keenam AG akan belajar dan bermain bersama dengan terapis dan pada pertemuan ketujuh sampai kesepuluh AG akan belajar dan bermain bersama dengan ibu. Terapis juga memberikan beberapa perjanjian yang harus disepakati dengan AG, perjanjian tersebut adalah AG harus mau mengikuti proses terapi sampai dengan selesai, mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik serta mengulangi apa yang dipelajari saat terapi ketika berada di rumah dengan bantuan ibunya. Pada sesi ini selain membuat suatu perjanjian terapis juga melakukan pendekatan dengan AG. Tujuannya adalah agar terapis mampu mengetahui kebutuhan dan sifat AG. Dalam mendekati AG terapis melakukannya dengan bermain sambil melakukan wawancara kepadanya. Dari hasil wawancara dketahui bahwa pada dasarnya AG tidak menyukai perilaku ibunya yang suka marah. Ia menginginkan ibunya dapat berperilaku baik seperti orangtua teman-temannya. AG juga mengaku bahwa ia sangat cemburu dengan adiknya sebab adiknya lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dengan AG. AG merasa ibunya lebih menyayangi adiknya. Sesi 2 : Bentuk-bentuk emosiku Hari dan tanggal: Jumat, 19 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.40 Lama : 40 Menit Tujuan : - Menjalin Rapport kepada anak - Menilai pemahaman anak akan emosi dasar yang sederhana Proses Pelaksanaan Pada sesi ini terapis menjelaskan kepada anak tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Terapis menjelaskan bahwa akan ada tiga buah puzzle yang akan ditunjukkan kepada AG. AG diminta untuk menebak perasaan seseorang yang ada di dalam puzzle. Setelah ia mampu menebaknya terapis akan mengacak puzzle dan meminta AG untuk menyusunnya kembali. Saat ditunjukkan puzzle tersebut satu persatu AG tampak tidak langsung menjawabnya. Yang ia lakukan adalah merespon bagian-bagian dari wajah yag ada pada puzzle tersebut. AG membutuhkan arahan untuk dapat memahami pertanyaan yang diberikan oleh terapis. Dengan arahan yang diberikan AG mampu menebak dan mengenali ketiga gambar emosi yang ada pada puzzle tersebut diantaranya adalah wajah sedih, senang dan menangis. Setelah menebak emosi tersebut terapis mengacak puzzle satu persatu dan meminta AG untuk menyusunnya agar menjadi gambar yang utuh. Awalnya AG menyerah dengan alasan ia tidak mampu melakukannya namun terapis terus memberikan dukungan kepadanya sampai ia selesai menyelesaikannya. Setelah AG menyusunnya dengan baik terapis kembali meminta AG untuk menyebutkan wajah yang ada dalam puzzle tersebut. Tidak seperti pada awal sesi ini dimana AG menjawabnya dengan terlebih dahulu mengomentari tentang bagian-bagian dari wajah gambar. AG mampu langsung menjawabnya dengan cepat dan tepat. Setelah sesi ini berakhir terapis meminta ibu untuk masuk kedalam ruangan untuk menanyakan responnya terhadap kegiatan yang dilihatnya. Menurut ibu ia jarang bermain dengan AG. Biasanya ketika AG meminta untuk bermain ibu menolaknya karena ia merasa letih setelah pulang kerja. Ibu juga mengatakan bahwa ia tidak akan sabar menemani AG dalam bermain seperti yang dilakukan terapis pada sesi ini. Terapis memberikan masukan kepada ibu bahwa sebaiknya setiap ibu dapat meluangkan sedikit waktunya kepada AG. Kegiatan yang dilakukan tidak harus bermain namun bisa dengan mengobrol tentang kegiatan yang dilakukan AG di sekolah. Terapis juga meminta ibu untuk mencoba melakukan hal ini agar ibu memahami kebutuhan AG. Sesi 3 : Mengenali emosi Hari dan tanggal: Minggu, 21 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.40 Lama : 40 Menit Tujuan : - Agar anak mengenali berbagai macam jenis emosi sehari-hari Proses Pelaksanaan Sesi ini diawali dengan membahas tentang kegiatan sebelumnya. AG mampu mengingat tentang kegiatan sebelumnya dengan mengatakan “semalam kita main-main teka teki tebak wajah orang”. Terapis juga menjelaskan kepada AG bahwa dalam sesi ini ia akan diajak untuk melihat berbagai macam emosi sehari-hari melalui video. Terapis menunjukkan kepadanya video bergambar orang yang senang, sedih, marah, takut dan cemburu. Dari kelima gambar ini hanya 4 gambar emosi yang mampu dikenali oleh AG. Keempat gambar emosi tersebut adalah emosi senang, sedih, marah dan cemburu. Ketika melihat gambar orang cemburu AG langsung mengaitkannya dengan kecemburuan AG terhadap adiknya. AG mengatakan “ini dia cemburu, ini aku yang cemburu soalnya mamaknya lebih sayang sama adiknya”. Selain menunjukan video tersebut terapis meminta AG untuk menirukannya. Hal ini dilakukan oleh terapis secara konkrit agar AG semakin memahami dan mengenali jenis emosi. Sama dengan sesi sebelumnya, pada akhir sesi ini terapis juga meminta ibu untuk merespon kegiatan yang dilihatnya. Ia mengatakan bahwa tidak pernah mendampingi AG dalam belajar. Ia mengaku bahwa ibu tidak memiliki kesabaran dalam mengajarkan AG suatu hal sehingga ia meminta bantuan nenek AG. Ibu juga bertanya kepada terapis apakah dalam mengajarkan AG harus menggunakan contoh-contoh. Ibu merasa bahwa tidak ada gunanya dalam mengajarkan AG sebab menurut ibu AG pasti menolaknya serta tidak mau mendengarkan perintahnya. Menanggapi pernyataan ibu, terapis mengatakan bahwa ibu tidak boleh pesimis, yang harus dilakukannya adalah mencobanya terlebih dahulu. Terapis meyakinkan ibu bahwa jika ia berperilaku lembut dengan AG maka AG dapat membalasnya dengan perilaku yang sama. Terapis meminta ibu untuk membantu AG mengulang-ngulang materi yang dilihatnya saat berada di rumah. Selain agar AG semakin mengingat jenis emosi, terapis juga melatih ibu untuk melakukan kegiatan yang sangat sederhana bersama dengan AG dengan memperbaiki komunikasi. Sesi 4 : Ada apa denganku? Hari dan tanggal: Selasa, 23 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Anak diharapkan mampu mengetahui penyebab munculnya emosi Proses Pelaksanaan Sesi ini diawali dengan menanyakan kegiatan yang dilakukan pada sesi sebelumnya. AG mengatakan bahwa ia menebak gambar yang ada di laptop, kemudian menirukannya. AG juga mampu mengingat empat dari 5 emosi yang ditunjukkan kepadanya, diantaranya adalah emosi senang, sedih, marah dan cemburu. Dalam mengingatkan AG emosi takut, terapis memperlihatkan wajah ketakutan di hadapan AG kemudian memintanya untuk menebak apa yang dirasakan oleh terapis. Setelah melakukan review, terapis menjelaskan kepada AG bahwa kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini adalah belajar mengetahui penyebab munculnya emosi. Terapis melakukan diskusi kepada AG dengan menanyakan apa hal yang biasanya menyebabkan AG marah. AG menjawab jika dimarahi oleh ibu. Terapis kembali bertanya apa yang biasanya menyebabkan AG sedih, ia menjawab saat dimarahi ibu. Selain itu AG juga menjawab penyebab ia cemburu dikarenakan ibu sering menggendong adiknya. Penyebab seseorang takut dan senang AG tidak mengetahuinya. Terapis memulai sesi ini dengan memperlihatkan tayangan video kepada AG. terapis menjelaskannya dengan ceramah dan mempraktekkannya melalui boneka agar AG mampu memahami apa yang disampaikan oleh terapis. Saat terapis menunjukkan penyebab seseorang marah karena dipukul oleh teman dan diejek terapis juga mempraktekkannya dengan boneka. Terapis juga melakukan diskusi dengan AG bahwa penyebab lain yang dapat membuat orang marah adalah jika dibohongi oleh orang lain. AG juga diperlihatkan video tentang penyebab seseorang yang sedang senang adalah ketika mendapatkan hadiah dan mendapat juara. Terapis juga memperlihatkan kepada AG hal-hal yang bisa membuat orang sedih diantaranya adalah jika kehilangan binatang kesayangan, kehilangan orangtua serta dimarahi oleh orangtua. Selanjutnya terapis menjelaskan penyebab seseorang cemburu, biasanya jika kehadiran anggota baru dan terakhir adalah penyebab seseorang takut biasanya jika berdekatan dengan binatang. Terapis juga memberikan contoh lain kepada AG diluar dari video yang dilihatnya, terapis melakukannya dengan berdiskusi. Terapis berdiskusi dengan meminta AG menebak emosi sedangkan terapis memberikan contohnya situasinya. Misalnya terapis mengatakan “apa yang AG rasakan jika mamak memberikan AG baju baru, tas baru bahkan buku-buku yang baru?” dan AG menjawab senang, “apa yang AG rasakan jika barang kesayangan AG dicuri oleh orang lain?” AG menjawab biarin saja, “apa yang AG rasakan jika mainan kesayangan AG dihilangkan oleh teman?” iya menjawab dengan sedih, “apa yang AG rasakan jika dihukum oleh guru di depan kelas?” AG menjawab takut”. Jika jawaban yang tidak sesuai maka terapis meluruskan jawaban tersebut. Setelah sesi ini berakhir terapis dan ibu kembali mendiskusikan terapi yang dilihatnya. Ibu merasa heran mengapa AG selalu menuruti terapis dan tidak dapat berperilaku seperti itu kepada ibu. Ibu juga mengatakan bahwa ia sudah melakukan beberapa hal yang disarankan oleh terapis. Namun masih ada penolakan dari AG untuk menuruti apa yang diperintahkannya. Ibu masih marah jika AG tidak mau di ajak untuk berdiskusi di rumah tentang pelajaran pada saat terapi. Ketika AG menolaknya ibu langsung memarahinya. Sesi 5 : Mengenali apa yang terjadi di dalam tubuhku Hari dan tanggal: Kamis, 25 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Memberikan informasi agar anak memahami dan mampu merasakan perubahan fisik yang terjadi saat mengalami emosi – emosi yang dirasakan Proses Pelaksanaan Sesi ini diawali dengan berdiskusi kepada AG tentang kegiatan yang dilakukan pada sesi sebelumnya. AG mampu menjelaskan penyebab seseorang menjadi marah, senang, sedih, takut dan cemburu namun ia menjelaskannya tidak lengkap. Dalam mengenali penyebab marah AG mengatakan bahwa marah disebabkan jika dipukul atau diganggu oleh orang lain. Pemahamannya ini tampak berubah dimana pada awalnya ia mengatakan bahwa seseorang marah jika dimarahi oleh ibunya. menurut AG orang senang bisa disebabkan ia mendapat piala sedangkan orang sedih bisa dikarenakan orangtuanya meninggal dan dimarahi oleh ibunya. Seseorang yang takut juga bisa disebabkan karena di marahi oleh ibu sedangkan cemburu biasanya karena kehadiran adik baru di dalam keluarga. Dalam memulai sesi ini terlebih dahulu terapis berdiskusi pada AG untuk membahasa perubahan fisik yang terjadi saat mengalami rasa marah, sedih, senang, takut dan cemburu. Dari hasil diskusi diketahui bahwa AG hanya mengetahui perubahan fisik saat orang senang adalah dengan tertawa sedangkan perubahan fisik saat marah, sedih, takut dan cemburu ia belum mampu memahaminya. Saat melakukan sesi ini terapis memperlihatkan gambar perubahan fisik yang terjadi saat sedang marah yaitu tubuh bergetar, dahi mengerut, dada berdebar, wajah terasa panas, nafas berhembus cepas serta mata melotot. Tidak hanya memperkenalkan dengan ceramah terapis mempraktekkannya dengan media boneka dan memperagakannya di depan AG. Terapis juga memperkenalkan kepada AG perubahan fisik saat seseorang sedih adalah dengan merasakan panas di daerah mata serta mengeluarkan air mata, perubahan fisik yang terjadi saat takut adalah dada berdebar kencang dan tangan terasa dingin, serta gelisah. Peneliti juga menerangkan kepada AG melalui diskusi bahwa perubahan yang terjadi saat seseorang takut ditandai dengan perut yang terasa sakit serta bulu roma yang berdiri merinding. Saat melakukan sesi ini AG tampak antusias dalam menirukan apa yang diminta oleh terapis. Sesi ini diakhiri dengan menyimpulkan kepada AG dan meminta AG untuk mengulangi hal-hal apa saja yang telah disampaikan oleh terapis. AG mampu mengingatnya walaupun masih dengan bantuan dari terapis. Sesi 6 :Belajar berekspresi Hari dan tanggal: Sabtu, 27 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Anak mampu berekspresi sesuai dengan situasi yang tepat Proses Pelaksanaan Kegiatan ini dimulai dengan berdiskusi kepada AG tentang hal-hal yang dipelajari pada waktu sesi sebelumnya. Dari hasil diskusi diketahui bahwa AG dapat mengingat perubahan fisik yang terjadi saat seseorang senang, sedih, takut dan marah. AG mampu menceritakan kepada terapis dengan mempraktekkannya secara langsung. Sebelum memasuki materi terapis terlebih dahulu menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Terapis mengatakan bahwa hari ini ia dan AG akan bermain dan belajar untuk berekspresi dalam merespon emosi. Terapis juga menanyakan bagaimana cara AG mengekspresikan perasaannya saat sedang marah, senang, sedih, takut dan cemburu. AG hanya mampu menjelaskan cara ia mengekspresikan kesenangannya dengan tertawa sedangkan caranya dalam mengekspresikan kemarahannya dengan memukul suatu benda atau adiknya. Terapis menunjukkan kepada AG video yang menggambarkan cara orang mengekspresikan rasa emosinya. Video pertama adalah cara seseorang mengekspresikan emosinya marahnya dengan berteriak. Terapis memintanya untuk melakukan hal tersebut bersama dengan terapis. Kemudian terapis juga memperlihatkan dua buah gambar, gambar pertama adalah orang sedang marah dan melampiaskan kemarahannya dengan memukul bantal sedangkan gambar kedua adalah orang yang sedang marah dan melampiaskannya dengan melempar bola. Terapis meminta AG untuk memilih gambar mana yang sesuai. AG terlihat memilih gambar ornag yang melampiaskan kemarahannya dengan melempar bola. Terapis memberikan jawaban yang benar dengan memberikan tanda silang untuk jawaban AG dan memberikan tanda benar pada gambar pertama. Gambar berikutnya adalah cara orang mengekspresikan rasa senangnya dengan tertawa, melompat sambil berteriak serta memeluk orang yang kita sayangi. Dalam mengajarkan AG terapis melakukannya dengan mempraktekkan bersama dengan AG. AG juga diperlihatkan cara orang mengekpresikan rasa sedih dengan menangis serta cara mengekspresikan rasa takut AG diajarkan untuk menjahui objek yang membuatnya takut. Sesi ini diakhiri dengan menyimpulkan hasil terapi dan meminta AG untuk mengulang kembali ap ayang dipelajari. Sesi 7 : Mengenali perasaanku 1 Hari dan tanggal: Senin, 29 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat. - Melatih orangtua untuk mampu mengajarkan anaknya. - Melatih kesabaran orangtua. Proses Pelaksanaan Dalam memulai sesi ini, terapis terlebih dahulu mengatakan kepada AG bahwa kegiata bermain yang dilakukan pada sesi ini sampai dengan sesi terakhir akan dilakukan bersama dengan ibunya. Setelah itu terapis memberikan instruksi kepada ibu tentang hal yang akan dikerjakan. Ibu dan AG diberikan lembar kerja. Terapis memberikan instruksi kepada ibu dengan mengatakan bahwa di dalam lembar kerja tersebut terdapat dua bagian gambar, dimana gambar di sebelah kiri merupakan situasi dan sebelah kanan merupakan ekspresi emosi. Tugasnya adalah AG diminta untuk mencocokkan setiap situasi dengan emosi yang cocok. Ibu diminta untuk membantu AG namun tidak untuk memberikan jawaban kepadanya. Dari lembar kerja diketahui bahwa AG mencocokkan situasi sakit dengan emosi takut, situasi mendapatkan hadiah dengan emosi senang, situasi menyendiri dengan emosi sedih serta situasi berulang tahun dengan emosi senang. Dalam menyelesaikan tugas ini ibu memberikan arahan kepada AG, namun sesekali AG tampak tidak fokus dan hal ini lah yang membuat ibu menjadi marah kepadanya. Selain itu AG tampak letih dan malas dalam menyelesaikannya, namun tidak ada upaya dari ibu untuk membujuk AG, ia justru kembali memarahi AG. Walaupun ibu sudah mendampingi AG dalam menyelesaikan tugasnya namun terlihat kedekatan diantara mereka masih kaku. Ibu juga kerap mengucapkan kata kasar seperi “bodoh” kepada AG jika ia tidak dapat menyebutkan jawaban yang benar. Setelah menyelesaikan tugas ini ibu dan terapis berdiskusi untuk melakukan evaluasi. Menurut ibu baru kali ini dia dapat mendampingin AG belajar. pada dasarnya ibu merasa senang namun ia tidak sabar dalam membuat AG paham akan instruksinya. Terapis juga meminta ibu untuk berhenti memberikan hal yang membuat AG merasa rendah seperti mengucapkan kata kasar dan menggantinya dengan memberikan pujian bagi hal-hal yang dapat dilakukan AG dengan baik seperti memberikan “Toss”. Sesi 8 : Mengenali perasaanku 2 Hari dan tanggal: Rabu, 31 Juli 2013 Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat. - Meningkatkan hubungan antara anak dengan orangtua Proses Pelaksanaan Instruksi yang diberikan pada sesi ini sama dengan instruksi pada sesi sebelumnya, perbedaannya adalah pada sesi sebelumnya situasi yang diberikan adalah situasi individu sedangkan dalam sesi ini situasi yang diberikan adalah melibatkan orang lain atau sosial. Ibu dan AG diberikan lembar kerja. Terapis tetap memberikan instruksi kepada ibu dengan mengatakan bahwa di dalam lembar kerja tersebut terdapat dua bagian gambar, dimana gambar di sebelah kiri merupakan situasi dan sebelah kanan merupakan ekspresi emosi. Tugasnya adalah AG diminta untuk mencocokkan setiap situasi dengan emosi yang cocok. Ibu diminta untuk membantu AG namun tidak untuk memberikan jawaban kepadanya. Dari lembar kerja dilihat bahwa AG mencocokan situasi pertengkaran orangtua dengan emosi sedih, situasi anak bermain dengan teman-temannya dengan emosi senang, situasi seorang anak yang disuntik oleh dokter dengan emosi takut sertas situasi seorang anak bermain dengan ayahnya dengan emosi senang. Dalam menyelesaikan pekerjaannya ini AG tampak diarahkan oleh ibunya. Dalam membantu AG ibu juga tampak lebih sabar dan hanya sesekali mengeluarkan kata-kata kasar kepada AG. Ketika AG cepat menangkap arahan dari ibu, ibu langsung memberikan “Toss” kepadanya, namun hal ini hanya satu kali muncul saat sesi ini berlangsung. Setelah sesi ini selesai terapis kembali melakukan evaluasi kepada ibu dan ibu merasa lebih santai dan mencoba untuk menikmati saat bersama dengan AG. Sesi 9 : Belajar mengenal situasi Hari dan tanggal: Jumat, 2 Agustus Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Melatih anak untuk mengaplikasikan emosi dengan berbagai situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari - Melatih kerja sama antara anak dan orangtua - Meningkatkan hubungan antara anak dan orangtua Proses Pelaksanaan Sesi ini masih melibatkan ibu dan AG. Terapis memberikan 2 lembar kerja dimana lembar pertama berisikan soal yang harus dibaca dan lembar kedua berisikan jawaban- jawaban dari soal tersebut. Tugas AG adalah menggunting jawaban tersebut kemudian menempelkannya di tempat yang telah disediakan. Dalam memulai sesi ini terlebih dahulu ibu menjelaskan kepada AG. Ibu meminta AG untuk membacakan soal tersebut, namun AG tidak mampu melakukannya. Sesekali ibu masih mengucapkan kata kasar dengan mengatakan “oalah kok bodoh kali lah kau baca aja gak bisa”. Ibu mengulang soal yang dibacakan oleh AG dan meminta AG untuk mencari jawabannya pada kertas kedua. Saat ibu membacakan soal “saya akan merasa sedih jika melihat...”, AG hanya memotong gambar ibu yang sedang memarahi anaknya. Kemudian ibu meminta AG untuk mencari jawaban yang lain namun AG tampak tidak memhaminya. Ibu membantu AG dengan mengarahkannya untuk memilih jawaban yang tepat. Setelah diberikan arahan AG juga memilih gambar orangtua yang sedang bertengkar serta ibu yang sedang memarahi anaknya dalam menyelesaikan soal pertama ini. Soal kedua yang dibaca ibu adalah “saya merasa senang saat...” dan AG mampu memilih 2 jawaban yang benar dengan menggunting gambar anak-anak yang bermain bola dnegan temannya serta anak yang bermain di arena bermain. Ibu kemudian meminta lembar jawaban dan mengatakan kepada AG bahwa masih ada jawaban yang bisa di gunting untuk soal tersebut. Ibu mencoba mengarahkan AG namun ia tidak mau menjawabnya dengan alasan tidak mengetahuinya. Ibu tampak marah dan memaksa AG untuk melihatnya dengan lebih serius. Melalui arahan ibu akhirnya AG memilih 2 gambar lagi yaitu gambar keluarga sedang makan bersama serta seorang anak sedang bermain. Soal ketika yang dibaca oleh ibu adalah “ibu akan marah kepada saya jika...” AG melihat jawaban dan mengambil seorang anak yang sedang bermain lumpur. Soal selanjutnya yang dibacakan oleh ibu adalah “menurut saya seseorang cemburu biasanya karena...”, AG mengambil gambar seorang adik yang digendong oleh ibunya dan kakak dan adik sedang berebut mainan. Soal terakhir yang dibacakan o leh ibu adalah “biasanya seseorang merasa takut karena...”, AG tidak dapat menjawabnya dan ibu mencoba mengarahkannya namun AG tetap tidak mampu menjawabnya dan ibu langsung menunjukkan anak yang sedang dimarahi oleh gurunya. Dari kegiatan ini dilihat ibu mulai dapat mengurangi pengucapan kata-kata kasar kepada GA, ibu juga memberikan dukungan kepada AG dalam menyelesaikan tugasnya. Sesi 10 : Menjadi siapakah aku? Hari dan tanggal: Minggu, 4 Agustus 2013 Waktu : 09.00 – 09.45 Lama : 45 Menit Tujuan : - Melihat pemahaman Anak terhadap seluruh sesi terapi. - Melihat perubahan yang terjadi dalam diri orangtua dalam menghadapi anak setelah mengikuti keseluruhan rangkaian sesi terapi. Proses Pelaksanaan Sebelum memulai kegiatan ini terapis memberikan instruksi kepada orangtua sehubungan dengan hal yang akan dilakukannya. Terapis meminta orangtua untuk melakukan role-play bersama dengan anak dengan tema yang telah ditentukan. Di dalam role-play ini harus dimasukkan semua jenis emosi yang telah dipelajari pada sesi-sesi sebelumnya. Peneliti memberikan tema “lebaran” kepada ibu dan anak. Awalnya ibu tidak mau melakukan role-play ini karena merasa tidak memahami dan tidak pandai melakukannya, namun dengan arahan dan dukungan dari peneliti akhirnya ibu mau melakukannya. Dari hasil role play jenis emosi yang dimasukkan oleh ibu adalah marah, senang dan cemburu. Dalam role play tersebut ibu memarahi AG karena ia tidak mau membereskan mainan di dalam rumah, sedangkan emosi senang digunakan ibu ketika ia membelikan baju baru untuk berlebaran kepada AG. Emosi cemburu juga masuk ke dalam role play ini, hal ini terlihat ketika AG ingin dibelikan baju yang lebih serta diberikan uang jajan yang banyak dibandingkan dengan adiknya. Setelah sesi ini selesai peneliti melakukan evaluasi kepada ibu dengan menanyakan apa yang dirasakannya setelah melakukan kegiatan ini. Ibu merasa mengetahui seberapa besar kecemburuan AG terhadap adiknya. Ibu juga ingin berubah dan ingin mengurangi dalam membandingkan antara AG dengan adiknya. Hal yang diinginkan ibu adalah ingin lebih dekat dengan anak-anaknya. Ibu menyadari bahwa selama ini ia kurang perhatian dan merasa bersalah. A.4. Hasil penelitian subjek penelitian 1 Sesi Tujuan Perilaku Ice Breaking Membina rapport, menjelasakan tujuan terapi dan aturan yang harus disepakati AG mampu memahami kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, tujuan dari terapi serta aturan- aturan yang telah disepakati. Bentuk-bentuk emosiku Penilaian pemahaman anak dalam mengenali emosi dasar AG mampu mengenali ketiga gambar puzzle emosi dasar namun dalam menyusun puzzle agar menjadi suatu gambar yang utuh AG masih mengalami kesulitan Mengenali emosi Mengenalkan jenis-jenis emosi pada anak Dari 5 jenis emosi yang ditunjukkan senang, sedih, marah, takut dan cemburu AG mampu mengenali 4 emosi tersebut yaitu senang, sedih, marah dan cemburu. Ada apa denganku? Mengenalkan penyebab- penyebab munculnya emosi pada anak Sebelum memasuki sesi ini AG hanya mengetahui penyebab seseorang marah adalah jika di marahi oleh orangtua dan penyebab seseorang senang jika diberi izin bermain bersama teman- teman dengan ibunya. Setelah pemberian materi, dilakukan pengulangan dan AG mampu mengingat penyebab seseorang marah, senang, sedih dan cemburu. Dalam mengingat materi yang telah diberikan AG membutuhkan beberapa waktu dan arahan. Mengenali apa yang terjadi di dalam tubuhku Mengenalkan kepada anak tentang perubahan fisik yang terjadi di dalam tubuh saat munculnya emosi Sebelum memasuki sesi ini AG hanya mengetahui perubahan fisik yang terjadi saat orang sedang senang adalah dengan tertawa, namun ia tidak paham perubahan fisik yang terjadi pada orang sedih, marah, takut dan cemburu. Setelah diberikan terapi AG diminta untuk mengulang dan hasilnya ia hanya mampu mengingat perubahan fisik yang terjadi pada orang yang marah, takut dan senang. Belajar berekspresi Mengajarkan kepada anak cara mengeekspresikan emosi Awalnya AG hanya memahami cara mengekspresikan rasa senang dengan tertawa dan belajar menilai serta memahami ekspresi yang dirasakan oleh oranglain sedangkan rasa marah dengan memukul sesuatu. Setelah mendapatkan materi terapi pengetahuan AG semakin berkembang dalam mengenali cara mengespresikan perasaan senang, sedih, marah, takut dan cemburu. Hal ini dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mengenali perasaanku 1 Latihan agar anak memahami situasi individu - AG dapat memahami situasi-situasi berdasarkan potongan- potongan gambar walaupun memahaminya membutuhkan beberapa waktu - AG mampu menyelesaikan semua soal dengan benar - Dalam menyelesaikan tugasnya AG tampak dibantu dan diberikan arahan oleh ibu, jika ia tidak mengerti arahan yang diberikan ibu akan marah kepada AG - Jika AG terlihat malas dalam menyelesaikannya ibu tidak membujuknya namun akan memarahi AG - Dalam proses terapi ini ibu dan AG masih terlihat kaku - Ibu kerap mengeluarkan kata kasar kepada AG karena ia lambat dalam mengenali gambar - Terlihat kesedihan di wajah AG saat dimarahi oleh ibunya - Ketika dimarahi oleh ibu AG meresponnya dengan mengeluarkan nada suara yang tinggi kepada ibunya. Mengenali perasaanku 2 Latihan agar anak memahami situasi sosial - AG dapat memahami situasi-situasi berdasarkan potongan- potongan gambar walaupun memahaminya membutuhkan beberapa waktu - AG mampu menyelesaikan semua soal dengan benar - Dalam menyelesaikan tugasnya AG tampak dibantu dan diberikan arahan oleh ibu - Ibu terlihat lebih sabar dalam mendampingi AG menyelesaikan tugasnya - AG merasa senang ketika ibu membantunya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Belajar mengenal situasi Latihan agar anak mampu mengenali emosi dalam berbagai situasi - AG mampu mengenali situasi dan cara mengekspresikannya - Terlihat kerjasama yang baik antara AG dengan ibunya - Ibu sudah mulai memberikan dukungan kepada AG saat menyelesaikan tugas - Ibu sudah mulai dapat mengurangi pengucapan kata-kata kasar kepada AG - AG merasa senang saat ibu membantunya dalam menyelesaikan tugas dan cara AG mengekspresikannya adalah dengan mengajak ibu untuk “TOSS” bersama - AG sudah terlihat mau mengikuti atau mendengarkan bahkan melakukan perintah yang diberikan oleh ibunya apabila ia menyampaikannya dengan kelembutan, namun sebaliknya jika ibu menyampaikan perintah dengan kata- kata yang kasar AG tidak mau meresponnya dan ia pun menunjukkan wajah yang kesal. Menjadi siapakah aku? Melakukan penilaian kepada anak tentang keseluruhan sesi dengan melakukan Role-play - AG sudah dapat memahami situasi dan paham bagaimana mengekspresikannya namun masih dengan perintah ibunya - Sudah terlihat komunikasi yang baik diantara ibu dan AG - AG dan ibunya tampak bercanda walaupun hanya sesekali dilakukan - Hubungan AG dan ibunya tampak lebih santai - AG dapat berekspresi sesuai dengan jalan cerita yang dimainkan, ia mengekspresikan rasa senangnya saat dibelikan suatu mainan dengan cara melompat - AG mempraktekkan kecemburuannya dengan adik dengan meninggalkan kursi dan berjalan menuju sudut ruangan untuk mempraktekkan ketika ia sedang menyendiri. A.5. Wawancara pada subjek penelitian 1 sebelum diberikan psikoedukasi Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman wawancara dari teori komponen emosi. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pemahaman AG dalam mengenali perubahan yang terjadi di dalam tubuh ketika seseorang merasakan emosi tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh AG. Menurut AG saat sedang marah ia tidak pernah merasakan tubuhnya bergetar. Ia mengaku bahwa tidak terjadi perubahan apapun di dalam dirinya. Selain itu, AG juga mengatakan bahwa saat sedang marah ia tidak pernah mengeluarkan suara dengan nada yang tinggai, ia lebih senang diam saat munculnya emosi tersebut. AG juga kurang mampu memahami perubahan fisik yang terjadi saat emosi marah muncul seperti nafas yang berhembus kencang serta wajah yang terasa panas. Menurutnya nafas yang berhembus kencang itu disebabkan jika ada orang yang mengejutkannya dari belakang, sedangkan wajah yang terasa panas disebabkan karena orang tersebut sedang sakit. Pengetahuan AG dalam mengenali emosi takut juga masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikannya. Menurut AG ia merasa bulu romanya berdiri atau “merinding” jika melihat film horor. AG mengatakan bahwa setiap orang akan “merinding” jika bertemu dengan hantu sebab hantu adalah makhluk yang menakutkan. Secara umum AG tidak menyadari dan mengetahui perubahan fisik yang terjadi saat sedang takut. Saat ditanyakan kepadanya apakah jika sedang takut ia mengeluarkan keringat, AG hanya tertawa. Ia mengatakan bahwa orang yang berkeringat biasanya karena berlari-lari dengan temannya. Hal lain yang ditanyakan kepada AG adalah saat takut apakah ia merasakan sakit perut, ia mengatakan bahwa tidak pernah sakit perut saat ketakutan. Walaupun pemahaman AG masih rendah dalam mengenali perubahan fisik saat marah dan takut, lain halnya dengan sedih. AG mengatakan bahwa perubahan di dalam tubuh saat sedih adalah dengan mengeluarkan air mata. Melalui wawancara peneliti juga dapat mengetahui kemampuan AG dalam menilai serta memahami suatu situasi. Hal ini dapat dilihat bahwa AG cukup mengetahui perasaan orang yang lihatnya. Misalnya jika melihat orang sedang tertawa, AG dapat menilai bahwa orang tersebut sedang senang. Ketika ditanyakan kepadanya apa yang biasanya dirasakan oleh seseorang jika ia mendapatkan suatu hadiah, AG juga menjawab senang namun ia kurang dapat menyampaikan alasannya. Peneliti juga menanyakan kepadanya apa yang biasanya dirasakan oleh orang lain saat berkumpul dengan keluarga dan AG langsung mengaitkannya dengan keadaannya. Ia mengatakan bahwa AG dan keluarga jarang berkumpul bersama. Selanjutnya peneliti kembali menanyakan kepadanya apa yang ia rasakan jika memiliki banyak teman. AG mengatakan bahwa ia memiliki banyak teman, namun kebanyakan dari mereka suka mengejek dirinya. Dalam menilai dan memahami situasi yang berhubungan dengan emosi marah tampaknya AG belum terlalu mengerti. Hal ini dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikannya. Saat peneliti menanyakan kepadanya apakah AG akan berfikir untuk marah jika barang atau mainan kesayangannya dihilangkan oleh temannya, AG menjawab jika sudah hilang ia akan diam saja dan melaporkannya kepada ibunya. Selanjutnya peneliti juga bertanya apa yang akan dilakukan oleh AG saat ia dibohongi oleh oranglain, namun ia tidak dapat menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan lain adalah apakah AG akan marah jika teman- temannya mengejek dirinya. AG mengatakan bahwa terkadang ia marah dengan mereka namun ia lebih banyak diam dan membiarkan temannya tersebut mengejek AG. Pertanyaan terkahir adalah apakah AG pernah berfikir akan dimarahi oleh ibunya saat memberantaki mainan dan kamarnya, AG mengatakan bahwa ibunya sering memarahinya jika AG tidak menyusun kembali mainan-mainan tersebut. Wawancara ini juga menanyakan tentang pemahaman AG menilai emosi sedih, cemburu dan takut. Menurutnya jika AG melihat seseorang sedang menangis, ia mengartikan bahwa orang tersebut sedang sedih. Saat ditanyakan kepadanya apa yang akan dirasakan oleh oranglain saat kehilangan orang yang dikasihinya, AG mengatakan jika ada orang yang meninggal pasti akan sedih. Selain emosi sedih peneliti juga bertanya tentang emosi cemburu. Peneliti menanyakan apa yang biasanya membuat seseorang cemburu. AG mengatakan bahwa ia cemburu dengan adiknya. AG merasa bahwa adiknya lebih disayangi dibandingkan dirinya. Ia juag mengatakan bahwa orangtuanya lebih memperhatikan adik dibandingkan dirinya. Kemampuan AG dalam mengenali emosi takut hampir sama dengan kemampuan dalam mengenali emosi lainnya. Hal ini dapat dilihat saat peneliti menanyakan apakah ia pernah berfikir takut akan dimarahi oleh guru saat tidak menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan. AG mengatakan bahwa ia sering dimarahi oleh gurunya, dan jika guru sudah marah AG mengaku hanya menunduk ke bawah dan diam. Dari hasil wawancara juga dilihat kemampuan AG dalam mengekrspresikan apa yang dirasakannya. Saat ditanyakan apa yang biasanya dilakukan oleh AG saat sedang marah. AG mengaku bahwa jika marah ia sering memukul orang lain. Misalnya saat diejek oleh teman AG sering langsung memukul mereka, selain itu saat sedang kesal di rumah AG sering melampiaskannya dengan memukul adiknya. Peneliti juga menayakan cara AG mengekspresikan perasaan senangnya. Menurut AG, jika senang ia sering tertawa. Biasanya saat bermain dengan teman-temannya. Namun saat ditanya apa yang akan dirasakan oleh AG saat ada orang yang memberikannay sebuah hadiah, ia tidak dapat menjawabnya. Pertanyaan lain yang diajukan kepadanya adalah bagaimana cara AG mengekspresikan perasaan sedihnya. AG menjawab jika sedih ia biasanya menangis dan melamun. Ia juga mengatakan bahwa yang biasanya membuat dirinya sedih jika dimarahi oleh ibunya dan saat ayahnya pulang ke rumah, namun ayahnya tidak menegurnya. Pertanyaan terkahir yang diajukan oleh AG adalah bagaimana cara AG mengekspresikan rasa takutnya. AG mengatakan bahwa jika sedang takut ia hanya diam saja. A.6. Wawancara pada subjek penelitian 1 setelah diberikan psikoedukasi Setelah diberikan psikoedukasi kepada AG dapat dilihat peningkatan pemahaman akan emosi. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang berhubungan dengan perubahan yang terjadi di dalam tubuh saat mengalami suatu emosi. Hal pertama yang ditanyakan kepada AG adalah apa perubahan yang terjadi di dalam tubuhnya saat ia sedang marah namun AG seperti tidak memahami pertanyaan yang diajukan peneliti. Peneliti kembali bertanya biasanya jika seseorang marah apakah ia mengeluarkan suara yang keras dan AG mengatakan bahwa jika orang sedang marah biasanya berteriak-teriak sebab ia sedang kesal misalnya berteriak jika di ganggu oleh orang lain. Selanjutnya peneliti menanyakan apakah jika seseorang marah nafasnya akan berhembus cepat dan AG mengatakan jika orang marah nafasnya cepat seperti habis kejar-kejaran dengan teman. Untuk pertanyaan apakah tubuh terasa bergemetar dan wajah terasa panas saat marah AG tampak tidak dapat menajwabnya, ia hanya mengatakan tidak tahu. Peneliti juga menanyakan perubahan yang terjadi saat seseorang merasa takut. Pertanyaan tersebut adalah apa yang biasanya dirasakan oleh seseorang saat merasa ketakutan. AG mengatakan jika takut dada jalannya kencang. AG juga ditanyakan apakah perubahan yang terjadi saat seseorang merasa takut adalah sakit di bagian perut, AG mengatakan jika orang ketakutan terkadang seperti ingin ke kamar mandi. Ia juga dapat mengatakan bahwa salah satu tanda seseorang merasa ketakutan dengan jantungnya yang berdebar kencang. Untuk pertanyaan apakah perubahan dalam tubuh tampak pada keluarnya keringat dan tubuh terasa bergetar, AG tidak mampu menjawabnya. Pertanyaan terakhir yang berhubungan dengan perubahan yang terjadi di dalam tubuh adalah jika sedih perubahan apa yang terlihat di dalam tubuh kita, AG mampu menjawabnya dengan mengatakan jika nangis air matanya pasti menetes. Peneliti juga menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pemahamnnya dalam menilai suatu situasi dan mengaitkannya dengan emosi secara tepat. Peneliti menanyakan apa yang ada di fikiran AG jika melihat seseorang sedang tertawa, AG mengatakan bahwa orang tersebut sedang berbahagia jawaban ini sama dengan jawaban yang diberikan oleh AG sebelum diberikan psikoedukasi. Selanjutnya peneliti menanyakan apa yang dirasakannya jika ia mendapatkans uatu hadiah. AG mengatakan bahwa ia merasa senang karena memiliki mainan yang baru dan ia akan memainkannya bersama dengan teman-temannya. Peneliti juga menanyakan bagaimana perasaannya saat sedang berkumpul dengan keluarga, AG tetap memberikan jawaban yang sama seperti sebelum diberikan psikoedukasi yaitu ia jarang berkumpul dengan keluarganya. Selanjutnya peneliti meminta AG untuk menjawab apakah yang difikirkannya saat memiliki banyak teman, AG mengatakan walaupun teman-temannya sering mengejeknya namun ia merasa senang dapat bermain dengan mereka. Ia merasa bahagia dapat bermain sepeda dan tertawa bersama dengan mereka. Peneliti juga menanyakan pemahan AG terhadap situasi yang dapat membuat emosi marah muncul. Saat peneliti menanyakan bagaimana ekspresi seseorang sedang marah, AG mempraktekkannya dan mengatakan bahwa muka orang tersebut menyeramkan dan matanya melotot. Peneliti juga menanyakan apa yang AG fikirkan dan rasakan jika ada seseorang yang membohonginya dan menghilangkan barang atau mainan kesayangannya. AG mengatakan bahwa jika ada yang berbohong kepadanya ia akan memarahi orang tersebut dan jika ada yang menghilangkan mainannya AG memintanya untuk mengganti barang tersebut. Selanjutnya peneliti juga menanyakan pemahamannya kan rasa sedih. AG tampak mengerti ekspresi yang ditunjukkan orang yang sedih, ia menjawabnya dengan mengatakan orang yang sedih bisa dilihat jika ia menangis. peneliti juga menanyakan apa yang dirasakan oleh seseorang jika orang terdekatnya meninggal, AG menjawabnya dengan jika ada yang meninggal ia akan sedih dan menangis. Pada akhir wawancara ini, peneliti juga menanyakan pemahaman AG dalam mengekspresikan perasaannya secara tepat. Peneliti menanyakan kepadanya apa yang akan dilakukannya saat sedang marah, senang sedih dan takut. AG mengatakan jika sedang marah boleh berteriak ataupun memukul bantal, sedangkan jika seseorang senang bisa mengekspresikannya dengan tertawa serta melompat yang tinggi. AG juga berpendapat bahwa jika merasa sedih seseorang dapat menangis dan jika merasa takut dapat mengatakannya kepada orang lain yang ada di rumahnya atau berlari menjauhi objek yang ditakutinya. A.7. Wawancara kepada ibu subjek penelitian 1 Wawancara dilakukan oleh terapis dengan ibu subjek. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ibu merasa emosi anaknya tidak stabil saat di rumah. Menurutnya AG mudah marah tanpa alasan yang jelas. Jika sudah marah, AG mengeskpresikan rasa kesalnya dengan memukul adiknya dan melempar benda-benda. Hal yang membuat AG marah biasanya jika ia diperintahkan ibu untuk melakukan suatu hal. AG tampak selalu menolak perintah ibu. Selain itu ia akan marah jika ibu menggendong adiknya. AG memiliki rasa cemburu yang begitu besar dengan adiknya. Ketidakcocokan diantara mereka membuat hubungan antara ibu dan anak ini kurang baik. Ibu sering merasa tidak sabar dalam menghadapi AG sehingga ibu merasa mudah terpancing emosinya saat menghadapi AG. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa ibu menganggap bahwa AG tidak dapat bermain dengan teman-temannya. Ia tampak hanya mengikuti apa yang diperintahkan temannya. AG juga tampak lemah jika ada teman-temannya yang mengejek dirinya. Ibu juga merasa kesal dengan ketidakmampuan AG untuk melawan temannya saat ia di ejek. Selain itu, AG kurang dapat mengekspresikan apa yang dirasakannya. Misalnya saat ia senang, AG biasanya hanya memegang tangan ibunya namun ia tidak mampu mengatakan apa yang dirasakannya. Setelah melakukan wawancara di awal, peneliti kemudian memberikan intervensi berupa psikoedukasi kepada AG untuk mengenali emosi dan cara mengelolanya. Dari hasil wawancara terlihat bahwa terdapat sedikit perubahan dalam mengelola rasa marah yang diperlihatkan AG. Menurut ibu saat ini AG tidak lagi suka melemparkan barangnya jika sedang marah. Ia juga tidak lagi memukul adiknya namun jika emosinya meninggi AG mengalihkan perilaku tersebut dengan memukul bantal dan menghindari ibu dan adiknya, namun setelah emosinya mereda ia mulai menegur mereka. Saat bermain dengan teman- temannya AG tidak lagi diam saat diejek. Ia sudah dapat menanyakan kepada temannya alasan mereka mengejek AG, namun menurut ibu sesekali AG masih mau memukul temannya jika ia diejek. Saat bermain dengan temannya AG juga sudah memperlihatkan rasa senangnya. Setelah intervensi dilakukan ibu merasa bahwa AG dan ia semakin dekat. AG saat ini sudah mau melakukan apa yang diperintahkan ibu. Ibu juga mecoba menerapkan materi intervensi di rumahnya sedikit demi sedikit. A.8. Hasil wawancara dengan significant others Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan orang terdekat AG yaitu neneknya. Dari hasil wawancara diketahui bahwa terdapat perubahan cara mengelola emosi pada diri AG setelah diberikan psikoedukasi. Dahulunya ketika marah AG kerap tidak dapat menerimanya, ia justru akan kembali marah kepada orang yang telah memarahinya. Hal ini sering kali terjadi antara AG dan ibunya. Jika sudah marah AG suka membantingkan suatu barang dan ia melampiaskan kemarahannya dengan adinya. Hal yang membuat AG marah biasanya saat ia diperintahkan oleh ibunya melakukan suatu hal, misalnya mengangkat piring kotornya, membersihkan rumah maupun menjaga adiknya. Saat ini ketika ia merasa kesal AG cenderung diam terlebih dahulu seperti menenangkan diri dan kemudian melakukan apa yang diminta oleh ibunya. Ketika marah ia juga tidak lagi melampiaskannya kepada adik. Dalam mengenali perasaan senang ia cukup dapat melakukannya. Dahulu sebelum diberikan psikoedukasi ketika merasa senang ia hanya dapat tertawa saja. Saat berkumpul keluarga menurut nenek banyak seumuran AG yang ikut, namun saat mereka senang bermain AG tampak hanya melihat-lihat saja. Ia terkadang malu ketika bermain bersama dengan saudaranya. Saat ini jika kumpul keluarga AG sudah mau diajak untuk bermain. Ia juga merasa senang dan menikmati permainan-permainan tersebut bersama dengan saudara- saudaranya. Menurut nenek AG sangat cemburu dengan adiknya. Ia kerap mengganggu bahkan mau mencubit adiknya. Permainan apa yang dimiliki oleh adik ia pun ingin memilikinya, selain itu makanan apa yang adik punya AG pun harus mendapatkannya, jika ia gagal mendapatkannya ia akan marah dan memukul adiknya. Saat ini perilaku AG sedikit berubah, menurut nenek, AG sudah jarang berperilaku kasar kepada adiknya. Jika ia cemburu ibu dan neneknya berusaha untuk menasihatinya. Ketika diberikan nasihat AG tampak mendengarkannya. A.9. Observasi Terapis dan AG sudah saling mengenal kurang lebih 2 tahun yang lalu. Sejak AG kembali bertemu dengan terapis ia tampak malu-malu hal ini dikarenakan antara terapis dan AG memang sudah lama tidak bertemu. Saat terapis menanyakan kabarnya, wajah AG tampak tunduk kebawah sambil tersenyu, Sesekali ia melihat terapis namun dengan cepat ia mengalihkan pandangannya. Terapis pertama kali datang ke rumah AG di sore hari. Saat itu terlihat AG masih mengenakan seragam sekolahnya. Saat berada di rumah, terapis mengajak AG dan ibunya untuk bercerita. Setelah beberapa lama mengobrol dengan ibu, ia meminta AG untuk mengganti baju sekolahnya dan mandi. Mendengarkan perintah itu AG mengatakan ia namun ia tidak melakukannya. Berulang kali ibu tampak memberikan perintah namun AG tetap menundanya. Ibu terlihat kesal dan akhirnya membentak kemudian memukul kaki AG. Respon yang diperlihatkan AG adalah ia mendekati wajah ibu kemudian melihat ibu dengan sorotan mata yang tajam. Melihat perilaku AG yang seperti itu membuat ibu kembali memarahinya. AG kemudian meninggalkan tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah. Observasi juga dilakukan keesokan harinya saat AG bermain bersama dengan teman- temannya. Pada awal terapis datang kerumahnya, AG tampak baru berganti baju dan hendak pergi. Tidak berapa lama kemudian teman-teman AG datang dan mengajaknya bermain. Ternyata teman-teman AG mengajaknya untuk bermain di halaman rumah AG sehingga memudahkan terapis melakukan observasi. Saat itu AG dan teman-temannya terlihat bermain guli dan kartu bergambar. Ketika bermain dengan teman-temannya AG tampak tidak banyak berkomunikasi. Beberapa kali teman AG mengajaknya untuk berkomunikasi namun AG terlihat tidak nyambung. Mereka juga sering mengejek AG saat bermain. Dari kegiatannya bersama dengan teman dapat dilihat bahwa saat teman-teman mengejeknya AG terkadang diam saja namun menunjukkan ekspresi marah dengan melototkan matanya ke arah teman- temannya. Selain itu AG juga mengekspresikan rasa marahnya terkadang dengan mendekati temannya tersebut kemudian langsung memukulnya. Saat melakukan permainan guli dengan teman-temannya terlihat bahwa AG mampu memenangkannya namun ia tampak tidak memahami aturan-aturan dalam permainan, ia pun tidak mengerti bahwa ia menang. Saat teman- temannya memberikan pujian kepada AG dengan memberikan “toss” AG melakukannya tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Observasi berikutnya dilakukan di rumah, dimana saat itu AG sedang menyelesaikan tugas dari sekolahnya. AG tampak sendiri tanpa ada pendampingan dalam menyelesaikan tugas tersebut. Ketika ia mengerjakan tuganya tampak adik AG yang bernama PT menghampirinya. PT duduk di dekat AG dan melihat apa yang dilakukan abangnya. AG meresponnya dengan meminta PT untuk pergi, namun PT tidak mau dan akhirnya membuat AG memukul adiknya. Pada saat pelaksanaan intervensi di sesi pertama AG tampak antusias. Ia juga mampu mengikuti perintah yang diminta oleh terapis. AG juga tampak antusias dan semangat dalam menjalani intervensi ini. Dalam memberikan materi kepada AG ia sering mencontohkan materi tersebut dengan kondisi yang sering dialaminya di rumah. Kegiatan intervensi ini tidak hanya dilakukan AG dengan terapis saja melainkan dengan orangtua yaitu ibu. Dari hasil observasi dilihat pada dasarnya AG senang jika ibu dilibatkan. Saat intervensi berlangsung ia mau mengikuti apa yang diaktakan ibu, hanya saja jika nada suara ibu sudah berubah dan ibu sudah marah kepadanya AG terlihat kembali melawannya bahkan semangatnya dalam menyelesaikan tugas menjadi menurun. Setelah intervensi selesai dilakukan terapis melakukan observasi kembali seminggu setelahnya. Dari hasil observasi terlihat bahwa saat bermain dengan teman-temannya, AG tampak lebih ceria. Ia sudah dapat menunjukkan rasa senangnya saat dia ajak temannya untuk “toos”. AG juga tampak menanyakan kepada temannya secara langsung jika ada yang mengejeknya. Namun hal ini belum selalu dapat dilakukannya dengan baik. Hal lain juag ditunjukkan oleh AG saat bersama dengan adiknya. Sebelum melakukan intervensi AG tampak memiliki rasa marah yang tidak beralasan dengan adik, namun saat ini ia sudah mau bermain bersama dengan adiknya walaupun hanya sebentar. Ketika adiknya salah pun AG tidak langsung memukulnya. Situasi lain juga terlihat bahwa saat ini ibu sudah dapat memberikan perintah kepada AG tanpa mengeluarkan suara keras. Jika hal ini dilakukan ibu, AG mau menurutinya namun hal ini belum konsiten dapat dilakukan oleh ibu.

B. Subjek Penelitian Kedua

B.1. Indentitas diri subjek penelitian 2 Nama : RZ Jenis Kelamin : Laki - laki Tempattanggal lahir : Medan, 2 Agustus 2004 Umur : 9 tahun Pendidikan : SD kelas 3 Suku bangsa : Karo Agama : Islam Alamat : Medan Baru Posisi dalam keluarga : Anak ke tiga dari tiga bersaudara IQ : 52 tergolong Mild Retardasi Mental menurut skala Binet B.2. Deskripsi diri subjek penelitian 2 Subjek kedua dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berinisial RZ yang saat ini usianya 9 tahun. RZ merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Saat ini RZ duduk di banku 3 SD sedangkan kakaknya sudah duduk di bangku SMA. RZ tergolong manja dengan kakak-kakaknya, apapun keinginannya harus dituruti jika tidak ia biasanya akan menangis. Berbicara mengenai hubungan RZ dengan orangtuanya, RZ cenderung lebih dekat dan manja kepada ayahnya dibandingkan dengan ibunya. Sayangnya saat ini RZ sudah tidak lagi tinggal dengan ayahnya dikarenakan perceraian antara ibu dan ayah. RZ saat ini tinggal bersama dengan ibu dan kakak-kakaknya di rumah nenek RZ. Walaupun ia jauh dari ayahnya namun hubungan diantara mereka tetap terjalin dengan baik. Setelah pemeriksaan psikologis diketahui bahwa RZ didiagnosa mengalami Mental Retardasi dengan kategori Mild. Dalam hal pendidikan RZ tergolong anak yang lambat, ia sulit mengerti instruksi dan pelajaran di sekolah. Prestasinya juga jauh berada di bawah teman-temannya yang lain. Guru di sekolah sempat meminta ibu untuk memasukkan RZ ke sekolah luar biasa SLB namun ibu menolaknya dengan alasan malu dan tetap mempertahankan RZ untuk berada di sekolah tersbeut. Tidak hanya dalam hal pendidikan, pemahamnnya tentang komunikasi dua arah juga tidak baik. RZ suka melamun dan tidak nyambung saat oranglain berkomunikasi dengannya. RZ juga lambat dalam menyelesaikan semua pekerjaannya sehingga ia sering sekali dimarahi oleh ibunya. Pada dasarnya ibu RZ sering mmbimbingnya dalam melakukan segala hal namun ia tidak memiliki kesabaran yang besar dalam membujuk RZ. Secara emosi RZ tergolong anak yang tidak terlalu sensitif. Sebagai contoh RZ sering kali tidak memahami bahwa ibunya sering marah kepadanya. Hal ini ditunjukkannya saat ibu marah RZ tampak tidak memperdulikannya. Contoh lain ditunjukkan RZ saat melihat orang sedang menangis, ia hanya melihat namun tidak merespon apapun terhadap apa yang dirasakan orang tersebut. Saat sedang marah biasanya RZ jarang menunjukkan ekspresinya secara langsun. Ia lebih senang diam namun nafasnya tampak berhembus kencang. Saat sedang marah biasanya RZ tidak suka di tegur. Emosi lain yang sering ditunjukkan oleh RZ saat sedang diberikan ibu mainan baru. RZ jarang mengucapkan terimakasih. Ia juga tidak memperlihatkan rasa senangnya, namun mainan yang diberikan oleh ibu selalu dimainkannya. Sehari-harinya saat RZ mendapatkan suatu hadiah ia hanya menerimanya tanpa mengucapkan apapun kepada orang yang telah memberikannya hadiah.