Subjek Penelitian Kedua TINJAUAN PUSTAKA
Setelah pemeriksaan psikologis diketahui bahwa RZ didiagnosa mengalami Mental Retardasi dengan kategori Mild. Dalam hal pendidikan RZ tergolong anak yang lambat, ia
sulit mengerti instruksi dan pelajaran di sekolah. Prestasinya juga jauh berada di bawah teman-temannya yang lain. Guru di sekolah sempat meminta ibu untuk memasukkan RZ ke
sekolah luar biasa SLB namun ibu menolaknya dengan alasan malu dan tetap mempertahankan RZ untuk berada di sekolah tersbeut. Tidak hanya dalam hal pendidikan,
pemahamnnya tentang komunikasi dua arah juga tidak baik. RZ suka melamun dan tidak nyambung saat oranglain berkomunikasi dengannya. RZ juga lambat dalam menyelesaikan
semua pekerjaannya sehingga ia sering sekali dimarahi oleh ibunya. Pada dasarnya ibu RZ sering mmbimbingnya dalam melakukan segala hal namun ia tidak memiliki kesabaran yang
besar dalam membujuk RZ. Secara emosi RZ tergolong anak yang tidak terlalu sensitif. Sebagai contoh RZ sering
kali tidak memahami bahwa ibunya sering marah kepadanya. Hal ini ditunjukkannya saat ibu marah RZ tampak tidak memperdulikannya. Contoh lain ditunjukkan RZ saat melihat orang
sedang menangis, ia hanya melihat namun tidak merespon apapun terhadap apa yang dirasakan orang tersebut. Saat sedang marah biasanya RZ jarang menunjukkan ekspresinya
secara langsun. Ia lebih senang diam namun nafasnya tampak berhembus kencang. Saat sedang marah biasanya RZ tidak suka di tegur.
Emosi lain yang sering ditunjukkan oleh RZ saat sedang diberikan ibu mainan baru. RZ jarang mengucapkan terimakasih. Ia juga tidak memperlihatkan rasa senangnya, namun
mainan yang diberikan oleh ibu selalu dimainkannya. Sehari-harinya saat RZ mendapatkan suatu hadiah ia hanya menerimanya tanpa mengucapkan apapun kepada orang yang telah
memberikannya hadiah.
B.3. Pelaksanaan intervensi subjek penelitian Sesi 1 :
Ice breaking
Haritanggal: Kamis, 18 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama : 45 Menit
Tujuan : -
Menjalin Rapport dengan anak -
Membuat peraturan-peraturan pada anak yang harus diterapkan dalam menjalani terapi
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini dimulai dari penjelasan tujuan pelaksanaan terapi kepada RZ dan aturan- aturan yang harus disepakati dalam terapi ini. Terapis menjelaskan bahwa terapi ini akan
dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dan sesi pertama sampai dengan sesi ketujuh RZ akan belajar sambil bermain dengan terapis dan sesi kedelapan sampai sesi kesebelas RZ akan
belajar dan bermain dengan ibu. Terapis juga membuat aturan yang ahrus disepakati bahwa ketika berada di rumah RZ
harus dapat mengulang pelajaran yang telah disampaikan pada waktu terapi dengan bantuan ibu, tujuannya adalah agar anak mampu mengingat materi-materi yang disampaikan. Dari
sesi ini diketahui bahwa RZ merupakan anak yang mudah bosan. dalam mendekatinya terapis menggunakan beberapa permainan untuk menarik perhatiannya. Permainan yang dilakukan
terapis adalah mengajaknya untuk bermain play dough serta ular tangga.
Sesi 2 : Bentuk-bentuk emosiku
Haritanggal: Sabtu, 20 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45
Lama : 45 Menit Tujuan :
- Menjalin Rapport kepada anak
- Menilai pemahaman anak akan emosi dasar yang sederhana
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini dimulai dengan bermain, terapis menunjukkan beberapa permainan dan meminta RZ untuk memilihnya. RZ memilih untuk bermain mobil-mobilan bersama. Saat
bermain terapis mengatakan jika hari ini kegiatannya adalah menyusun puzzle dan menebak gambar dari puzzle tersebut. setelah bosan bermain RZ langsung meminta terapis untuk
mengeluarkan puzzle. Terapis menunjukkan puzzle tersebut satu persatu dan memintanya untuk menebak
emosi apa yang ada pada puzzle tersebut. Dalam menjawab pertanyaan terapis RZ tampak tidak menjawabnya secara langsung. Ia mengomentari terlebih dahulu bentuk wajah dari
puzzle itu, namun setelah terapis memintanya untuk menebak gambar RZ mampu melakukannya. Ia tampak mengenali wajah orang yang sedang sedih, menangis dan tertawa.
Setelah menebak gambar terapis memberikan puzzle tersebut secara acak dan meminta RZ untuk menyusunnya. RZ mampu melakukan hal tersebut tanpa dibantu oleh terapis.
Sesi 3 : Mengenali emosiku
Haritanggal: Senin, 22 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama :45 Menit
Tujuan : -
Agar anak mengenali berbagai macam jenis emosi sehari-hari
Proses pelaksanaan
Terapis memulai sesi ini dengan menanyakan kepadanya tentang kegiatan yang dilakukannya saat sesi sebelumnya. RZ mampu meng
ingatnya dengan mengatakan “semalam kan kita main gambar orang. Ada muka orang sedih, ada yang punya air mata tapi gak jatuh
sama orang yang ketawak”. Setelah itu terapis menjelaskan kepada RZ bahwa ia akan ditunjukkan berbagai gambar emosi melalui video.
Terapis menunjukkan video bergambar orang yang sedang marah, sedih, senang, takut dan cemburu. Hasilnya adalah RZ mampu mengenali apa yang dirasakan orang tersebut.
dalam mengenalinya ini terapis tidak membantu sama sekali. Setelah menebak gambar terapis meminta RZ untuk menirukan wajah yang ada pada gambar dan RZ dapat melakukannya
dengan baik.
Sesi 4 : Ada apa denganku?
Haritanggal: Rabu, 24 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama : 45 Menit
Tujuan : -
Anak diharapkan mampu mengetahui penyebab munculnya emosi
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini dimulai dengan meminta RZ menceritakan tentang kegiatan yang terjadi pada sesi sebelumnya. RZ menyebutkan bahwa ia menirukan dan menebak gambar. Gambar
yang ditebaknya adalah wajah orang yang marah, senang, sedih, cemburu dan takut. Terapis menjelaskan kepada RZ tentang kegiatan yang akan dilakukan pada sesi ini. Sebelum masuk
dalam sesi ini terapis meminta RZ untuk menjawab tentang apa yang biasanya membuat RZ marah, senang, sedih, takut dan cemburu. Hasilnya adalah RZ tidak mengetahui penyebab-
penyebab tersebut. Terapis menunjukkan satu persatu video bergambar orang yang sedang marah. Terapis
juga menjelaskannya dengan metode ceramah bahwa orang marah bisa disebabkan karena diganggu oleh temannya, dipukul atau dijewer. Orang yang senang biasanya dikarenakan
mendapat hadiah dan mainan yang banyak, sedangkan orang yang sedih biasanya ketika kehilangan orangtua maupun binatang kesayangannya mati. Terapis juga menjelaskan bahwa
penyebab seseorang takut biasanya jika bertemu dengan binatang dan penyebab orang merasa cemburu jika kehadiran anggota keluarga lain.
Setelah melihat video terapis mengajak RZ untuk berdiskusi tentang contoh lain diluar video yang dilihatnya. Terapis menjelaskan kepadanya RZ juga bisa senang jika diberikan
baju yang baru, mainan baru, bahkan saat bermain bersama dengan teman. Terapis memberikan contoh lain penyebab seseorang marah bisa saja karena mainan kesayangannya
dihilangkan oleh temannya atau dicuri dan dibohongi. Selain itu penyebab orang sedih bisa dikarenakan orang terdekatnya sedang sakit ataupun dimarahi oleh orangtua. Terapis
menjelaskan dengan contoh bahwa orang yang takut bisa juga karena dimarahi oleh guru karena tidak membuat PR.
Setelah menjelaskan kepada RZ terapis meminta RZ untuk mengulangi hal-hal yang telah diajarkan kepadanya. Hasilnya RZ mampu mengingat penyebab dari semua emosi yang
dipelajari namun ia tidka mengingatnya secara detail.
Sesi 5 : Mengenali apa yang terjadi di dalam tubuhku
Haritanggal: Jumat, 26 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45
Lama : 45 Menit Tujuan :
- Memberikan informasi agar anak memahami dan mampu merasakan perubahan fisik yang
terjadi saat mengalami emosi – emosi yang dirasakan
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini dimulai dengan meminta RZ untuk menceritakan kembali sesi yang sebelumnya. RZ hanya mengingat penyebab-penyebab seseorang marah, sedih dan takut.
Namun penyebab emosi lainnya mampu diingat oleh RZ dengan dibantu oleh terapis. Sesi ini dilakukan dengan berdiskusi terlebih dahulu apakah RZ mampu menyadari perubahan fisik
yang terjadi saat ia merasakan suatu emosi dalam dirinya. Hasilnya adalah RZ tidak mampu memahaminya.
Terapis memperlihatkan kepada RZ video tentang perubahan fisik yang terjadi saat seseorang marah yaitu dada terasa berdebar, tubuh terasa bergemetar, mata melotot, wajah
terasa panas, serta nada suara meninggi. Terapis tidak hanya memberikan informasi dengan ceramah melalui video namun melakukannya dengan praktek langsung dan melalui media
boneka. Video selanjutnya adalah melihat perubahan fisik pada orang yang sedang sedih yaitu dengan mengeluarkan air mata. Terapis menjelaskan kepada RZ perubahan yang terjadi
saat orang takut adalah dada terasa berdebar kencang, tangan terasa dingin, tubuh mengeluarkan keringat serta merasakan sakit di daerah perut.. Sama dengan sesi-sesi
sebelumnya terapis juga meminta RZ untuk mengulangi materi yang diajarkan pada terapi. Hasilnya RZ mampu mengingat dan mempraktekkannya dihadapan terapis.
Sesi 6 : Belajar berekspresi
Haritanggal: Minggu, 28 Juli 2013
Waktu : 13.00 – 13.45
Lama : 45 Menit Tujuan :
- Anak mampu berekspresi sesuai dengan situasi yang tepat
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini diawali dengan mengajak RZ untuk berdiskusi tentang perubahan- perubahan yang terjadi dalam tubuh saat merasakan emosi. Hasilnya RZ mampu
menceritakannya namun tidak lengkap. Perlu bantuan terapis dalam menyempurnakannya. Terapis menjelaskan kepada RZ bahwa pada sesi ini RZ akan diajarkan dan diperlihatkan
gambar cara orang mengekpresikan perasaannya secara tepat. Terapis menunjukkan kepada RZ bahwa seseorang yang sedang senang bisa
mengekspresikan apa yang dirasakannya dengan tertawa, melompat sambil berteriak serta memeluk orang yang kita sayangi. Dalam mengekspresikan rasa marah bisa dengan berteriak.
Terapis juga menunjukkan dua buah gambar diamna gambar pertama seorang anak yang mengekspresikan rasa marahnya dengan memukul bantal dan gambar kedua adalah cara
seseorang mengekspresikan rasa marahnya dengan melempar seseuatu. RZ diminta untuk memilih gambar yang benar, hasilnya adalah RZ memilih gambar seseorang yang memukul
bantal. Terapis memberikan tanda benar atas jawaban yang diberikan dan membuat tanda silang pada gambar kedua. Selnajutnya terapis menunjukkan cara seseorang mengekspresikan
rasa sedihnya dengan menangis. Terapis juga menjelaskan kepada RZ bahwa seseorang yang takut bisa mengekspresikan rasa ketakutannya dengan menghindari objek atau situasi
tersebut. Setelah memberikan penjelasan kepada RZ terapis memintanya untuk mengulang kembali materi yang diberikan. RZ mampu menjawabnya walaupun ada beberapa jawaban
yang tidak lengkap.
Sesi 7 : Mengenali perasaanku 1
Haritanggal: Selasa, 30 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama : 45 Menit
Tujuan : -
Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat.
- Melatih orangtua untuk mampu mengajarkan anaknya.
- Melatih kesabaran orangtua.
Proses pelaksanaan
Dalam memulai sesi ini, terapis terlebih dahulu mengatakan kepada RZ bahwa kegiata bermain yang dilakukan pada sesi ini sampai dengan sesi terakhir akan dilakukan bersama
dengan ibunya. Setelah itu terapis memberikan instruksi kepada ibu tentang hal yang akan dikerjakan.
Ibu dan RZ diberikan lembar kerja. Terapis memberikan instruksi kepada ibu dengan mengatakan bahwa di dalam lembar kerja tersebut terdapat dua bagian gambar, dimana
gambar di sebelah kiri merupakan situasi dan sebelah kanan merupakan ekspresi emosi. Tugasnya adalah RZ diminta untuk mencocokkan setiap situasi dengan emosi yang cocok.
Ibu diminta untuk membantu RZ namun tidak untuk memberikan jawaban kepadanya. Dari hasil yang dikerjakannya terlihat bahwa RZ mecocokkan situasi orang yang
sedang sakit dengan emosi kesedihan, mencocokkan orang yang mendapatkan hadiah dengan emosi senang, tidak memberikan jawaban pada situasi orang yang sedang termenung sendiri,
mencocokkan ornag yang sedang berulang tahun dengan emosi senang. Dalam menyelesaikan tuganya ibu tampak mendampingi dan memberikan arahan kepada RZ.
Saat RZ mengeluh bosan ibu tampak tidak memperdulikannya dan memaksa RZ untuk tetap menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Terlihat juga bahwa ibu beberapa kali mencubit
RZ saat ia tidak fokus pada pekerjaannya.
Sesi 8 : Mengenali perasaanku 2
Haritanggal: Kamis, 1 Agustus 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama :45 Menit
Tujuan : -
Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat.
- Melatih orangtua untuk mampu mengajarkan anaknya.
- Melatih kesabaran orangtua.
Proses pelaksanaan
Instruksi yang diberikan pada sesi ini sama dengan instruksi pada sesi sebelumnya, perbedaannya adalah pada sesi sebelumnya situasi yang diberikan adalah situasi individu
sedangkan dalam sesi ini situasi yang diberikan adalah melibatkan orang lain atau sosial. Ibu dan RZ diberikan lembar kerja. Terapis tetap memberikan instruksi kepada ibu dengan
mengatakan bahwa di dalam lembar kerja tersebut terdapat dua bagian gambar, dimana gambar di sebelah kiri merupakan situasi dan sebelah kanan merupakan ekspresi emosi.
Tugasnya adalah RZ diminta untuk mencocokkan setiap situasi dengan emosi yang cocok. Ibu diminta untuk membantu RZ namun tidak untuk memberikan jawaban kepadanya.
Dari hasil pekerjaannya dapat dilihat bahwa RZ mencocokkan situasi orangtua yang sedang bertengkar dengan emosi takut, situasi anak sedang bermain bola dengan temannya
dengan emosi senang, seseorang yang termenung ketika melihat adiknya dipangku oleh ayah dan ibu dengan emosi cemburu, situasi anak yang disuntik oleh dokter dengan emosi takut
serta situasi ayah sedang bermain dengan anaknya dengan emosi senang. Dari hasil sesi ini juga dilihat bahwa ibu sudah sesekali membujuk RZ saat ia sedang bosan dimana hal ini tidak
dilakukannya pada sesi sebelumnya. Ibu juga mengurangi intensitasnya dalam mencubit anak saat mendampingi RZ menyelesaikan tugas yang diberikan.
Sesi 9 :Belajar mengenal situasi
H aritanggal: Sabtu, 3 Agustus 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama : 45 Menit
Tujuan : -
Melatih anak untuk mengaplikasikan emosi dengan berbagai situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari
– hari -
Melatih kerja sama antara anak dan orangtua -
Meningkatkan hubungan antara anak dan anak
Proses pelaksanaan
Sesi ini masih melibatkan ibu dan RZ. Terapis memberikan 2 lembar kerja dimana lembar pertama berisikan soal yang harus dibaca dan lembar kedua berisikan jawaban-
jawaban dari soal tersebut. Tugas RZ adalah menggunting jawaban tersebut kemudian menempelkannya di tempat yang telah disediakan. Dalam memulai sesi ini terlebih dahulu
ibu menjelaskan kepada RZ.
Dalam memulai kegiatan ini ibu mengambil lembar jawaban dan meminta RZ untuk menebak satu persatu gambar yang ada. Ketika RZ tidak dapat menebaknya ibu memintanya
untuk mencoba kembali. Ibu juga memberikan arahan agar RZ memahami gambar tersebut. steelah selesi membahas gambar ibu membacakan soal kepada RZ dan memintanya untuk
mencarikan jawaban yang benar. Soal pertama yang dibacakan oleh ibu adalah “ saya akan merasa sedih jika meli
hat... “, RZ hanya mengambil satu jawaban yaitu gambar orang sedang menengarkan ornagtuanya bertengkar. Ibu meminta RZ untuk mencari gambar yang lain dan
RZ mengambil seseorang yang cemburu saat melihat adiknya sedang dipangku oleh ibu. Soal berikutnya dal
ah “saya merasa senang saat..” dan RZ memilih gambar sebuah keluarga yang sedang makan bersama dan seorang anak yang sedang bermain sendiri. Ibu mengarahkan
untuk RZ menggunting gambar anak-anak yang sedang bermain bola dengan temannya. Soal selanjutnya a
dalah “ibu akan marah kepada saya jika.. “, pada soal ini RZ tidak dibantu ibu dalam menjawab ia memilih potongan gambar yang salah. Yang dipilihnya adalh
seorang ibu yang sedang memarahi anaknya. Ibu juga memberikan soal kepada RZ dengan mengatakan “menurut saya seseorang cemburu biasanya karena...”, RZ menunjuk jawaban
seorang kakak sedang bereebut mainan dengan adiknya dan seorang adik berebut makanan dengan abangnya. Pertanyaan terakhir adalah dengan menayakan kepada RZ “biasanya
seseorang merasa takut karena apa?”, RZ tampak tidak mengetahuinya namun ibu memberi
bantuan dengan mengarahkan jawaban pada seseorang yang dmarahi oleh guru. Dari hasil sesi ini juga dilihat bahwa dalam menyelesaikan pekerjaan ibu dan RZ sesekali terlihat saling
bercanda dan kerjasama diantaranya cukup baik.
Sesi 10 : Menjadi siapakah aku?
Haritanggal: Senin, 5 Agustus 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama : 45 Menit
Tujuan : -
Melihat pemahaman Anak terhadap seluruh sesi terapi. -
Melihat perubahan yang terjadi dalam diri orangtua dalam menghadapi anak setelah mengikuti keseluruhan rangkaian sesi terapi.
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini dimulai dengan memberikan penjelasan kepada ibu bahwa kegiatan hari ini merupakan role-play yang akan dilakukannya bersama dengan RZ. Peneliti memberikan
teman dari role- play yang akan dilakukan, temannya adalah melakukan “Masuk Sekolah”.
Peneliti memberikan instruksi dan media berupa mainan-mainan. Ibu mengambil sebuah barbie, dan memberikan kepada RZ sebuah robot. Ibu mulai
melakukan role-play. Di dalam role play tersebut diceritakan bahwa ibu akan membelikan RZ sebuah tas baru, buku baru dan seragam baru jika ia naik kelas. Saat melakukan role-play
tersebut terdapat beberapa jenis emosi yang diperankan, diantaranya adalah emosi senang dan takut.
Dalam role-play tersebut dibahas bahwa ibu akan marah kepada RZ jika ia tidak naik kelas sehingga saat pembagian rapot RZ merasa takut. Ibu bertanya kepadanya “eh, emang
gimana kalau orang takut itu?”. RZ menjawabnya sambil mempraktekkan dengan memegang d
adanya. Ia mengatakan “ya dadanya kayak di pukul-pukul bunyinya”. Menurut cerita dari sesi tersbut akhirnya RZ naik kelas dengan nilai yang cukup baik. Ibu mengatakan bahwa ia
kaan membelikan baju seragam, tas dan buku yang baru. RZ merasa senang dan ia menggerakkan robitnya kemudian memeluk barbie yang diperankan oleh ibunya.
Setelah selesai melakukan sesi ini terapi melakukan evaluasi kepada ibu dengan menanyakan hubungannya dengan RZ. Menurut ibu hubungannya semakin membaik. Ia tidak
lagi suka mencubit RZ, baginya semakin ibu mengasarinya RZ semakin jauh. Ketika ibu menunjukkan kasi sayang kepadanya RZ menjadi lebih dekat dengannya, walaupun keadaan
ini masih jauh dari sempurna menurutnya.
B.4. Hasil penelitian subjek penelitian 2 Sesi
Tujuan Hasil
Ice Breaking Membina rapport,
menjelasakan tujuan terapi dan aturan yang
harus disepakati RZ merupakan anak yang
mudah bosan sehingga dalam melakukan tidak
hanya dapat melakukan satu
cara untuk
mendekatinya. RZ juga dapat memahami tujuan
dari terapi
serta menyepakati
aturan- aturannya.
Bentuk-bentuk emosiku Penilaian pemahaman
anak dalam mengenali emosi dasar
RZ mengenali 3 ekspresi wajah dari puzzle yang
diberikan. Dalam
mengenalinya RZ tidak melakukannya
dengan cepat. Ia terlebih dahulu
mengomentari bentuk-
bentuk dari
wajah tersebut.
Mengenali emosi Mengenalkan jenis-jenis
RZ mampu mengenali
emosi pada anak semua jenis emosi yang
ditunjukkan kepadanya. Ada apa denganku?
Mengenalkan penyebab- penyebab munculnya
emosi pada anak Saat memulai sesi ini RZ
tidak mengetahui
penyebab-penyebab emosi muncul. Setelah
ditunjukkan beberapa
gambar yang membuat emosi muncul RZ mampu
menebak gambar
tersebut. Mengenali apa yang
terjadi di dalam tubuhku Mengenalkan kepada
anak tentang perubahan fisik yang terjadi di
dalam tubuh saat munculnya emosi
Dalam memulai sesi ini RZ
tidak memahami
sama sekali perubahan fisik yang terjadi saat
seseorang merasa senang, sedih, marah, takut dan
cemburu. Setelah
diberikan materi
dan memintanya
untuk mengulangi ternyata RZ
mampu mengingat
perubahan fisik
yang terjadi saat orang sedang
marah, senang, sedih, takut
dan cemburu.
Hanya saja
ia tidak
lengkap dalam
menjelaskannya. Belajar berekspresi
Mengajarkan kepada anak cara
mengeekspresikan emosi Sebelum
memasuki materi terapi RZ hanya
mampu memahami cara seseorang
dan belajar menilai serta memahami ekspresi yang
dirasakan oleh oranglain mengekpresikan
rasa sedihnya
dnegan menangis.
Setelah diberikan terapi RZ dapat
mengulangi materi yang diberikan dengan baik.
Mengenali perasaanku 1
Latihan agar anak memahami situasi
individu -
RZ mampu
mencocokkan situasi
terhadap ekspresi yang benar
- Dalam menyelesaikan
tugasnya RZ masih di arahkan oleh ibunya
- Ibu tampak memaksa
RZ untuk fokus saat menyelesaikan tugas
- Saat RZ mengatakan
bosan, ibu
tidak memperdulikannya
namun ia
terus memaksa
RZ untuk
cepat menyelesaikan
tugasnya -
Ibu sering mencubit RZ saat ia tidak fokus
- Saat dipaksa oleh ibu
untuk menyelesaikan
pekerjaannya RZ
tampak merajuk dan sesekali ia merengek
- Saat dicubit RZ tampak
marah dan menangis walaupun kejadian ini
tidak berlangsung lama. Mengenali perasaanku
2 Latihan agar anak
memahami situasi sosial -
RZ mampu mengenali semua situasi sosial
yang ada pada lembar kerja
- RZ mampu menjawab
soal-soal tersebut
dengan benar -
Terdapat sedikit
perubahan pada sesi sebelumnya, pada sesi
ini ibu sudah mulai membujuk RZ jika ia
merasa bosan namun hal ini masih beberapa
kali dilakukannya -
Intensitas ibu mencubit RZ berkurang
- RZ tergolong anak yang
mudah bosan dan malas untuk
melanjutkan pekerjaannya.
Namun jika
ibu sudah
membujuknya perilaku ini berubah, RZ terlihat
kembali bersemangat
dalam menyelesaikan
tugas tersebut -
Jika ibu mencubit RZ, ia
langsung menghindarinya dengan
meninggalkan tempat
duduknya dan berlari di
dalam kelas. Belajar mengenal situasi
Latihan agar anak mampu mengenali emosi dalam
berbagai situasi -
RZ tampak
sudah memahami situasi yang
lebih komplek -
Terlihat kerjasama yang baik antara ibu dan
anak -
Suasana dalam sesi ini lebih baik, hal ini
dilihat dari kemampuan ibu dan RZ untuk
bercanda -
Semangat RZ dalam menyelesaikan
tugas saat
ibu memberikannya pujian
- Ketika
ibu membenarkan jawaban
RZ, ia
langsung mengajak ibunya untuk
“TOSS” dan kemudian mengekspresikan rasa
senangnya dengan
mengatakan “ye ye ye” sambil menari kecil.
Menjadi siapakah aku? Melakukan penilaian
kepada anak tentang keseluruhan sesi dengan
melakukan Role-play -
RZ sudah mampu memahami
cara mengekspresikan
perasaannya tanpa di arahkan oleh ibu yaitu
senang dan takut -
Hubungan antara ibu dan RZ semakin baik,
hal ini dilihat dari pemberian pujian yang
sering dilakukan ibu saat
menyelesaikan beberapa tugas.
B.5 Wawancara sebelum diberikan psikoedukasi pada subjek penelitian kedua
Wawancara yang dilakukan kepada RZ disusun berdasarkan pedoman wawancara dari teori yang digunakan. Dalam wawancara ini peneliti ingin mengetahui kemampuan RZ dalam
memahami dan menilai situasi sesuai dengan emosi yang tepat, mengetahui pemaham RZ tentang perubahan yang terjadi di dalam tubuh saat merasakan emosi tersebut, serta
mengetahui cara RZ mengekspresikan apa yang dirasakannya. Hal pertama yang ditanyakan oleh peneliti adalah seputar pemahaman RZ dalam
menilai situasi sesuai dengan emosi yang tepat. Secara umum RZ hanya paham jika ada orang yang sedang tertawa berarti menandakan bahwa orang tersebut sedang senang. Namun,
jika dikaitkan dengan berbagai situasi tampaknya RZ belum begitu paham, ia baru memahami ekspresi yang ditunjukkan oleh orang lain. Sebagai contoh saat peneliti
menanyakan kepadanya apa yang seharusnya ia rasakan saat seseorang memberikannya suatu hadiah. RZ mengatakan biasanya jika diberikan hadiah ia hanya mengambilnya saja.
Selanjutnya saat peneliti menanyakan apa yang ia rasakan jika berkumpul dengan keluarga dan jika memiliki banyak teman. RZ mengatakan bahwa ia merindukan ayahnya dapat
bermain kembali bersama dirinya, sebab saat ini RZ tidak lagi pernah didampingi oleh ayahnya karena perceraian yang terjadi. Selanjutnya RZ mengaku bahwa tidak suka memiliki
banyak teman karena mereka suka mengganggu dirinya.
Peneliti juga menanyakan pemahaman RZ dalam menilai situasi yang dapat membuat seseorang marah. Peneliti mengatakan apa yang terfikir oleh RZ saat ada orang yang
menunjukkan wajah yang cemberut dihadapannya serta apa yang ia fikirkan saat ada orang lain membohonginya. RZ mengatakan bahwa jika ada orang yang cemberut mungkin orang
tersebut sedang marah dan kesal dan jika ada orang yang membohongi RZ ia mengatakan akan diam saja agar orang tersebut tidak lagi membohongi ia. Peneliti kembali bertanya apa
yang ada didalam fikiran RZ saat seseorang teman menghilangkan barang atau mainan kesayangan RZ, ia mengatakan akan menangis dan tidak mau makan. Kemampuan RZ dalam
mengenali ekspresi seseorang sama dengan sebelumnya, RZ cukup dapat berfikir dan mengartikan orang yang sedang sedih dengan mengeluarkan air matanya sedangkan ekspresi
orang yang ketakutan dengan mata yang melotot. Saat ditanyakan apa yang RZ fikirkan saat orang terdekat kita meninggal, RZ mengatakan biasa saja. Ia tampak tidak memahaminya.
Peneliti juga bertanya apa yang biasanya membuat seseorang cemburu, RZ menjawab jika makanan kita direbut sama orang lain kita biasanya cemburu.
Peneliti juga menanyakan beberapa pertanyaan kepada RZ untuk mengetahui pemahamannya dalam merasakan perubahan yang dirasakan RZ didalam tubuhnya saat
mengalami emosi marah, senang, sedih, takut dan cemburu. Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa sepertinya RZ tidak memahami perubahan di dalam tubuh saat emosi marah
sedang muncul. Peneliti menanyakan apakah saat sedang marah RZ merasakan perubahan dalam tubuh seperti badannya bergertar, nada suaranya meninggi, nafas berhembus kencang
bahkan wajah terasa panas. Menurutnya ia tidak mengetahuinya dan tidak pernah merasakan hal tersebut.RZ mengatakan saat sedang marah ia langsung marah tanpa memperhatikan hal
tersebut. Peneliti juga menyakan kepada RZ apakah ia mengetahui ciri-ciri orang yang sedang
takut dengan jantung yang bedebar kencang, mengeluarkan keringat, merasa sakit perut,
tangan bergemetar serta bulu roma berdiri atau “merinding. Dari beberapa pertanyaan
tersebut RZ hanya mampu menjawab bahwa saat takut ia mengaku dadanya seperti dipukul oleh orang lain, ia merasa sakit di daerah dada. Namun untuk pertanyaan yang lainnya RZ
tidak mampu menjawabnya. Hal terakhir yang ditanyakan oleh peneliti adalah perubahan saat emosi sedih muncul. RZ mampu menjawabnya dengan menangis. menurutnya setiap orang
yang sedang sedih pasti mengeluarkan air mata, semakin besar kesedihannya maka semakin banyak pula air mata yang keluar.
Peneliti juga melakukan wawacara dengan menanyakan kepada RZ seputar bagaimana cara ia mengekspresikan emosi yang dirasakannya. Hal pertama yang ditanyakan kepada RZ
adalah apa yang ia lakukan saat sedang marah. Menurut RZ ia sering menghentakkan kakinya saat ibunya tidak mengabulkan keinginannya. Dalam menjawab pertanyaan ini RZ juga
mempraktekkannya kepada peneliti, selain itu ia mengaku akan menangis jika sedang kesal dengan kakak dan ibunya. Peneliti juga menanyakan kepadanya apa yang ia lakukan saat ia
sedang senang, RZ mengatakan bahwa ia akan tertawa saat merasakan hal tersebut. Biasanya hal yang membuatnya senang adalah saat menonton kartun kesayangannya. Hal itulah yang
bisa membuat RZ tertawa terbahak-bahak. Selanjutnya RZ juga mengatakan bahwa cara ia mengekspresikan rasa sedih dan takut adalah dengan menangis.
B.6. Wawancara setelah diberikan psikoedukasi pada subjek penelitian kedua
Setelah diberikan psikoedukasi peneliti kembali melakukan wawancara kepada RZ guna mengetahui apakah pemahamannya dalam mengenali emosi meningkat atau tidak.
Wawancara ini di awali dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan RZ dalam memahami emosi berdasarkan situasi yang tepat. Peneliti menayakan kepadanya bagaimana
cara kita melihat orang yang sedang senang, RZ menjawabnya dengan mengatakan orang
yang senang biasanya selalu tertawa. Peneliti juga mengatakan apa yang biasanya dirasakan dan difikirkan oleh seseorang saat diberikan suatu hadiah, saat berkumpul dengan keluarga
dan saat memiliki banyak teman. RZ mengatakan bahwa saat diberikan suatu hadiah biasanya merasa sangat senang sekali, ia merasa senang karena mainan yang dimilikinya semakin
banyak. RZ juga mengatakan bahwa jika berkumpul dengan keluarga merasa senang karena terasa ramai di rumah namun ia lebih merasa senang jika ayahnya ikut bergabung di dalam
rumah. Namun hal ini berbeda saat ditanyakan perasaan saat memiliki banyak teman, walaupun ia mengatakan sangat senang memiliki banyak teman namun menurutnya teman-
temannya jahat dan sering mengejeknya sehingga ia enggan bermain bersama dengan mereka.
Peneliti juga menanyakan kepadanya seputar emosi marah. Dari hasil wawancara terlihat bahwa AG tampak memahami ekspresi orang yang sedang marah. Peneliti
menanyakan kepadanya apa yang dirasakan dan difikirkan RZ saat seseorang menghilangkan barang atau mainan kesayangannya, jika ada orang yang membohonginya, serta jika ada
teman-teman yang mengejek dirinya. Menurut RZ jika ada ornag yang menghilangkan barang atau mainannya ia akan menanyakan terlebih dahulu kepada orang tersebut. Jika ada yang
mengejeknya ia akan bertanya alasan orang tersebut telah mengejeknya, namun hal ini berbeda dengan respon RZ saat dibihongi oleh orang lain, ia memilih untuk diam. Jawaban
ini sama dengan jawaban yang diberikannya sebelum pemberian psikoedukasi. Peneliti juga menanyakan kepadanya bagaimana ciri-ciri orang yang sedang sedih dan meminta RZ untuk
berfikir apa yang dirasakannya saat orang terdekatnya meninggal. Menurut RZ orang yang sedih bisa dilihat saat ia sedang menangis sedangkan jika ada orang yang meninggal
seharusnya merasa sangat sedih dan harus menangis. Peneliti juga menanyakan kepadanya apa yang biasanya membuat seseorang cemburu, RZ mengatakan jika ada adik baru namun ia
langsung mengatakan kalau RZ tidak memiliki adik sehingga ia tidak pernah cemburu.
Peneliti juga menanyakan pemahaman subjek berkaitan dengan perubahan di dalam tubuh saat merasakan emosi tersebut. Peneliti mengatakan apa yang biasanya dirasakan oelh
orang lain di dalam tubuhnya saat sedang marah. RZ hanya mengatakan dadanya berdebar kencang dan mata akan melotot. Peneliti kembali menanyakan kepadanya saat sedang marah
apakah seseorang merasa tubuhnya seperti bergemetar, mengeluarkan suara yang keras, nafasnya berhembus kencang bahkan wajahnya terasa panas. Menurut RZ saat sedang marah
suara seseorang bisa menjadi sangat kuat dan ia mengaitkannya dengan ibunya. RZ mencontohkan ibunya yang sedang marah saat berada di rumah dengan mengeluarkan suara
yang keras. RZ juga mengatakan bahwa orang yang marah nafasnya juga bisa berhembus kencang. Kemampuan RZ dalam memberikan jawaban ini berbeda dari jawaban sebelum
diberikannya psikoedukasi. Terlihat ada peningkatan dalam pemberian jawaban. Selanjutnya RZ juga ditanyakan perubahan yang terjadi saat seseorang merasa takut. RZ mengatakan
bahwa jika takut dada terasa berdebar kencang dan merasa sakit di daerah perut. Menurutnya rasa sakit perut hampir sama dengan mulas. Pertanyaan etrakhir seputar perubahan di dalam
tubuh adalah saat seseorang mengalami emosi sedih. Menurut RZ jika sedih biasanya seseorang menangis dengan mengeluarkan air mata.
Selain hal di atas, peneliti juga menanyakan kepada RZ tentang pemahamnnya dalam mengekspresikan perasaannya. Berdasarkan jawaban yang diberikannya, menurut RZ jika
seseorang marah ia dapat mengekspresikannya dengan cara berteriak dan mengalihkannya dengan bermain kartu atau mobil-mobilan kesayangannya, sedangkan saat orang senang
dapat mengekspresikannya dengan tertawa, mengajak orang lain bermain, berlompat serta memeluk orang lain saat diberikan suatu hadiah. RZ juga mengatakan jika orang sedih dapat
mengekspresikannya dengan menangis.
B.7. Wawancara kepada ibu subjek penelitian kedua
Wawancara dilakukan peneliti kepada ibu RZ. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada dasarnya RZ merupakan anak yang manja terutama dengan ayahnya. RZ hanya bisa
dikendalikan oleh ayahnya. Apa yang dilakukan ayah tidak dapat dilakukan oleh ibu, sebab ibu tidak menginginkan jika RZ menjadi anak yang manja. Menurut ibu RZ merupakan anak
yang cengeng. Apapun keinginannya harus semua dituruti, jika tidak ia akan menangis dan marah. Melihat hal ini terkadang ibu merasa kasian namun di sisi lain ia kesal dengan RZ. Ibu
tidak selalu menuruti apa yang diminta oleh anaknya. Ketika marah biasanya ia menangis, dan sering menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai. Ketika diminta untuk berhenti RZ
tidak mau melakukannya dan akhirnya ia diam jika ibu mencubit dan membentaknya. Sehari-harinya menurut ibu RZ merupakan anak yang tidak sensitif. Ia tidak mengerti
dan sering mengabaikan jika ada orang yang marah kepadanya. Sebagai contoh ibu baisanya memerahi RZ jika ia memberantaki kamar dengan mainannya. Saat dimarahi RZ tampak
cuek bahkan ia hanya melihat wajah ibu kemudian mengacuhkannya. Saat orang lain sedih pun ia tidak dapat meresponnya. RZ tidak pernah bertanya apa yang dirasakan orang tersebut.
Hal lain ditunjukkan RZ saat ia diberikan oleh nenek atau kakeknya mainan baru. RZ jarang sekali mengucapkan terimakasih bahkan tdiak terlihat dari raut wajahnya kebahagiaan karena
menerima suatu mainan atau hadiah. Setelah pemberian intervensi kepada RZ, peneliti melakukan wawancara kembali
kepada ibu. Menurut ibu terdapat beberapa perubahan pada diri RZ, namun hal ini belum dapat dilakukannya secara terus menerus atau konsisten. Sebagai contoh, RZ sudah jarang
menangis dalam merespon keinginannya yang tidak terpenuhi. Jika permintaannya tidak dikabulkan ia sudah dapat menanyakan alasannya dan mencoba membujuk ibu. Selain itu RZ
juga sudah mulai sensitif terhadap situasi yang terjadi dilingkungannya. Misalnya saat ibu RZ
menghubungi ayahnya dan bertengkar, RZ dapat menanyakan kondisi ibunya walaupun hal ini masih jarang dilakukan oleh RZ. RZ juga sudah dapat menunjukkan rasa senangnya saat
diberikan hadiah, ia mengekspresikannya dengan mengucapkan terimakasih dan memeluk orang yang disayanginya. Menurut ibu tidak mudah memberikan dan mengingatkan emosi-
emosi ini kepada RZ. Jiak suasana hatinya bagus RZ mampu menyerapnya dengan baik, namun jika tidak sulit bagi ibu untuk terus melatihnya.
B.8. Wawancara dengan significant others
Selain melakukan wawancara dengan ibu subjek, peneliti juga mewawancarai nenek subjek. Menurut nenek subjek kurang lebih sudah 1, 5 tahun subjek tinggal di rumahnya. Hal
ini terjadi karena perceraian orangtua RZ. Nenek mengaku bahwa seluruh keluarga sangat memperhatikan dan sangat dekat dengan RZ. Menurut nenek, terlihat banyak perubahan yang
terjadi dalam diri RZ dalam mengenali emosi. Sebelum
diberikan psikoedukasi
kemampuan RZ
dalam mengenali
dan mengekspresikan emosi marah tidak terlalu baik. Saat marah biasanya ia suka membentak
orang lain terutama ibunya, selain itu ia diam dalam jangka waktu yang lama saat merasa kesal. Cara RZ mengekspresikan rasa marah biasanya dengan menangis dan merajuk. Dalam
menilai seseorang yang sedang marah kepadanya pun terkadang ia tidak dapat memahaminya. RZ cenderung cuek atau mengabaikan orang yang sedang marah kepadanya.
Menurut nenek, hal ini berbeda setelah diberikan psikoedukasi. Saat ini ketika dimarahi oleh ibu dan neneknya RZ mau mendengarkannya. Ia akan diam dan menunduk saat sedang
dinasehati. Selain itu RZ akan meminta maaf dan membujuk ibu atau orang lain yang telah memarahinya. Nenek mengaku bahwa hal ini tidak pernah dilakukan oleh RZ sebelum
diberikan psikoedukasi. Dahulunya, ketika sedang marah RZ tidak dapat mengutarakan apa
yang membuatnya kesal. Namun, saat ini RZ sudah dapat melakukannya. Sebagai contoh RZ terlihat sedang menangis dan raut wajahnya kesal, dan ibu menanyakan kepadanya kenapa ia
menangis. RZ mampu mengatakan bahwa ia menangis karena bertengkar berebutan mainan dengan saudara sepupunya.
Terlihat pula perubahan yang lebih baik dalam mengenali emosi senang pada diri RZ. Menurut nenek, sebelum diberikan psikoedukasi ketika merasa senang RZ hanya tertawa
saja. Saat diberikan barang yang baru RZ cukup senang namun ia tidak mampu mengekspresikan dan mengutarakan rasa senang tersebut kepada orang lain. Setelah
diberikan psikoedukasi perilaku RZ ini berubah. Ia mengekspresikan rasa senangnya tidak hanya dengan tertawa melainkan dengan melompat, bernyanyi, berteriak kegirangan serta
mengajak saudaranya untuk bermain. Sebagai contoh dahulu saat diberikan uang jajan, RZ hanya mengambilnya saja tanpa mengucapkan terimakasih, namun saat ini ketika menerima
uang jajan, ia tampak kegirangan dengan melompat-lompat dan mengajak saudaranya untuk berbelanja di warung dekat rumahnya. Sesekali ia akan memeluk neneknya jika ingin
mengucapkan terimakasih. RZ tampak sudah mengenali perasaan sedih pada saat sebelum diberikan psikoedukasi,
hanya saja ia tidak mampu mengutarakan kesedihan apa yang ia rasakan. Menurut nenek, dahulunya jika sedih ia akan diam dan termenung. Ia selalu menatapi hewan kesayangannya
saja dengan wajah yang sendu. Ketika ditanyakan kepadanya apa yang ia rasakan, RZ tidak mampu menjawabnya. Setelah diberikan psikoedukasi hal ini berubah. Menurut nenek ia
merasa sedih jika ibunya terlambat pulang dari tempat kerjanya. Saat ini jika sore hari ibunya belum pulang ia selalu merasa sedih dan menanyakan kepada neneknya berulang kali
mengapa ibunya belum juga pulang. Ketika ibunya pulang ia menyambutnya dengan perasaan yang sangat senang.
Sebelum diberikan psikoedukasi RZ juga tampak sudah memahami perasaan cemburu. Biasanya ia cemburu jika tetangganya memiliki mainan atau barang yang baru. Dahulu, saat
merespon emosi cemburu ini RZ langsung meminta barang tersebut kepada ibunya. Jika ibu tidak dapat memenuhinya ia akan menangis. Saat ini tampak berbeda, jika ibu tidak dapat
memenuhi permintaan RZ, ibu membiasakannya dengan menjelaskan kepada RZ bahwa uangnya tidak cukup untuk membelikan permintaan RZ. RZ cukup dapat memahaminya
walaupun perilakunya ini belum sepenuhnya konsisten. Terkadang masih ada perilaku menangis yang ia tunjukkan namun telah berkurang.
B.9. Observasi
Observasi pertama kali dilakukan di rumah RZ. Saat itu RZ tampak sedang bersantai di depan TV. Ia sedang menonton kartun kesayangannya ditemani oleh kakek dan neneknya.
Saat peneliti menegurnya dan mencoba mengajaknya berbicara ia tampak malu-malu dan langsung bersembunyi di belakang baju ibunya. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar
dalam mencairkan suasana dengan RZ. Keesokan harinya peneliti kembali mendatangi rumah RZ. Saat itu ia sedang bermain
games yang ada di ponsel ibunya. Ibunya meminta RZ untuk memberhentikan aktifitasnya tersebut dengan menarik langsung ponsel itu dari tangannya, namun RZ mengamuk dan
memukul ibunya dan kemudian ia menangis. Saat RZ menangis ibu tampak tidak memperdulikannya dan tidak membujuknya. RZ kembali mengambil ponsel tersebut. Setelah
menangis karena keinginannya tidak terpenuhi RZ lagsung murung dan tidak mau berbicara pada siapapun. Observasi berikutya tetap dilakukan di rumah RZ. Saat peneliti tiba tampak
kakak RZ sedang memarahinya. Ia dimarahi oleh kakaknya karena RZ lupa meletakkan buku kakaknya. Saat ia dimarahi oleh kakaknya RZ tampak cuek dan tidak memperdulikannya. Ia
hanya menatab sebentar wajah kakanya kemudian ia menonton TV. Saat ditanya kembali oleh kakaknya pun RZ tidak memperdulikannya.
RZ tergolong anak yang mudah bosan, hal ini dapat dilihat sejak awal sesi pertama pemberian intervensi. Ia tidak terlalu suka melakukan hal yang monoton. Saat melakukan
intervensi ia tampak antusias, ia lebih menyenangis materi dengan praktek menggunakan media dibandingkan dengan menonton video. Selama intervensi berlangsung RZ tampak
kooepratif dan mau mengikuti instruksi maupun perintah dari peneliti. Saat sesi intervensi dengan ibu, RZ tampak semangat namun suasanan hatinya berubah saat ibu sudah
memarahinya. Setelah beberapa minggu melakukan intervensi peneliti kembali melakukan observasi
kepada RZ di rumahnya. Peneliti pada awalnya menjemput ibu ke tempat kerjanya. Saat itu ibu sudah membelikan sebuah mainan untuk RZ sebagai hadiah lebaran. Menurut ibu RZ
sangat mengidam-idamkan sebuah mobil-mobilan. Ketika sampai di rumah ibu langsung menemui RZ dan memberikan hadiah tersebut. RZ mereponnya dengan melompat kegirangan
dan memeluk ibunya. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh RZ sebelum melakukan terapi. Dari hasil observasi juga dapat dilihat bahwa RZ tidak lagi selalu menangis jika keinginannya
tidak dapat terpenuhi. Saat itu RZ meminta kepada ibunya uang jajan, ia ingin membeli makanan di warung dekat rumahnya. Ibunya melarang RZ jajan dan meminta RZ untuk
memakan masakan neneknya saja. RZ meresponnya dengan langsung bertanya apa yang membuat ibunya tidak mengizinkannya. Ia juga membujuk ibunya agar mau mengabulkan
permintaannya, namun lama kelamaan ia menyerah dan tidak menuntutnya kembali.
Tabel 4: Hasil Psikoedukasi pada Subjek Penelitian Pertama Aspek
Subjek penelitian 1 Dinamika Perubahan Regulasi Emosi
Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Bodily Arousal
AG belum
dapat memahami
perubahan di dalam tubuh saat emosi
marah muncul,
seperti: merasakan tubuh yang bergetar,
mengeluarkan intonasi suara yang tinggi, nafas berhembus kencang,
serta wajah yang terasa panas.
Dalam mengenali perubahan di dalam tubuh terhadap emosi takut
AG tampak
belum dapat
Terdapat sedikit peningkatan dalam pemahan mengenali perubahan di dalam
tubuh saat merasakan emosi marah, namun tidak semua dapat dipahaminya. Contoh:
AG sudah memahami jika seseorang marah maka akan mengeluarkan intonasi suara
yang besar layaknya orang yang sedang berteriak. Nafasnya juga berhembus
kencang seperti orang yang sedang dikejar.
AG dapat memahami beberapa ciri perubahan di dalam tubuh saat merasakan
ketakutan. Menurutnya orang yang takut Secara umum, kemampuan AG dalam
mengenali perubahan fisik saat munculnya emosi cukup baik. Saat ini, AG dapat
mengenali perubahan fisik yang terjadi ketika emosi marah muncul. Ia juga dapat
melihat maupun menilai perubahan fisik pada orang lain saat marah. Contohnya
ketika seseorang mengeluarkan intonasi suara yang keras, mata melotot dan
sebagainya. Pengetahuan AG dalam mengenali rasa takut
tampak ada
peningkatan. AG
cukup menyadari dan memahami bahwa saat
memahaminya. Misalnya:
merasakan keringat dingin, merasa sakit perut bahkan tubuh yang terasa
bergemetar.
AG dapat
menyadari bahwa
perubahan di dalam tubuh saat seseorang merasa sedih dengan
mengeluarkan air mata. dadanya terasa berdebar serta merasa tidak
enak di bagian perut.
Pemahaman ini sama dengan sebelum diberikan psikoedukasi, bahwa AG cukup
mengerti saat seseorang merasa sedih akan mengeluarkan air mata.
merasa takut ia merasakan sakit di bagian perut maupun dadanya.
Cognition AG
mampu mengetahui
atau menilai ekspresi yang ditunjukkan
oleh orang lain seperti orang yang sedang marah, senang, sedih dan
takut. Pemahaman dalam mengenali atau menilai
ekspresi orang lain sama dengan sebelum diberikan psikoedukasi.
Saat ini AG sudah mampu memahami hal- hal yang dapat membuatnya merasa senang,
sedih, marah dan takut. Selain itu ia juga mampu menilai apa yang dirasakan oleh
oranglain melalui ekspresi ataupun perilaku yang ditunjukkannya.
Dalam menilai situasi senang AG tampak
belum terlalu
memahaminya. Seperti:
ketika ditanyakan apa yang dirasakannya
saat mendapatkan hadiah, saat berkumpul dengan keluarga serta
jika memiliki banyak teman, AG belum dapat merasakan emosi
tersebut.
Dalam menilai atau merespon emosi marah
AG belum
dapat melakukannya. Contoh: ia belum
dapat berfikir apa yang akan dirasakannya
saat mainan
Terlihat adanya peningkatan pemahaman setelah diberikan psikoedukasi. Contoh: ia
merasa sangat senang jika diberikan suatu hadiah karena dapat menambah mainannya
serta dapat memainkannya bersama dengan temannya, selain itu AG juga sudah
mengetahui perasaan senang saat berkumpul dengan temannnya walaupun di
antara mereka masih ada yang suka mengejeknya.
AG tampak lebih memahami suatu situasi yang terjadi dilingkungan hal ini dapat
dilihat dari jawaban yang diberikannya. Contoh:
menurutnya jika
mainan kesayangannya dihilangkan oleh temannya
kesayangannya dihilangkan oleh orang lain, jika ada orang yang
membohonginya, jika ia diejek orang
lain serta
apakah ia
memahami hal-hal yang membuat ibu dapat marah kepadanya.
Dalam mengenali dan memahami emosi sedih AG tampak dapat
memahaminya namun tidak mampu menjelaskan
kesedihan tersebut.
Contoh: saat ditanyakan apa yang ia tidak lagi diam namun meminta orang
tersebut untuk menggantinya, hal tersebut juga terlihat saat ada orang yang mengejek
dan membohonginya ia juga tidak akan diam melainkan langsung menanyakan hal
tersebut kepada orang itu. AG cukup dapat memahami
jika ibunya
marah bisa
disebabkan karena ia tidak mau melakukan apa yang dimintanya serta melawan kepada
ibu.
Terdapat sedikit peningkatan atas jawaban setelah
diberikan psikoedukasi.
Menurutnya jika ditinggal oleh orang terdekatnya ia akan sedih dan menangis.
AG juga mengatakan bahwa ia tidak mau
difikirkannya saat orang terdekat kita
meninggal, ia
hanya mengatakan sedih saja.
ditinggalkan oleh ibunya, walaupun ibu sering memarahinya.
Expressed Behavior
Cara AG mengekspresikan rasa marah dengan diam dan terkadang
memukul orang lain dan adiknya.
Cara AG mengekspresikan rasa senang hanya dengan tertawa.
Cara AG mengekspresikan rasa sedihnya dengan melamun dan
Cara AG mengekspresikan rasa marahnya dengan berteriak ke dalam kamar atau
berteriak dengan menutup wajahnya serta memukul bantal. Ia juga memilih untuk
menghindari situasi yang membuatnya marah.
Cara AG mengekspresikan rasa senangnya dengan tertawa dan melompat setinggi
mungkin.
Cara AG mengekspresikasn rasa sedihnya dengan mencoba menceritakannya kepada
Terlihat adanya peningkatan saat AG mengekspresikan perasaannya. AG sudah
dapat mengekspresikan
apa yang
dirasakannya dengan lebih positif dan beragam. Misalnya, dahulu AG hanya dapat
mengekspresikan rasa senangnya hanya dengan tertawa saja, namun saat ini ia dapat
mengekspresikannya dengan mengeluarkan suara yang penuh kegembiraan yaitu
berteriak. AG saat ini mulai dapat berbagi cerita
kepada orang lain terhadap apa yang dirasakannya, walaupun hal ini belum dapat
menangis. Cara AG mengekspresikan rasa
takutnya dengan berdiam diri. teman atau ibunya serta menangis.
Cara AG mengekspresikan rasa takutnya dengan menjauhi objek yang ditakutinya.
dilakukannya secara konsisten.
Tabel 5: Tabel Hasil Psikoedukasi pada Subjek Penelitian Kedua Aspek
Subjek penelitian 2 Dinamika Perubahan Regulasi Emosi
Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Bodily Arousal
RZ tidak merasakan adanya perubahan yang terjadi di dalam tubuh saat emosi
marah muncul. Contoh: ia tidak mengetahui jika saat sedang marah
seseorang dapat merasakan tubuh yang terasa bergemetar, mengeluarkan suara
yang tinggi, nafas berhembus kencang bahkan wajah terasa panas.
Menurut RZ terdapat beberapa perubahan yang terjadi didalam tubuh saat emosi
marah muncul. Contohnya: ia sudah memahami jika marah dada
akan berdebar kencang serta mata menjadi
besar melotot, jika marah seseorang dapat mengeluarkan suara yang keras ia
mengaitkannya dengan ibunya yang saat marah intonasi suaranya meninggi,
Selain itu ia cukup memahami bahwa seseorang
yang marah
akan menghembuskan nafasnya dengan cepat.
Terlihat adanya peningkatan pemahaman RZ terhadap perubahan fisik yang terjadi
saat munculnya emosi marah, takut, senang maupun sedih. Tidak hanya mengenali
perubahan fisik dalam dirinya saja, RZ juga dapat mengenali atau menilai perubahan
fisik pada orang lain ketika merasakan emosi-emosi
tersebut. Contohnya
ia mengetahui jika orangtuanya marah akan
mengeluarkan suara yang keras.
Dalam mengenali perubahan di dalam tubuh terhadap munculnya emosi takut,
RZ hanya paham dadanya terasa sakit. Namun ia tidak memahami bahwa
adanya perubahan
lain seperti
“merinding”, mengeluarkan keringat, tangan bergemetar serta merasa sakit
perut.
RZ hanya mengenali perubahan di dalam tubuh saat emosi sedih muncul
dengan mengatakan air mata keluar. Pemahaman
RZ meningkat
dalam mengenali rasa takut, namun tidak secara
keseluruhan. Setelah
diberikan psikoedukasi
ia hanya
mengetahui bahwa jika takut dada terasa berdetak
kencang, dimana hal ini sama dengan saat sedang marah. Selain itu ia paham bahwa
akan terasa sakit di bagian perut.
Pemahamannya dalam
mengenali perubahan di dalam tubuh saat emosi
sedih muncul sama dengan sebelum diberikan psikoedukasi, bahwa seseorang
yang sedih biasanya matanya terasa panas dan kemudian air matanya keluar.
Cognition Pada dasarnya RZ mampu mengenali
dan menilai emosi yang ditunjukkan oleh orang lain. Namun ia tidak dapat
meresponnya dengan baik.
RZ belum terlalu memahami emosi senang. Misalnya: saat ditanyakan apa
yang biasanya dirasakan oleh orang lain saat diberikan hadiah, berkumpul
dengan keluarga dan memiliki banyak teman. Ia memberikan jawaban dengan
mengaitkan dengan keadannya bukan jawaban yang umum.
RZ dapat mengenali dan menilai emosi yang ditunjukkan oleh orang lain dan
setelah diberikan psikoedukasi ia terlihat lebih sensitif dalam mereponnya.
RZ sudah dapat merespon situasi yang membuat seseorang senang, namun ia
masih mengaitkannya
dengan permasalahannya. Contoh: RZ sudah
memahami bahwa
seseorang yang
berkumpul dengan keluarganya pasti merasa senang namun ia tidak dapat
melakukan hal tersebut. Selain itu ia juga berfikir bahwa setiap orang dapat merasa
sangat senang jika diberikan suatu hadiah. Selain itu, RZ paham bahwa jika
RZ terlihat lebih sensitif dalam merespon apa yang dirasakan atau ditunjukkan oleh
orang lain kepadanya. Misalnya ketika seseorang
sedang memarahinya
atau meminta tolong kepadanya, ia langsung
meresponnya. RZ juga dapat menilai sedikit demi sedikit situasi sederhana yang
dapat membuat seseorang merasa senang, takut, sedih, marah maupun takut.
Kemampuan RZ dalam memahami situasi marah terlihat tidak tepat.
Contohnya: ia berfikir bahwa jika ada orang yang membohonginya ia akan
mendiamkannya saja. Selain itu jika ada orang yang menghilangkan barang
atau mainanya ia meresponnya dengan menangis dan tidak mau makan.
orang memiliki
banyak teman
perasaannya pasti senang namun ia enggan bermain bersama temannya sebab
ia sering diejek.
Pemahaman RZ dalam menilai situasi marah tidak terlalu berkembang dengan
baik. Contoh: ia masih merespon dan tidak melakukan apapun saat ada orang
lain yang
mengejeknya. Namun
pemahamnnya saat
barang kesayangannya dihilangkan maka ia akan
menanyakan terlebih dahulu dan meminta orang tersebut untuk mencarinya.
RZ belum
dapat menilai
dan memahami situasi yang membuat orang
merasa sedih. Misalnya saat ditanyakan apa yang biasanya dirasakan oleh orang
lain saat kehilangan orang terdekatnya. RZ tidak dapat menjawabnya.
Dalam menilai situasi yang membuat seseorang
dapat cemburu,
RZ mengatakan dengan “saat seseorang
memperebutkan sesuatu” RZ sudah dapat memaham bahwa
perasaan yang dirasakan oleh orang lain saat
ditinggalkan orang
terdekat. Menurutnya muncul perasaan sangat
sedih dan akan menangis jika ada orang yang meninggal.
Pemahaman RZ dalam menilai situasi yang bisa membuat seseorang cemburu
meningkat. RZ cukup memahami salah satu yang membuat orang cemburu
dengan kelahiran adik serta orangtua yang lebih menyayangi anaknya yang
lebih kecil.
Expressed Behavior
Cara RZ
mengekspresikan rasa
marahnya dengan
menghentak- hentakkan kakinya.
Cara RZ
mengekspresikan rasa
senangnya dengan tertawa, hal ini biasa dilakukannya saat menonton kartun
kesayangannya.
Cara RZ mengekspresikan rasa sedih dan takut dengan menangis.
RZ mengatkan
bahwa cara
mengekspresikan rasa marahnya dengan berteriak dan mengalihkannya dengan
bermain sendiri.
RZ mengekspresikan perasaan senangnya dengan tertawa, melompat, mengajak
orang lain bermain, dan memeluk orang lain saat diberikan suatu hadiah.
Pemahan ini sama dengan sebelum diberikan psikoedukasi, bahwa jika
seseograng takut dan sedih ia dapat mengekspresikannya dengan menangis.
RZ terlihat sudah dapat mengontrol apa yang dirasakannya. Misalnya ketika marah
ia tidak
lagi menghentak-hentakkan
kakinya. Cara
ia mengekspresikan
perasaannya juga semakin beragam, RZ juga sudah dapat menceritakan apa yang
dirasakannya kepada orang terdekatnya. Misalnya
saat merasa
sedih ia
menceritakan hal
tersebut kepada
neneknya.
Tabel 6: Rekapitulasi Hasil Psikoedukasi Pada Subjek Pertama dan Kedua Aspek
Subjek Penelitian 1 Subjek Penelitian 2
Sebelum Psikoedukasi Sesudah Psikoedukasi
Sebelum Psikoedukasi Sesudah Psikoedukasi
Bodily Arousal Belum
dapat merasakan perubahan
yang terjadi di dalam tubuh saat munculnya
emosi marah
Belum dapat
mengenali perubahan di dalam tubuh saat
munculnya emosi
Mampu mendeteksi
perubahan tubuh
dalam menghadapi
rasa marah
seperti intonasi suara yang
berubah dan
nafas yang
berhembus kencang
Dapat memahami
perubahan yang akan terjadi
saat merasa
takut, yaitu terasa sakit Pengetahuan subjek dalam
mengenali perubahan di dalam
tubuh saat
munculnya emosi marah masih tergolong rendah. Ia
belum dapat mengenali bahkan
merasakan perubahan yang terjadi
Subjek hanya mampu mengenali
rasa takut
dengan dada
yang berdebar kencang
Dapat mendeteksi perubahan dalam
tubuh saat
menghadapi emosi marah, seperti merasakan dada yang
berdebar kencang,
mata melotot,
intonasi suara
menjadi tingguserta nafas yang berhembus kencang
Subjek mampu mengenali rasa takut dengan dada yang
berdebar kencang serta rasa sakit di bagian perut
takut
Sudah dapat
mengenali perubahan tubuh
saat emosi
sedih muncul dengan mengeluarkan
air mata
di bagian perut serta jantung terasa berdebar
kencang
Pengetahuan yang
sama dengan sebelum pemberian
psikoedukasi bahwa
ketika seseorang sedih ditandai
dengan menangis
Subjek dapat memahami bahwa perubahan yang
terjadi di dalam tubuh saat muncul emosi sedih adalah
dengan mengeluarkan air mata
Subjek paham
bahwa perubahan yang terjadi di
dalam tubuh saat sedih adalah dengan mengeluarkan
air mata. Sebelum seseorang menangis menurut subjek
biasanya mata terasa panas dan berkaca-kaca terlebih
dahulu. Cognition
Mampu menilai
perasaan yang
ditunjukkan oleh
Pemahaman sama
dengan sebekum
diberikan Pada dasarnya subjek
paham ekspresi
yang ditunjukkan oleh orang
Subjek dapat mengenali dan merespon
emosi yang
ditunjukkan oleh orang lain.
orang lain melalui ekspresi wajah orang
tersebut
Subjek belum begitu mampu
menilai situasi atau penyebab
yang bisa membuat seseorang senang
psikoedukasi. Subjek mampu
menilai ekspresi wajah yang
ditunjukkan oleh orang lain
Subjek baru dapat menilai
situasi sederhana yang bisa
membuat seseorang
merasa senang.
Misalnya saat
diberikan mainan dan diberi izin oleh ibu
untuk bermain
bersama dengan teman lain, namun ia tidak dapat
meresponnya dengan baik. Subjek
suka mengacuhkannya
Subjek terlihat belum dapat menilai penyebab
yang membuat seseorang senang
Subjek tampak lebih sensitif
Subjek dapat menilai dan memahami
penyebab- penyebab seseorang merasa
senang dengan
contoh- contoh sederhana dan ia
mampu mengaitkannya
dengan keadaan yang terjadi pada dirinya
Subjek belum
memahami hal-hal
yang dapat membuat dirinya dapat marah
Subjek dapat menilai situasi yang membuat
seseorang sedih,
namun ia
tidak mampu mengutarakan
bentuk dari kesedihan tersebut
Subjek sudah dapat memahami penyebab
seseorang dapat
marah, misalnya jika mainannya
dirusak ataupun
dihilangkan oleh orang lain
Pemahaman subjek
dalam menilai rasa sedih sama dengan
sebelum diberikan
psikoedukasi. Dalam
mengenali penyebab
yang dapat
membuat seseorang marah tampaknya subjek belum
dapat melakukannya
dengan baik
Subjek tampak belum memahami
penyebab seseorang sedih
Subjek pemahaman subjek dalam menilai situasi marah
tampak tidak
terlihat peningkatannya
setelah diberikan psikoedukasi
Subjek telah memahami penyebab-penyebab
yang dapat membuat seseorang
merasa sedih melalui contoh- contoh sederhana
Expressed Behavior
Dalam mengeskpresikan rasa
marahnya subjek
cenderung suka
memukul dan
memedam perasaan
dengan berdiam diri
Dalam mengekspresikan rasa
senang subjek hanya melakukannya
dengan tertawa Dalam
mengekspresikan rasa marahnya
sesekali subjek berteriak dan
memilih untuk
menghindari situasi
tersebut walaupun
tidak lama
Cara mengekspresikan rasa senang dengan
tertawa, melompat
setinggi mungkin serta mengajak
adiknya bermain
Subjek mengekspresikan rasa
marahnya dengan
menghentak-hentakkan kakinya dan menangis
Subjek mengekspresikan rasa
senangnya hanya
dengan tertawa Subjek mengekspresikan rasa
marahnya dengan berteriak dan mengalihkannya dengan
bermain sendiri
Subjek mengekspresikan rasa senangnya dengan tertawa,
melompat, mengajak orang lain bermain serta memeluk
orang lain saat diberikan suatu hadiah
Dalam mengekspresikan rasa
sedihnya subjek
melakukannya dengan melamun dan
menangis
Dalam mengekspresikan rasa
takutnya subjek
melakukannya hanya dengan berdiam diri
Cara mengekspresikan rasa
sedih harus
“dipancing” terlebih dahulu barulah ia mau
menceritakannya
Cara subjek merespon emosi
takut adalah
dengan menghindari
objek tersebut Subjek mengekspresikan
rasa sedihnya
dengan menangis
Subjek mengekspresikan rasa
takut dengan
menangis Cara
subjek mengekspresikan
rasa sedihnya dengan bercerita
kepada orang lain. Hal ini sering terjadi saat ibu subjek
belum pulang kerumah, dan ia merasa sedih sehingga ia
sudah dapat menceritakan hal ini
kepada nenek
dan kakeknya
Subjek mengekspresikan rasa takut sama dengan sebelum
diberikan psikoedukasi
dengan menangis
139