Subjek Penelitian Kedua PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
                                                                                Setelah  pemeriksaan  psikologis  diketahui  bahwa  RZ  didiagnosa  mengalami  Mental Retardasi  dengan  kategori  Mild.  Dalam  hal  pendidikan  RZ  tergolong  anak  yang  lambat,  ia
sulit  mengerti  instruksi  dan  pelajaran  di  sekolah.  Prestasinya  juga  jauh  berada  di  bawah teman-temannya  yang lain. Guru di sekolah sempat meminta ibu untuk memasukkan RZ ke
sekolah  luar  biasa  SLB  namun  ibu  menolaknya  dengan  alasan  malu  dan  tetap mempertahankan  RZ  untuk  berada  di  sekolah  tersbeut.  Tidak  hanya  dalam  hal  pendidikan,
pemahamnnya  tentang  komunikasi  dua  arah  juga  tidak  baik.  RZ  suka  melamun  dan  tidak nyambung  saat  oranglain  berkomunikasi  dengannya.  RZ  juga  lambat  dalam  menyelesaikan
semua  pekerjaannya  sehingga  ia  sering  sekali  dimarahi  oleh  ibunya.  Pada  dasarnya  ibu  RZ sering mmbimbingnya dalam melakukan segala hal namun ia tidak memiliki kesabaran yang
besar dalam membujuk RZ. Secara emosi RZ tergolong anak  yang tidak terlalu sensitif. Sebagai contoh RZ sering
kali tidak memahami bahwa ibunya sering marah kepadanya. Hal ini ditunjukkannya saat ibu marah RZ tampak tidak memperdulikannya. Contoh lain ditunjukkan RZ saat melihat orang
sedang  menangis,  ia  hanya  melihat  namun  tidak  merespon  apapun  terhadap  apa  yang dirasakan  orang  tersebut.  Saat  sedang  marah  biasanya  RZ  jarang  menunjukkan  ekspresinya
secara  langsun.  Ia  lebih  senang  diam  namun  nafasnya  tampak  berhembus  kencang.  Saat sedang marah biasanya RZ tidak suka di tegur.
Emosi lain yang sering ditunjukkan oleh RZ saat sedang diberikan ibu mainan baru. RZ jarang  mengucapkan  terimakasih.  Ia  juga  tidak  memperlihatkan  rasa  senangnya,  namun
mainan  yang  diberikan  oleh  ibu  selalu  dimainkannya.  Sehari-harinya  saat  RZ  mendapatkan suatu  hadiah  ia  hanya  menerimanya  tanpa  mengucapkan  apapun  kepada  orang  yang  telah
memberikannya hadiah.
B.3. Pelaksanaan intervensi subjek penelitian Sesi 1 :
Ice breaking
Haritanggal: Kamis, 18 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   : 45 Menit
Tujuan : -
Menjalin Rapport dengan anak -
Membuat peraturan-peraturan pada anak yang harus diterapkan dalam menjalani terapi
Proses pelaksanaan
Kegiatan ini dimulai dari penjelasan tujuan pelaksanaan terapi  kepada RZ dan aturan- aturan  yang  harus  disepakati  dalam  terapi  ini.  Terapis  menjelaskan  bahwa  terapi  ini  akan
dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dan sesi pertama sampai dengan sesi ketujuh RZ akan belajar  sambil  bermain  dengan  terapis  dan  sesi  kedelapan  sampai  sesi  kesebelas  RZ  akan
belajar dan bermain dengan ibu. Terapis juga membuat aturan yang ahrus disepakati bahwa ketika berada di rumah RZ
harus dapat mengulang pelajaran yang telah disampaikan pada waktu terapi dengan bantuan ibu,  tujuannya  adalah  agar  anak  mampu  mengingat  materi-materi  yang  disampaikan.  Dari
sesi ini diketahui bahwa RZ merupakan anak yang mudah bosan. dalam mendekatinya terapis menggunakan  beberapa  permainan untuk  menarik perhatiannya. Permainan  yang dilakukan
terapis adalah mengajaknya untuk bermain play dough serta ular tangga.
Sesi 2 : Bentuk-bentuk emosiku
Haritanggal: Sabtu, 20 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45
Lama   : 45 Menit Tujuan :
- Menjalin Rapport kepada anak
- Menilai pemahaman anak akan emosi dasar yang sederhana
Proses pelaksanaan
Kegiatan  ini  dimulai  dengan  bermain,  terapis  menunjukkan  beberapa  permainan  dan meminta  RZ  untuk  memilihnya.  RZ  memilih  untuk  bermain  mobil-mobilan  bersama.  Saat
bermain terapis mengatakan jika hari ini kegiatannya adalah menyusun  puzzle dan menebak gambar  dari  puzzle  tersebut.  setelah  bosan  bermain  RZ  langsung  meminta  terapis  untuk
mengeluarkan puzzle. Terapis  menunjukkan  puzzle  tersebut  satu  persatu  dan  memintanya  untuk  menebak
emosi  apa  yang  ada  pada  puzzle  tersebut.  Dalam  menjawab  pertanyaan  terapis  RZ  tampak tidak  menjawabnya  secara  langsung.  Ia  mengomentari  terlebih  dahulu  bentuk  wajah  dari
puzzle  itu,  namun  setelah  terapis  memintanya  untuk  menebak  gambar  RZ  mampu melakukannya. Ia tampak mengenali wajah orang yang sedang sedih, menangis dan tertawa.
Setelah  menebak  gambar  terapis  memberikan  puzzle  tersebut  secara  acak  dan  meminta  RZ untuk menyusunnya. RZ mampu melakukan hal tersebut tanpa dibantu oleh terapis.
Sesi 3 : Mengenali emosiku
Haritanggal: Senin, 22 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   :45 Menit
Tujuan : -
Agar anak mengenali berbagai macam jenis emosi sehari-hari
Proses pelaksanaan
Terapis  memulai  sesi  ini  dengan  menanyakan  kepadanya  tentang  kegiatan  yang dilakukannya saat sesi sebelumnya. RZ mampu meng
ingatnya dengan mengatakan “semalam kan kita main gambar orang. Ada muka orang sedih, ada yang punya air mata tapi gak jatuh
sama  orang  yang  ketawak”.  Setelah  itu  terapis  menjelaskan  kepada  RZ  bahwa  ia  akan ditunjukkan berbagai gambar emosi melalui video.
Terapis menunjukkan video bergambar orang yang sedang marah, sedih, senang, takut dan  cemburu.  Hasilnya  adalah  RZ  mampu  mengenali  apa  yang  dirasakan  orang  tersebut.
dalam mengenalinya ini terapis tidak membantu sama sekali. Setelah menebak gambar terapis meminta  RZ  untuk  menirukan  wajah  yang  ada  pada  gambar  dan  RZ  dapat  melakukannya
dengan baik.
Sesi 4 : Ada apa denganku?
Haritanggal: Rabu, 24 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   : 45 Menit
Tujuan : -
Anak diharapkan mampu mengetahui penyebab munculnya emosi
Proses pelaksanaan
Kegiatan  ini  dimulai  dengan  meminta  RZ  menceritakan  tentang  kegiatan  yang  terjadi pada sesi sebelumnya. RZ menyebutkan bahwa ia menirukan dan menebak gambar. Gambar
yang ditebaknya adalah wajah orang yang marah, senang, sedih, cemburu dan takut. Terapis menjelaskan kepada RZ tentang kegiatan yang akan dilakukan pada sesi ini. Sebelum masuk
dalam sesi ini terapis meminta RZ untuk menjawab tentang apa yang biasanya membuat RZ marah,  senang,  sedih,  takut  dan  cemburu.  Hasilnya  adalah  RZ  tidak  mengetahui  penyebab-
penyebab tersebut. Terapis menunjukkan satu persatu video bergambar orang yang sedang marah. Terapis
juga  menjelaskannya  dengan  metode  ceramah  bahwa  orang  marah  bisa  disebabkan  karena diganggu  oleh  temannya,  dipukul  atau  dijewer.  Orang  yang  senang  biasanya  dikarenakan
mendapat  hadiah  dan  mainan  yang  banyak,  sedangkan  orang  yang  sedih  biasanya  ketika kehilangan orangtua maupun binatang kesayangannya mati. Terapis juga menjelaskan bahwa
penyebab seseorang takut biasanya jika bertemu dengan binatang dan penyebab orang merasa cemburu jika kehadiran anggota keluarga lain.
Setelah melihat video terapis mengajak RZ untuk berdiskusi tentang contoh lain diluar video  yang  dilihatnya.  Terapis  menjelaskan  kepadanya  RZ  juga  bisa  senang  jika  diberikan
baju  yang  baru,  mainan  baru,  bahkan  saat  bermain  bersama  dengan  teman.  Terapis memberikan contoh lain penyebab seseorang  marah bisa saja karena mainan kesayangannya
dihilangkan  oleh  temannya  atau  dicuri  dan  dibohongi.  Selain  itu  penyebab  orang  sedih  bisa dikarenakan  orang  terdekatnya  sedang  sakit  ataupun  dimarahi  oleh  orangtua.  Terapis
menjelaskan  dengan  contoh  bahwa  orang  yang  takut  bisa  juga  karena  dimarahi  oleh  guru karena tidak membuat PR.
Setelah  menjelaskan  kepada  RZ  terapis  meminta  RZ  untuk  mengulangi  hal-hal  yang telah diajarkan kepadanya. Hasilnya RZ mampu mengingat penyebab dari semua emosi yang
dipelajari namun ia tidka mengingatnya secara detail.
Sesi 5 : Mengenali apa yang terjadi di dalam tubuhku
Haritanggal: Jumat, 26 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45
Lama   : 45 Menit Tujuan :
- Memberikan informasi agar anak memahami dan mampu merasakan perubahan fisik yang
terjadi saat mengalami emosi – emosi yang dirasakan
Proses pelaksanaan
Kegiatan  ini  dimulai  dengan  meminta  RZ  untuk  menceritakan  kembali  sesi  yang sebelumnya.  RZ  hanya  mengingat  penyebab-penyebab  seseorang  marah,  sedih  dan  takut.
Namun penyebab emosi lainnya mampu diingat oleh RZ dengan dibantu oleh terapis. Sesi ini dilakukan  dengan  berdiskusi  terlebih  dahulu  apakah  RZ  mampu  menyadari  perubahan  fisik
yang terjadi saat ia merasakan suatu emosi dalam dirinya. Hasilnya adalah RZ tidak mampu memahaminya.
Terapis  memperlihatkan  kepada  RZ  video  tentang  perubahan  fisik  yang  terjadi  saat seseorang  marah  yaitu  dada  terasa  berdebar,  tubuh  terasa  bergemetar,  mata  melotot,  wajah
terasa panas, serta nada  suara meninggi.  Terapis  tidak hanya memberikan informasi dengan ceramah  melalui  video  namun  melakukannya  dengan  praktek  langsung  dan  melalui  media
boneka.  Video  selanjutnya  adalah  melihat  perubahan  fisik  pada  orang  yang  sedang  sedih yaitu dengan mengeluarkan air mata. Terapis menjelaskan kepada RZ perubahan yang terjadi
saat  orang  takut  adalah  dada  terasa  berdebar  kencang,  tangan  terasa  dingin,  tubuh mengeluarkan  keringat  serta  merasakan  sakit  di  daerah  perut..  Sama  dengan  sesi-sesi
sebelumnya  terapis  juga  meminta  RZ  untuk  mengulangi  materi  yang  diajarkan  pada  terapi. Hasilnya RZ mampu mengingat dan mempraktekkannya dihadapan terapis.
Sesi 6 : Belajar berekspresi
Haritanggal: Minggu, 28 Juli 2013
Waktu : 13.00 – 13.45
Lama   : 45 Menit Tujuan :
- Anak mampu berekspresi sesuai dengan situasi yang tepat
Proses pelaksanaan
Kegiatan  ini  diawali  dengan  mengajak  RZ  untuk  berdiskusi  tentang  perubahan- perubahan  yang  terjadi  dalam  tubuh  saat  merasakan  emosi.  Hasilnya  RZ  mampu
menceritakannya  namun  tidak  lengkap.  Perlu  bantuan  terapis  dalam  menyempurnakannya. Terapis  menjelaskan  kepada  RZ  bahwa  pada  sesi  ini  RZ  akan  diajarkan  dan  diperlihatkan
gambar cara orang mengekpresikan perasaannya secara tepat. Terapis  menunjukkan  kepada  RZ  bahwa  seseorang  yang  sedang  senang  bisa
mengekspresikan  apa  yang  dirasakannya  dengan  tertawa,  melompat  sambil  berteriak  serta memeluk orang yang kita sayangi. Dalam mengekspresikan rasa marah bisa dengan berteriak.
Terapis  juga  menunjukkan  dua  buah  gambar  diamna  gambar  pertama  seorang  anak  yang mengekspresikan  rasa  marahnya  dengan  memukul  bantal  dan  gambar  kedua  adalah  cara
seseorang  mengekspresikan  rasa  marahnya  dengan  melempar  seseuatu.  RZ  diminta  untuk memilih gambar  yang benar, hasilnya adalah RZ memilih gambar seseorang  yang memukul
bantal.  Terapis  memberikan  tanda  benar  atas  jawaban  yang  diberikan  dan  membuat  tanda silang pada gambar kedua. Selnajutnya terapis menunjukkan cara seseorang mengekspresikan
rasa sedihnya dengan menangis. Terapis juga menjelaskan kepada RZ bahwa seseorang yang takut  bisa  mengekspresikan  rasa  ketakutannya  dengan  menghindari  objek  atau  situasi
tersebut.  Setelah  memberikan  penjelasan  kepada  RZ  terapis  memintanya  untuk  mengulang kembali  materi  yang  diberikan.  RZ  mampu  menjawabnya  walaupun  ada  beberapa  jawaban
yang tidak lengkap.
Sesi 7 : Mengenali perasaanku 1
Haritanggal: Selasa, 30 Juli 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   : 45 Menit
Tujuan : -
Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat.
- Melatih orangtua untuk mampu mengajarkan anaknya.
- Melatih kesabaran orangtua.
Proses pelaksanaan
Dalam memulai sesi ini, terapis terlebih dahulu mengatakan kepada RZ bahwa kegiata bermain  yang  dilakukan  pada  sesi  ini  sampai  dengan  sesi  terakhir  akan  dilakukan  bersama
dengan  ibunya.  Setelah  itu  terapis  memberikan  instruksi  kepada  ibu  tentang  hal  yang  akan dikerjakan.
Ibu  dan  RZ  diberikan  lembar  kerja.  Terapis  memberikan  instruksi  kepada  ibu  dengan mengatakan  bahwa  di  dalam  lembar  kerja  tersebut  terdapat  dua  bagian  gambar,  dimana
gambar  di  sebelah  kiri  merupakan  situasi  dan  sebelah  kanan  merupakan  ekspresi  emosi. Tugasnya  adalah  RZ  diminta  untuk  mencocokkan  setiap  situasi  dengan  emosi  yang  cocok.
Ibu diminta untuk membantu RZ namun tidak untuk memberikan jawaban kepadanya. Dari  hasil  yang  dikerjakannya  terlihat  bahwa  RZ  mecocokkan  situasi  orang  yang
sedang sakit dengan emosi kesedihan, mencocokkan orang yang mendapatkan hadiah dengan emosi senang, tidak memberikan jawaban pada situasi orang yang sedang termenung sendiri,
mencocokkan  ornag  yang  sedang  berulang  tahun  dengan  emosi    senang.  Dalam menyelesaikan tuganya ibu tampak mendampingi dan memberikan arahan kepada RZ.
Saat RZ mengeluh bosan ibu tampak tidak memperdulikannya dan memaksa RZ untuk tetap menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Terlihat juga bahwa ibu beberapa kali mencubit
RZ saat ia tidak fokus pada pekerjaannya.
Sesi 8 : Mengenali perasaanku 2
Haritanggal: Kamis, 1 Agustus 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   :45 Menit
Tujuan : -
Melatih anak untuk paham akan situasi sederhana dan mampu mengekspresikannya secara tepat.
- Melatih orangtua untuk mampu mengajarkan anaknya.
- Melatih kesabaran orangtua.
Proses pelaksanaan
Instruksi  yang  diberikan  pada  sesi  ini  sama  dengan  instruksi  pada  sesi  sebelumnya, perbedaannya  adalah  pada  sesi  sebelumnya  situasi  yang  diberikan  adalah  situasi  individu
sedangkan dalam sesi ini situasi yang diberikan adalah melibatkan orang lain atau sosial. Ibu dan  RZ  diberikan  lembar  kerja.  Terapis  tetap  memberikan  instruksi  kepada  ibu  dengan
mengatakan  bahwa  di  dalam  lembar  kerja  tersebut  terdapat  dua  bagian  gambar,  dimana gambar  di  sebelah  kiri  merupakan  situasi  dan  sebelah  kanan  merupakan  ekspresi  emosi.
Tugasnya  adalah  RZ  diminta  untuk  mencocokkan  setiap  situasi  dengan  emosi  yang  cocok. Ibu diminta untuk membantu RZ namun tidak untuk memberikan jawaban kepadanya.
Dari  hasil  pekerjaannya  dapat  dilihat  bahwa  RZ  mencocokkan  situasi  orangtua  yang sedang  bertengkar  dengan  emosi  takut,  situasi  anak  sedang  bermain  bola  dengan  temannya
dengan emosi senang, seseorang yang termenung ketika melihat adiknya dipangku oleh ayah dan  ibu  dengan  emosi  cemburu,  situasi  anak  yang  disuntik  oleh  dokter  dengan  emosi  takut
serta situasi  ayah sedang bermain dengan anaknya dengan  emosi senang.  Dari hasil sesi  ini juga dilihat bahwa ibu sudah sesekali membujuk RZ saat ia sedang bosan dimana hal ini tidak
dilakukannya pada sesi sebelumnya. Ibu juga mengurangi intensitasnya dalam mencubit anak saat mendampingi RZ menyelesaikan tugas yang diberikan.
Sesi 9 :Belajar mengenal situasi
H aritanggal: Sabtu, 3 Agustus 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   : 45 Menit
Tujuan : -
Melatih  anak  untuk  mengaplikasikan  emosi  dengan  berbagai  situasi  yang  terjadi  dalam kehidupan sehari
– hari -
Melatih kerja sama antara anak dan orangtua -
Meningkatkan hubungan antara anak dan anak
Proses pelaksanaan
Sesi  ini  masih  melibatkan  ibu  dan  RZ.  Terapis  memberikan  2  lembar  kerja  dimana lembar  pertama  berisikan  soal  yang  harus  dibaca  dan  lembar  kedua  berisikan  jawaban-
jawaban  dari  soal  tersebut.  Tugas  RZ  adalah  menggunting  jawaban  tersebut  kemudian menempelkannya  di  tempat  yang  telah  disediakan.  Dalam  memulai  sesi  ini  terlebih  dahulu
ibu menjelaskan kepada RZ.
Dalam  memulai  kegiatan  ini  ibu  mengambil  lembar  jawaban  dan  meminta  RZ  untuk menebak satu persatu gambar yang ada. Ketika RZ tidak dapat menebaknya ibu memintanya
untuk mencoba kembali. Ibu juga memberikan arahan agar RZ memahami gambar tersebut. steelah  selesi  membahas  gambar  ibu  membacakan  soal  kepada  RZ  dan  memintanya  untuk
mencarikan jawaban yang benar. Soal pertama yang dibacakan oleh ibu adalah “ saya akan merasa sedih jika meli
hat... “, RZ hanya mengambil satu jawaban yaitu gambar orang sedang menengarkan ornagtuanya bertengkar. Ibu meminta RZ untuk mencari gambar yang lain dan
RZ mengambil seseorang yang cemburu saat melihat adiknya sedang dipangku oleh ibu. Soal berikutnya dal
ah “saya merasa senang saat..” dan RZ memilih gambar sebuah keluarga yang sedang  makan  bersama  dan  seorang  anak  yang  sedang  bermain  sendiri.  Ibu  mengarahkan
untuk RZ menggunting gambar anak-anak yang sedang bermain bola dengan temannya. Soal  selanjutnya  a
dalah “ibu akan marah kepada saya jika.. “, pada soal ini RZ tidak dibantu ibu dalam menjawab ia memilih potongan gambar yang salah. Yang dipilihnya adalh
seorang  ibu  yang  sedang  memarahi  anaknya.  Ibu  juga  memberikan  soal  kepada  RZ  dengan mengatakan  “menurut  saya  seseorang  cemburu  biasanya  karena...”,  RZ  menunjuk  jawaban
seorang  kakak  sedang  bereebut  mainan  dengan  adiknya  dan  seorang  adik  berebut  makanan dengan  abangnya.  Pertanyaan  terakhir  adalah  dengan  menayakan  kepada  RZ  “biasanya
seseorang merasa takut karena apa?”, RZ tampak tidak mengetahuinya namun ibu memberi
bantuan  dengan  mengarahkan  jawaban  pada  seseorang  yang  dmarahi  oleh  guru.    Dari  hasil sesi ini juga dilihat bahwa dalam menyelesaikan pekerjaan ibu dan RZ sesekali terlihat saling
bercanda dan kerjasama diantaranya cukup baik.
Sesi 10 : Menjadi siapakah aku?
Haritanggal: Senin, 5 Agustus 2013 Waktu : 13.00
– 13.45 Lama   : 45 Menit
Tujuan : -
Melihat pemahaman Anak terhadap seluruh sesi terapi. -
Melihat  perubahan  yang  terjadi  dalam  diri  orangtua  dalam  menghadapi  anak  setelah mengikuti keseluruhan rangkaian sesi terapi.
Proses pelaksanaan
Kegiatan  ini  dimulai  dengan  memberikan  penjelasan  kepada  ibu  bahwa  kegiatan  hari ini  merupakan  role-play  yang  akan  dilakukannya  bersama  dengan  RZ.  Peneliti  memberikan
teman  dari  role- play  yang  akan  dilakukan,  temannya  adalah  melakukan  “Masuk  Sekolah”.
Peneliti memberikan instruksi dan media berupa mainan-mainan. Ibu  mengambil  sebuah  barbie,  dan  memberikan  kepada  RZ  sebuah  robot.  Ibu  mulai
melakukan role-play. Di dalam role play tersebut diceritakan bahwa ibu akan membelikan RZ sebuah  tas  baru,  buku  baru  dan  seragam  baru  jika  ia  naik  kelas.  Saat  melakukan  role-play
tersebut terdapat beberapa jenis emosi yang diperankan, diantaranya adalah emosi senang dan takut.
Dalam role-play tersebut dibahas bahwa ibu  akan marah kepada RZ jika ia tidak naik kelas sehingga saat pembagian rapot RZ merasa takut. Ibu bertanya kepadanya “eh, emang
gimana kalau orang takut itu?”. RZ menjawabnya sambil mempraktekkan dengan memegang d
adanya. Ia mengatakan “ya dadanya kayak di pukul-pukul bunyinya”. Menurut cerita dari sesi tersbut akhirnya RZ naik kelas dengan nilai yang cukup baik. Ibu mengatakan bahwa ia
kaan  membelikan  baju  seragam,  tas  dan  buku  yang  baru.  RZ  merasa  senang  dan  ia menggerakkan robitnya kemudian memeluk barbie yang diperankan oleh ibunya.
Setelah  selesai  melakukan  sesi  ini  terapi  melakukan  evaluasi  kepada  ibu  dengan menanyakan hubungannya dengan RZ. Menurut ibu hubungannya semakin membaik. Ia tidak
lagi  suka  mencubit  RZ,  baginya  semakin  ibu  mengasarinya  RZ  semakin  jauh.  Ketika  ibu menunjukkan kasi sayang kepadanya RZ menjadi lebih dekat dengannya, walaupun keadaan
ini masih jauh dari sempurna menurutnya.
B.4. Hasil penelitian subjek penelitian 2 Sesi
Tujuan Hasil
Ice Breaking Membina rapport,
menjelasakan tujuan terapi dan aturan yang
harus disepakati RZ merupakan anak yang
mudah  bosan  sehingga dalam  melakukan  tidak
hanya  dapat  melakukan satu
cara untuk
mendekatinya.  RZ  juga dapat  memahami  tujuan
dari terapi
serta menyepakati
aturan- aturannya.
Bentuk-bentuk emosiku Penilaian pemahaman
anak dalam mengenali emosi dasar
RZ  mengenali  3  ekspresi wajah  dari  puzzle  yang
diberikan. Dalam
mengenalinya  RZ  tidak melakukannya
dengan cepat.  Ia  terlebih  dahulu
mengomentari bentuk-
bentuk dari
wajah tersebut.
Mengenali emosi Mengenalkan jenis-jenis
RZ  mampu  mengenali
emosi pada anak semua  jenis  emosi  yang
ditunjukkan kepadanya. Ada apa denganku?
Mengenalkan penyebab- penyebab munculnya
emosi pada anak Saat  memulai sesi  ini RZ
tidak mengetahui
penyebab-penyebab emosi  muncul.  Setelah
ditunjukkan beberapa
gambar  yang  membuat emosi muncul RZ mampu
menebak gambar
tersebut. Mengenali apa yang
terjadi di dalam tubuhku Mengenalkan kepada
anak tentang perubahan fisik yang terjadi di
dalam tubuh saat munculnya emosi
Dalam  memulai  sesi  ini RZ
tidak memahami
sama  sekali  perubahan fisik  yang  terjadi  saat
seseorang merasa senang, sedih,  marah,  takut  dan
cemburu. Setelah
diberikan materi
dan memintanya
untuk mengulangi  ternyata  RZ
mampu mengingat
perubahan fisik
yang terjadi  saat  orang  sedang
marah,  senang,  sedih, takut
dan cemburu.
Hanya saja
ia tidak
lengkap dalam
menjelaskannya. Belajar berekspresi
Mengajarkan kepada anak cara
mengeekspresikan emosi Sebelum
memasuki materi  terapi  RZ  hanya
mampu  memahami  cara seseorang
dan belajar menilai serta memahami ekspresi yang
dirasakan oleh oranglain mengekpresikan
rasa sedihnya
dnegan menangis.
Setelah diberikan terapi RZ dapat
mengulangi  materi  yang diberikan dengan baik.
Mengenali perasaanku 1
Latihan agar anak memahami situasi
individu -
RZ mampu
mencocokkan situasi
terhadap  ekspresi  yang benar
- Dalam  menyelesaikan
tugasnya  RZ  masih  di arahkan oleh ibunya
- Ibu  tampak  memaksa
RZ  untuk  fokus  saat menyelesaikan tugas
- Saat  RZ  mengatakan
bosan, ibu
tidak memperdulikannya
namun ia
terus memaksa
RZ untuk
cepat menyelesaikan
tugasnya -
Ibu sering mencubit RZ saat ia tidak fokus
- Saat  dipaksa  oleh  ibu
untuk menyelesaikan
pekerjaannya RZ
tampak  merajuk  dan sesekali ia merengek
- Saat dicubit RZ tampak
marah  dan  menangis walaupun  kejadian  ini
tidak berlangsung lama. Mengenali perasaanku
2 Latihan agar anak
memahami situasi sosial -
RZ  mampu  mengenali semua  situasi  sosial
yang  ada  pada  lembar kerja
- RZ  mampu  menjawab
soal-soal tersebut
dengan benar -
Terdapat sedikit
perubahan  pada  sesi sebelumnya,  pada  sesi
ini  ibu  sudah  mulai membujuk  RZ  jika  ia
merasa  bosan  namun hal  ini  masih  beberapa
kali dilakukannya -
Intensitas  ibu  mencubit RZ berkurang
- RZ tergolong anak yang
mudah bosan dan malas untuk
melanjutkan pekerjaannya.
Namun jika
ibu sudah
membujuknya  perilaku ini  berubah,  RZ  terlihat
kembali bersemangat
dalam menyelesaikan
tugas tersebut -
Jika  ibu  mencubit  RZ, ia
langsung menghindarinya dengan
meninggalkan tempat
duduknya dan berlari di
dalam kelas. Belajar mengenal situasi
Latihan agar anak mampu mengenali emosi dalam
berbagai situasi -
RZ tampak
sudah memahami  situasi  yang
lebih komplek -
Terlihat kerjasama yang baik  antara  ibu  dan
anak -
Suasana  dalam  sesi  ini lebih  baik,  hal  ini
dilihat  dari  kemampuan ibu  dan  RZ  untuk
bercanda -
Semangat  RZ  dalam menyelesaikan
tugas saat
ibu memberikannya pujian
- Ketika
ibu membenarkan  jawaban
RZ, ia
langsung mengajak  ibunya  untuk
“TOSS”  dan  kemudian mengekspresikan  rasa
senangnya dengan
mengatakan  “ye  ye  ye” sambil menari kecil.
Menjadi siapakah aku? Melakukan penilaian
kepada anak tentang keseluruhan sesi dengan
melakukan Role-play -
RZ  sudah  mampu memahami
cara mengekspresikan
perasaannya  tanpa  di arahkan  oleh  ibu  yaitu
senang dan takut -
Hubungan  antara  ibu dan  RZ  semakin  baik,
hal  ini  dilihat  dari pemberian  pujian  yang
sering  dilakukan  ibu saat
menyelesaikan beberapa tugas.
B.5 Wawancara sebelum diberikan psikoedukasi pada subjek penelitian kedua
Wawancara yang dilakukan kepada RZ disusun berdasarkan pedoman wawancara dari teori yang digunakan. Dalam wawancara ini peneliti ingin mengetahui kemampuan RZ dalam
memahami  dan  menilai  situasi  sesuai  dengan  emosi  yang  tepat,  mengetahui  pemaham  RZ tentang  perubahan  yang  terjadi  di  dalam  tubuh  saat  merasakan  emosi  tersebut,  serta
mengetahui cara RZ mengekspresikan apa yang dirasakannya. Hal  pertama  yang  ditanyakan  oleh  peneliti  adalah  seputar  pemahaman  RZ  dalam
menilai  situasi  sesuai  dengan  emosi  yang  tepat.  Secara  umum  RZ  hanya  paham  jika  ada orang yang sedang tertawa berarti menandakan bahwa orang tersebut sedang senang. Namun,
jika  dikaitkan  dengan  berbagai  situasi  tampaknya  RZ  belum  begitu  paham,  ia  baru memahami  ekspresi  yang  ditunjukkan  oleh  orang  lain.  Sebagai  contoh  saat  peneliti
menanyakan kepadanya apa yang seharusnya ia rasakan saat seseorang memberikannya suatu hadiah.  RZ  mengatakan  biasanya  jika  diberikan  hadiah  ia  hanya  mengambilnya  saja.
Selanjutnya  saat  peneliti  menanyakan  apa  yang  ia  rasakan  jika  berkumpul  dengan  keluarga dan  jika  memiliki  banyak  teman.  RZ  mengatakan  bahwa  ia  merindukan  ayahnya  dapat
bermain  kembali  bersama  dirinya,  sebab  saat  ini  RZ  tidak  lagi  pernah  didampingi  oleh ayahnya karena perceraian yang terjadi. Selanjutnya RZ mengaku bahwa tidak suka memiliki
banyak teman karena mereka suka mengganggu dirinya.
Peneliti  juga  menanyakan  pemahaman  RZ  dalam  menilai  situasi  yang  dapat  membuat seseorang  marah.  Peneliti  mengatakan  apa  yang  terfikir  oleh  RZ  saat  ada  orang  yang
menunjukkan  wajah  yang  cemberut  dihadapannya  serta  apa  yang  ia  fikirkan  saat  ada  orang lain membohonginya. RZ mengatakan bahwa jika ada orang  yang cemberut mungkin  orang
tersebut  sedang  marah  dan  kesal  dan  jika  ada  orang  yang  membohongi  RZ  ia  mengatakan akan diam saja agar orang tersebut tidak lagi membohongi ia. Peneliti kembali bertanya apa
yang  ada  didalam  fikiran  RZ  saat  seseorang  teman  menghilangkan  barang  atau  mainan kesayangan RZ, ia mengatakan akan menangis dan tidak mau makan. Kemampuan RZ dalam
mengenali  ekspresi  seseorang  sama  dengan  sebelumnya,  RZ  cukup  dapat  berfikir  dan mengartikan orang yang sedang sedih dengan mengeluarkan air matanya sedangkan ekspresi
orang yang ketakutan dengan mata yang melotot. Saat ditanyakan apa yang RZ fikirkan saat orang  terdekat  kita  meninggal,  RZ  mengatakan  biasa  saja.  Ia  tampak  tidak  memahaminya.
Peneliti  juga  bertanya  apa  yang  biasanya  membuat  seseorang  cemburu,  RZ  menjawab  jika makanan kita direbut sama orang lain kita biasanya cemburu.
Peneliti  juga  menanyakan  beberapa  pertanyaan  kepada  RZ  untuk  mengetahui pemahamannya  dalam  merasakan  perubahan  yang  dirasakan  RZ  didalam  tubuhnya  saat
mengalami  emosi  marah,  senang,  sedih,  takut  dan  cemburu.  Dari  hasil  wawancara  dapat dilihat  bahwa  sepertinya  RZ  tidak  memahami  perubahan  di  dalam  tubuh  saat  emosi  marah
sedang  muncul.  Peneliti  menanyakan  apakah  saat  sedang  marah  RZ  merasakan  perubahan dalam tubuh seperti badannya bergertar, nada suaranya meninggi, nafas berhembus kencang
bahkan wajah terasa panas. Menurutnya ia tidak mengetahuinya dan tidak pernah merasakan hal tersebut.RZ mengatakan saat sedang marah ia langsung marah tanpa memperhatikan hal
tersebut. Peneliti  juga  menyakan  kepada  RZ  apakah  ia  mengetahui  ciri-ciri  orang  yang  sedang
takut  dengan  jantung  yang  bedebar  kencang,  mengeluarkan  keringat,  merasa  sakit  perut,
tangan  bergemetar  serta  bulu  roma  berdiri atau  “merinding.  Dari  beberapa  pertanyaan
tersebut  RZ hanya mampu menjawab bahwa saat  takut ia mengaku dadanya seperti dipukul oleh  orang  lain,  ia  merasa  sakit  di  daerah  dada.  Namun  untuk  pertanyaan  yang  lainnya  RZ
tidak mampu menjawabnya. Hal terakhir yang ditanyakan oleh peneliti adalah perubahan saat emosi  sedih  muncul.  RZ  mampu  menjawabnya  dengan  menangis.  menurutnya  setiap  orang
yang sedang sedih pasti mengeluarkan air mata, semakin besar kesedihannya maka semakin banyak pula air mata yang keluar.
Peneliti juga melakukan wawacara dengan menanyakan kepada RZ seputar bagaimana cara ia mengekspresikan emosi yang dirasakannya. Hal pertama yang ditanyakan kepada RZ
adalah apa yang ia lakukan saat sedang marah. Menurut RZ ia sering menghentakkan kakinya saat  ibunya  tidak  mengabulkan  keinginannya.  Dalam  menjawab  pertanyaan  ini  RZ  juga
mempraktekkannya  kepada  peneliti,  selain  itu  ia mengaku  akan  menangis  jika  sedang  kesal dengan kakak dan ibunya. Peneliti juga menanyakan kepadanya apa  yang ia lakukan saat ia
sedang senang, RZ mengatakan bahwa ia akan tertawa saat merasakan hal tersebut. Biasanya hal  yang membuatnya senang adalah saat  menonton  kartun kesayangannya. Hal  itulah  yang
bisa  membuat  RZ  tertawa  terbahak-bahak.  Selanjutnya  RZ  juga  mengatakan  bahwa  cara  ia mengekspresikan rasa sedih dan takut adalah dengan menangis.
B.6. Wawancara setelah diberikan psikoedukasi pada subjek penelitian kedua
Setelah  diberikan  psikoedukasi  peneliti  kembali  melakukan  wawancara  kepada  RZ guna  mengetahui  apakah  pemahamannya  dalam  mengenali  emosi  meningkat  atau  tidak.
Wawancara ini di awali dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan RZ dalam memahami emosi berdasarkan situasi  yang tepat. Peneliti menayakan kepadanya bagaimana
cara  kita  melihat  orang  yang  sedang  senang,  RZ  menjawabnya  dengan  mengatakan  orang
yang senang biasanya selalu tertawa. Peneliti juga mengatakan apa yang biasanya dirasakan dan  difikirkan  oleh  seseorang  saat  diberikan  suatu  hadiah,  saat  berkumpul  dengan  keluarga
dan saat memiliki banyak teman. RZ mengatakan bahwa saat diberikan suatu hadiah biasanya merasa  sangat  senang  sekali,  ia  merasa  senang  karena  mainan  yang  dimilikinya  semakin
banyak. RZ juga mengatakan bahwa jika berkumpul dengan keluarga merasa senang karena terasa  ramai di  rumah namun  ia lebih  merasa senang jika ayahnya ikut bergabung di  dalam
rumah.  Namun  hal  ini  berbeda  saat  ditanyakan  perasaan  saat  memiliki  banyak  teman, walaupun  ia  mengatakan  sangat  senang  memiliki  banyak  teman  namun  menurutnya  teman-
temannya  jahat  dan  sering  mengejeknya  sehingga  ia  enggan  bermain  bersama  dengan mereka.
Peneliti  juga  menanyakan  kepadanya  seputar  emosi  marah.  Dari  hasil  wawancara terlihat  bahwa  AG  tampak  memahami  ekspresi  orang  yang  sedang  marah.  Peneliti
menanyakan kepadanya apa yang dirasakan dan difikirkan RZ saat seseorang menghilangkan barang  atau  mainan  kesayangannya,  jika  ada  orang  yang  membohonginya,  serta  jika  ada
teman-teman yang mengejek dirinya. Menurut RZ jika ada ornag yang menghilangkan barang atau  mainannya  ia  akan  menanyakan  terlebih  dahulu  kepada  orang  tersebut.  Jika  ada  yang
mengejeknya  ia  akan  bertanya  alasan  orang  tersebut  telah  mengejeknya,  namun  hal  ini berbeda dengan respon  RZ saat  dibihongi  oleh  orang lain, ia memilih  untuk  diam. Jawaban
ini sama dengan jawaban yang diberikannya sebelum pemberian psikoedukasi. Peneliti juga menanyakan kepadanya bagaimana ciri-ciri orang yang sedang sedih dan meminta RZ untuk
berfikir  apa  yang  dirasakannya  saat  orang  terdekatnya  meninggal.  Menurut  RZ  orang  yang sedih  bisa  dilihat  saat  ia  sedang  menangis  sedangkan  jika  ada  orang  yang  meninggal
seharusnya  merasa  sangat  sedih  dan  harus  menangis.  Peneliti  juga  menanyakan  kepadanya apa yang biasanya membuat seseorang cemburu, RZ mengatakan jika ada adik baru namun ia
langsung mengatakan kalau RZ tidak memiliki adik sehingga ia tidak pernah cemburu.
Peneliti  juga  menanyakan  pemahaman  subjek  berkaitan  dengan  perubahan  di  dalam tubuh saat merasakan emosi tersebut. Peneliti mengatakan apa yang biasanya dirasakan oelh
orang  lain  di  dalam  tubuhnya  saat  sedang  marah.  RZ  hanya  mengatakan  dadanya  berdebar kencang dan mata akan melotot. Peneliti kembali menanyakan kepadanya saat sedang marah
apakah  seseorang  merasa  tubuhnya  seperti  bergemetar,  mengeluarkan  suara  yang  keras, nafasnya berhembus kencang bahkan wajahnya terasa panas. Menurut RZ saat sedang marah
suara  seseorang  bisa  menjadi  sangat  kuat  dan  ia  mengaitkannya  dengan  ibunya.  RZ mencontohkan ibunya yang sedang marah saat berada di rumah dengan mengeluarkan suara
yang  keras.  RZ  juga  mengatakan  bahwa  orang  yang  marah  nafasnya  juga  bisa  berhembus kencang.  Kemampuan  RZ  dalam  memberikan  jawaban  ini  berbeda  dari  jawaban  sebelum
diberikannya psikoedukasi. Terlihat ada peningkatan dalam pemberian jawaban. Selanjutnya RZ  juga  ditanyakan  perubahan  yang  terjadi  saat  seseorang  merasa  takut.  RZ  mengatakan
bahwa jika takut dada terasa berdebar kencang dan merasa sakit di daerah perut. Menurutnya rasa sakit perut hampir sama dengan mulas. Pertanyaan etrakhir seputar perubahan di dalam
tubuh  adalah  saat  seseorang  mengalami  emosi  sedih.  Menurut  RZ  jika  sedih  biasanya seseorang menangis dengan mengeluarkan air mata.
Selain  hal  di  atas,  peneliti  juga  menanyakan  kepada  RZ  tentang  pemahamnnya  dalam mengekspresikan  perasaannya.  Berdasarkan  jawaban  yang  diberikannya,  menurut  RZ  jika
seseorang  marah  ia  dapat  mengekspresikannya  dengan  cara  berteriak  dan  mengalihkannya dengan  bermain  kartu  atau  mobil-mobilan  kesayangannya,  sedangkan  saat  orang  senang
dapat  mengekspresikannya  dengan  tertawa,  mengajak  orang  lain  bermain,  berlompat  serta memeluk orang lain saat diberikan suatu hadiah. RZ juga mengatakan jika orang sedih dapat
mengekspresikannya dengan menangis.
B.7. Wawancara kepada ibu subjek penelitian kedua
Wawancara  dilakukan  peneliti  kepada  ibu  RZ.  Dari  hasil  wawancara  diketahui  bahwa pada  dasarnya  RZ  merupakan  anak  yang  manja  terutama  dengan  ayahnya.  RZ  hanya  bisa
dikendalikan oleh ayahnya. Apa  yang dilakukan  ayah tidak dapat  dilakukan oleh ibu,  sebab ibu tidak menginginkan jika RZ menjadi anak yang manja. Menurut ibu RZ merupakan anak
yang  cengeng.  Apapun  keinginannya  harus  semua  dituruti,  jika  tidak  ia  akan  menangis  dan marah. Melihat hal ini terkadang ibu merasa kasian namun di sisi lain ia kesal dengan RZ. Ibu
tidak  selalu  menuruti  apa  yang  diminta  oleh  anaknya.  Ketika  marah  biasanya  ia  menangis, dan  sering  menghentak-hentakkan  kakinya  di  atas  lantai.  Ketika  diminta  untuk  berhenti  RZ
tidak mau melakukannya dan akhirnya ia diam jika ibu mencubit dan membentaknya. Sehari-harinya menurut  ibu RZ merupakan anak yang tidak sensitif.  Ia tidak mengerti
dan sering mengabaikan jika ada orang yang marah kepadanya. Sebagai contoh ibu baisanya memerahi  RZ  jika  ia  memberantaki  kamar  dengan  mainannya.  Saat  dimarahi  RZ  tampak
cuek  bahkan  ia  hanya  melihat  wajah  ibu  kemudian  mengacuhkannya.  Saat  orang  lain  sedih pun ia tidak dapat meresponnya. RZ tidak pernah bertanya apa yang dirasakan orang tersebut.
Hal lain ditunjukkan RZ saat ia diberikan oleh nenek atau kakeknya mainan baru. RZ jarang sekali mengucapkan terimakasih bahkan tdiak terlihat dari raut wajahnya kebahagiaan karena
menerima suatu mainan atau hadiah. Setelah  pemberian  intervensi  kepada  RZ,  peneliti  melakukan  wawancara  kembali
kepada  ibu.  Menurut  ibu  terdapat  beberapa  perubahan  pada  diri  RZ,  namun  hal  ini  belum dapat  dilakukannya  secara  terus  menerus  atau  konsisten.  Sebagai  contoh,  RZ  sudah  jarang
menangis  dalam  merespon  keinginannya  yang  tidak  terpenuhi.  Jika  permintaannya  tidak dikabulkan ia sudah dapat menanyakan alasannya dan mencoba membujuk ibu. Selain itu RZ
juga sudah mulai sensitif terhadap situasi yang terjadi dilingkungannya. Misalnya saat ibu RZ
menghubungi  ayahnya  dan  bertengkar,  RZ  dapat  menanyakan  kondisi  ibunya  walaupun  hal ini masih jarang dilakukan oleh RZ. RZ juga sudah dapat menunjukkan rasa senangnya saat
diberikan  hadiah,  ia  mengekspresikannya  dengan  mengucapkan  terimakasih  dan  memeluk orang  yang  disayanginya.  Menurut  ibu  tidak  mudah  memberikan  dan  mengingatkan  emosi-
emosi  ini  kepada  RZ.  Jiak  suasana  hatinya  bagus  RZ  mampu  menyerapnya  dengan  baik, namun jika tidak sulit bagi ibu untuk terus melatihnya.
B.8. Wawancara dengan significant others
Selain  melakukan  wawancara  dengan  ibu  subjek,  peneliti  juga  mewawancarai  nenek subjek. Menurut nenek subjek kurang lebih sudah 1, 5 tahun subjek tinggal di rumahnya. Hal
ini  terjadi  karena  perceraian  orangtua  RZ.  Nenek  mengaku  bahwa  seluruh  keluarga  sangat memperhatikan dan sangat dekat dengan RZ. Menurut nenek, terlihat banyak perubahan yang
terjadi dalam diri RZ dalam mengenali emosi. Sebelum
diberikan psikoedukasi
kemampuan RZ
dalam mengenali
dan mengekspresikan  emosi  marah  tidak  terlalu  baik.  Saat  marah  biasanya  ia  suka  membentak
orang  lain  terutama  ibunya,    selain  itu  ia  diam  dalam  jangka  waktu  yang  lama  saat  merasa kesal. Cara RZ mengekspresikan rasa marah biasanya dengan menangis dan merajuk. Dalam
menilai  seseorang  yang  sedang  marah  kepadanya  pun  terkadang  ia  tidak  dapat memahaminya. RZ cenderung cuek atau mengabaikan orang yang sedang marah kepadanya.
Menurut nenek, hal ini berbeda setelah diberikan psikoedukasi. Saat ini ketika dimarahi oleh ibu  dan  neneknya  RZ  mau  mendengarkannya.  Ia  akan  diam  dan  menunduk  saat  sedang
dinasehati. Selain itu RZ akan meminta maaf dan membujuk  ibu  atau orang lain  yang telah memarahinya.  Nenek  mengaku  bahwa  hal  ini  tidak  pernah  dilakukan  oleh  RZ  sebelum
diberikan psikoedukasi.  Dahulunya, ketika sedang marah RZ tidak dapat mengutarakan apa
yang membuatnya kesal. Namun, saat ini RZ sudah dapat melakukannya. Sebagai contoh RZ terlihat sedang menangis dan raut wajahnya kesal, dan ibu menanyakan kepadanya kenapa ia
menangis.  RZ mampu mengatakan bahwa ia menangis  karena bertengkar  berebutan mainan dengan saudara sepupunya.
Terlihat pula perubahan yang lebih baik dalam mengenali emosi senang pada diri RZ. Menurut  nenek,  sebelum  diberikan  psikoedukasi  ketika  merasa  senang  RZ  hanya  tertawa
saja.  Saat  diberikan  barang  yang  baru  RZ  cukup  senang  namun  ia  tidak  mampu mengekspresikan  dan  mengutarakan  rasa  senang  tersebut  kepada  orang  lain.  Setelah
diberikan  psikoedukasi  perilaku  RZ  ini  berubah.  Ia  mengekspresikan  rasa  senangnya  tidak hanya  dengan  tertawa  melainkan  dengan  melompat,  bernyanyi,  berteriak  kegirangan  serta
mengajak  saudaranya  untuk  bermain.  Sebagai  contoh  dahulu  saat  diberikan  uang  jajan,  RZ hanya mengambilnya saja tanpa mengucapkan terimakasih, namun saat ini ketika menerima
uang jajan, ia tampak kegirangan dengan melompat-lompat dan mengajak saudaranya untuk berbelanja  di  warung  dekat  rumahnya.  Sesekali  ia  akan  memeluk  neneknya  jika  ingin
mengucapkan terimakasih. RZ tampak sudah mengenali perasaan sedih pada saat sebelum diberikan psikoedukasi,
hanya  saja  ia  tidak  mampu  mengutarakan  kesedihan  apa  yang  ia  rasakan.  Menurut  nenek, dahulunya jika sedih ia akan diam dan termenung. Ia selalu menatapi hewan kesayangannya
saja dengan wajah  yang sendu. Ketika ditanyakan kepadanya apa  yang ia rasakan, RZ tidak mampu  menjawabnya.  Setelah  diberikan  psikoedukasi  hal  ini  berubah.  Menurut  nenek  ia
merasa sedih jika ibunya terlambat pulang dari tempat kerjanya. Saat ini jika sore hari ibunya belum  pulang  ia  selalu  merasa  sedih  dan  menanyakan  kepada  neneknya  berulang  kali
mengapa  ibunya  belum  juga  pulang.  Ketika  ibunya  pulang  ia  menyambutnya  dengan perasaan yang sangat senang.
Sebelum diberikan psikoedukasi RZ juga tampak sudah memahami perasaan cemburu. Biasanya ia cemburu jika tetangganya memiliki mainan atau barang yang baru. Dahulu, saat
merespon emosi cemburu ini RZ langsung meminta barang tersebut kepada ibunya. Jika ibu tidak  dapat  memenuhinya  ia  akan  menangis.  Saat  ini  tampak  berbeda,  jika  ibu  tidak  dapat
memenuhi  permintaan  RZ,  ibu  membiasakannya  dengan  menjelaskan  kepada  RZ  bahwa uangnya  tidak  cukup  untuk  membelikan  permintaan  RZ.  RZ  cukup  dapat  memahaminya
walaupun  perilakunya  ini  belum  sepenuhnya  konsisten.  Terkadang  masih  ada  perilaku menangis yang ia tunjukkan namun telah berkurang.
B.9. Observasi
Observasi pertama kali dilakukan di rumah RZ. Saat itu RZ tampak sedang bersantai di depan  TV.  Ia  sedang  menonton  kartun  kesayangannya  ditemani  oleh    kakek  dan  neneknya.
Saat  peneliti  menegurnya  dan  mencoba  mengajaknya  berbicara    ia  tampak  malu-malu  dan langsung  bersembunyi  di  belakang  baju  ibunya.  Membutuhkan  waktu  yang  tidak  sebentar
dalam mencairkan suasana dengan RZ. Keesokan harinya peneliti kembali  mendatangi  rumah RZ. Saat  itu ia sedang bermain
games  yang  ada  di  ponsel  ibunya.  Ibunya  meminta  RZ  untuk  memberhentikan  aktifitasnya tersebut  dengan  menarik  langsung  ponsel  itu  dari  tangannya,  namun  RZ  mengamuk  dan
memukul  ibunya  dan  kemudian  ia  menangis.  Saat  RZ  menangis  ibu  tampak  tidak memperdulikannya dan tidak membujuknya. RZ kembali mengambil ponsel tersebut. Setelah
menangis karena keinginannya tidak terpenuhi RZ lagsung murung dan tidak mau berbicara pada  siapapun.  Observasi  berikutya  tetap  dilakukan  di  rumah  RZ.  Saat  peneliti  tiba  tampak
kakak RZ sedang memarahinya. Ia dimarahi oleh kakaknya karena RZ lupa meletakkan buku kakaknya. Saat ia dimarahi oleh kakaknya RZ tampak cuek dan tidak memperdulikannya. Ia
hanya  menatab  sebentar  wajah  kakanya  kemudian  ia  menonton  TV.  Saat  ditanya  kembali oleh kakaknya pun RZ tidak memperdulikannya.
RZ  tergolong  anak  yang  mudah  bosan,  hal  ini  dapat  dilihat  sejak  awal  sesi  pertama pemberian  intervensi.  Ia  tidak  terlalu  suka  melakukan  hal  yang  monoton.  Saat  melakukan
intervensi  ia  tampak  antusias,  ia  lebih  menyenangis  materi  dengan  praktek  menggunakan media  dibandingkan  dengan  menonton  video.  Selama  intervensi  berlangsung  RZ  tampak
kooepratif  dan  mau  mengikuti  instruksi  maupun  perintah  dari  peneliti.  Saat  sesi  intervensi dengan  ibu,  RZ  tampak  semangat  namun  suasanan  hatinya  berubah  saat  ibu  sudah
memarahinya. Setelah  beberapa  minggu  melakukan  intervensi  peneliti  kembali  melakukan  observasi
kepada RZ di rumahnya. Peneliti pada awalnya menjemput ibu ke tempat kerjanya. Saat itu ibu  sudah  membelikan  sebuah  mainan  untuk  RZ  sebagai  hadiah  lebaran.  Menurut  ibu  RZ
sangat  mengidam-idamkan  sebuah  mobil-mobilan.  Ketika  sampai  di  rumah  ibu  langsung menemui RZ dan memberikan hadiah tersebut. RZ mereponnya dengan melompat kegirangan
dan memeluk ibunya. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh RZ sebelum melakukan terapi. Dari hasil  observasi  juga  dapat  dilihat  bahwa  RZ  tidak  lagi  selalu  menangis  jika  keinginannya
tidak  dapat  terpenuhi.  Saat  itu  RZ  meminta  kepada  ibunya  uang  jajan,  ia  ingin  membeli makanan  di  warung  dekat  rumahnya.  Ibunya  melarang  RZ  jajan  dan  meminta  RZ  untuk
memakan  masakan  neneknya  saja.  RZ  meresponnya  dengan  langsung  bertanya  apa  yang membuat  ibunya  tidak  mengizinkannya.  Ia  juga  membujuk  ibunya  agar  mau  mengabulkan
permintaannya, namun lama kelamaan ia menyerah dan tidak menuntutnya kembali.
Tabel  4: Hasil Psikoedukasi pada Subjek Penelitian Pertama Aspek
Subjek penelitian 1 Dinamika Perubahan Regulasi Emosi
Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Bodily Arousal
AG belum
dapat memahami
perubahan  di  dalam  tubuh  saat emosi
marah muncul,
seperti: merasakan  tubuh  yang  bergetar,
mengeluarkan  intonasi  suara  yang tinggi,  nafas  berhembus  kencang,
serta wajah yang terasa panas.
Dalam  mengenali  perubahan  di dalam  tubuh  terhadap  emosi  takut
AG tampak
belum dapat
Terdapat sedikit peningkatan dalam pemahan mengenali perubahan di dalam
tubuh saat merasakan emosi marah, namun tidak semua dapat dipahaminya. Contoh:
AG sudah memahami jika seseorang marah maka akan mengeluarkan intonasi suara
yang besar layaknya orang yang sedang berteriak. Nafasnya juga berhembus
kencang seperti orang yang sedang dikejar.
AG dapat memahami beberapa ciri perubahan di dalam tubuh saat merasakan
ketakutan. Menurutnya orang yang takut Secara  umum,  kemampuan  AG  dalam
mengenali  perubahan  fisik  saat  munculnya emosi  cukup  baik.  Saat  ini,  AG    dapat
mengenali  perubahan  fisik  yang  terjadi ketika  emosi  marah  muncul.  Ia  juga  dapat
melihat  maupun  menilai  perubahan  fisik pada  orang  lain  saat  marah.  Contohnya
ketika  seseorang  mengeluarkan  intonasi suara  yang  keras,  mata  melotot  dan
sebagainya. Pengetahuan AG dalam mengenali rasa takut
tampak ada
peningkatan. AG
cukup menyadari  dan  memahami  bahwa  saat
memahaminya. Misalnya:
merasakan  keringat  dingin,  merasa sakit perut bahkan tubuh yang terasa
bergemetar.
AG dapat
menyadari bahwa
perubahan  di  dalam  tubuh  saat seseorang  merasa  sedih  dengan
mengeluarkan air mata. dadanya terasa berdebar serta merasa tidak
enak di bagian perut.
Pemahaman  ini  sama  dengan  sebelum diberikan  psikoedukasi,  bahwa  AG  cukup
mengerti saat seseorang merasa sedih akan mengeluarkan air mata.
merasa  takut  ia  merasakan  sakit  di  bagian perut maupun dadanya.
Cognition AG
mampu mengetahui
atau menilai  ekspresi  yang  ditunjukkan
oleh  orang  lain  seperti  orang  yang sedang  marah,  senang,  sedih  dan
takut. Pemahaman dalam mengenali atau menilai
ekspresi  orang  lain  sama  dengan  sebelum diberikan psikoedukasi.
Saat  ini  AG  sudah  mampu  memahami  hal- hal  yang  dapat  membuatnya  merasa  senang,
sedih,  marah  dan  takut.  Selain  itu  ia  juga mampu  menilai  apa  yang  dirasakan  oleh
oranglain  melalui  ekspresi  ataupun  perilaku yang ditunjukkannya.
Dalam  menilai  situasi  senang  AG tampak
belum terlalu
memahaminya. Seperti:
ketika ditanyakan  apa  yang  dirasakannya
saat  mendapatkan  hadiah,  saat berkumpul  dengan  keluarga  serta
jika  memiliki  banyak  teman,  AG belum  dapat  merasakan  emosi
tersebut.
Dalam menilai atau merespon emosi marah
AG belum
dapat melakukannya.  Contoh:  ia  belum
dapat  berfikir  apa  yang  akan dirasakannya
saat mainan
Terlihat adanya peningkatan pemahaman setelah diberikan psikoedukasi. Contoh: ia
merasa sangat senang jika diberikan suatu hadiah karena dapat menambah mainannya
serta dapat memainkannya bersama dengan temannya, selain itu AG juga sudah
mengetahui perasaan senang saat berkumpul dengan temannnya walaupun di
antara mereka masih ada yang suka mengejeknya.
AG  tampak  lebih  memahami  suatu  situasi yang  terjadi  dilingkungan  hal  ini  dapat
dilihat  dari  jawaban  yang  diberikannya. Contoh:
menurutnya jika
mainan kesayangannya dihilangkan oleh temannya
kesayangannya  dihilangkan  oleh orang  lain,  jika  ada  orang  yang
membohonginya,  jika  ia  diejek orang
lain serta
apakah ia
memahami  hal-hal  yang  membuat ibu dapat marah kepadanya.
Dalam  mengenali  dan  memahami emosi  sedih  AG  tampak  dapat
memahaminya  namun  tidak  mampu menjelaskan
kesedihan tersebut.
Contoh:  saat  ditanyakan  apa  yang ia  tidak  lagi  diam  namun  meminta  orang
tersebut  untuk  menggantinya,  hal  tersebut juga terlihat saat ada orang yang mengejek
dan  membohonginya  ia  juga  tidak  akan diam melainkan langsung menanyakan hal
tersebut kepada orang itu. AG cukup dapat memahami
jika ibunya
marah bisa
disebabkan karena ia tidak mau melakukan apa yang dimintanya serta melawan kepada
ibu.
Terdapat  sedikit  peningkatan  atas  jawaban setelah
diberikan psikoedukasi.
Menurutnya  jika  ditinggal  oleh  orang terdekatnya  ia  akan  sedih  dan  menangis.
AG  juga  mengatakan  bahwa  ia  tidak  mau
difikirkannya  saat  orang  terdekat kita
meninggal, ia
hanya mengatakan sedih saja.
ditinggalkan  oleh  ibunya,  walaupun  ibu sering memarahinya.
Expressed Behavior
Cara  AG  mengekspresikan  rasa marah  dengan  diam  dan  terkadang
memukul orang lain dan adiknya.
Cara  AG  mengekspresikan  rasa senang hanya dengan tertawa.
Cara  AG  mengekspresikan  rasa sedihnya  dengan  melamun  dan
Cara  AG  mengekspresikan  rasa  marahnya dengan  berteriak  ke  dalam  kamar  atau
berteriak  dengan  menutup  wajahnya  serta memukul  bantal.  Ia  juga  memilih  untuk
menghindari  situasi  yang  membuatnya marah.
Cara AG mengekspresikan rasa senangnya dengan  tertawa  dan  melompat  setinggi
mungkin.
Cara  AG  mengekspresikasn  rasa  sedihnya dengan  mencoba  menceritakannya  kepada
Terlihat  adanya  peningkatan  saat  AG mengekspresikan  perasaannya.  AG  sudah
dapat mengekspresikan
apa yang
dirasakannya  dengan  lebih  positif  dan beragam.  Misalnya,  dahulu  AG  hanya  dapat
mengekspresikan  rasa  senangnya  hanya dengan tertawa saja, namun saat ini ia dapat
mengekspresikannya  dengan  mengeluarkan suara  yang  penuh  kegembiraan  yaitu
berteriak. AG  saat  ini  mulai  dapat  berbagi  cerita
kepada  orang  lain  terhadap  apa  yang dirasakannya,  walaupun  hal  ini  belum  dapat
menangis. Cara AG mengekspresikan rasa
takutnya dengan berdiam diri. teman atau ibunya serta menangis.
Cara AG mengekspresikan rasa takutnya dengan menjauhi objek yang ditakutinya.
dilakukannya secara konsisten.
Tabel 5: Tabel Hasil Psikoedukasi pada Subjek Penelitian Kedua Aspek
Subjek penelitian 2 Dinamika Perubahan Regulasi Emosi
Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Bodily Arousal
RZ  tidak  merasakan  adanya  perubahan yang terjadi  di  dalam tubuh saat  emosi
marah  muncul.  Contoh:  ia  tidak mengetahui  jika  saat  sedang  marah
seseorang dapat  merasakan tubuh  yang terasa  bergemetar,  mengeluarkan  suara
yang  tinggi,  nafas  berhembus  kencang bahkan wajah terasa panas.
Menurut RZ terdapat beberapa perubahan yang  terjadi  didalam  tubuh  saat  emosi
marah  muncul.  Contohnya:  ia  sudah memahami  jika  marah  dada
akan berdebar  kencang  serta  mata  menjadi
besar  melotot,  jika  marah  seseorang dapat  mengeluarkan  suara  yang  keras  ia
mengaitkannya  dengan  ibunya  yang  saat marah  intonasi  suaranya  meninggi,
Selain  itu  ia  cukup  memahami  bahwa seseorang
yang marah
akan menghembuskan nafasnya dengan cepat.
Terlihat  adanya  peningkatan  pemahaman RZ  terhadap  perubahan  fisik  yang  terjadi
saat munculnya emosi marah, takut, senang maupun  sedih.  Tidak  hanya  mengenali
perubahan fisik dalam dirinya saja, RZ juga dapat  mengenali  atau  menilai  perubahan
fisik  pada  orang  lain  ketika  merasakan emosi-emosi
tersebut. Contohnya
ia mengetahui  jika  orangtuanya  marah  akan
mengeluarkan suara yang keras.
Dalam  mengenali  perubahan  di  dalam tubuh terhadap munculnya emosi takut,
RZ  hanya  paham  dadanya  terasa  sakit. Namun  ia  tidak  memahami  bahwa
adanya perubahan
lain seperti
“merinding”,  mengeluarkan  keringat, tangan  bergemetar  serta  merasa  sakit
perut.
RZ  hanya  mengenali  perubahan  di dalam  tubuh  saat  emosi  sedih  muncul
dengan mengatakan air mata keluar. Pemahaman
RZ meningkat
dalam mengenali rasa takut, namun tidak secara
keseluruhan. Setelah
diberikan psikoedukasi
ia hanya
mengetahui bahwa  jika  takut  dada  terasa  berdetak
kencang, dimana hal ini sama dengan saat sedang marah. Selain itu ia paham bahwa
akan terasa sakit di bagian perut.
Pemahamannya dalam
mengenali perubahan  di  dalam  tubuh  saat  emosi
sedih  muncul  sama  dengan  sebelum diberikan psikoedukasi,  bahwa seseorang
yang sedih biasanya matanya terasa panas dan kemudian air matanya keluar.
Cognition Pada  dasarnya  RZ  mampu  mengenali
dan  menilai  emosi  yang  ditunjukkan oleh  orang  lain.  Namun  ia  tidak  dapat
meresponnya dengan baik.
RZ  belum  terlalu  memahami  emosi senang.  Misalnya:  saat  ditanyakan  apa
yang  biasanya  dirasakan  oleh  orang lain  saat  diberikan  hadiah,  berkumpul
dengan  keluarga  dan  memiliki  banyak teman. Ia memberikan jawaban dengan
mengaitkan  dengan  keadannya  bukan jawaban yang umum.
RZ  dapat  mengenali  dan  menilai  emosi yang  ditunjukkan  oleh  orang  lain  dan
setelah  diberikan  psikoedukasi  ia  terlihat lebih sensitif dalam mereponnya.
RZ  sudah  dapat  merespon  situasi  yang membuat  seseorang  senang,  namun  ia
masih mengaitkannya
dengan permasalahannya.  Contoh:  RZ  sudah
memahami bahwa
seseorang yang
berkumpul  dengan  keluarganya  pasti merasa  senang  namun  ia  tidak  dapat
melakukan hal tersebut. Selain itu ia juga berfikir bahwa setiap orang dapat merasa
sangat  senang  jika  diberikan  suatu hadiah. Selain itu, RZ paham  bahwa jika
RZ  terlihat  lebih  sensitif  dalam  merespon apa  yang  dirasakan  atau  ditunjukkan  oleh
orang  lain  kepadanya.  Misalnya  ketika seseorang
sedang memarahinya
atau meminta  tolong  kepadanya,  ia  langsung
meresponnya.  RZ  juga  dapat  menilai sedikit  demi sedikit  situasi  sederhana  yang
dapat  membuat  seseorang  merasa  senang, takut, sedih, marah maupun takut.
Kemampuan  RZ  dalam  memahami situasi  marah  terlihat  tidak  tepat.
Contohnya:  ia  berfikir  bahwa  jika  ada orang  yang  membohonginya  ia  akan
mendiamkannya  saja.  Selain  itu  jika ada  orang  yang  menghilangkan  barang
atau  mainanya  ia  meresponnya  dengan menangis dan tidak mau makan.
orang memiliki
banyak teman
perasaannya  pasti  senang  namun  ia enggan bermain bersama temannya sebab
ia sering diejek.
Pemahaman  RZ  dalam  menilai  situasi marah  tidak  terlalu  berkembang  dengan
baik.  Contoh:  ia  masih  merespon  dan tidak  melakukan  apapun  saat  ada  orang
lain yang
mengejeknya. Namun
pemahamnnya saat
barang kesayangannya dihilangkan maka ia akan
menanyakan terlebih dahulu dan meminta orang tersebut untuk mencarinya.
RZ belum
dapat menilai
dan memahami situasi yang membuat orang
merasa sedih. Misalnya saat ditanyakan apa yang biasanya dirasakan oleh orang
lain saat kehilangan orang terdekatnya. RZ tidak dapat menjawabnya.
Dalam  menilai  situasi  yang  membuat seseorang
dapat cemburu,
RZ mengatakan  dengan  “saat  seseorang
memperebutkan sesuatu” RZ  sudah  dapat  memaham  bahwa
perasaan  yang  dirasakan  oleh  orang  lain saat
ditinggalkan orang
terdekat. Menurutnya  muncul  perasaan  sangat
sedih  dan  akan  menangis  jika  ada  orang yang meninggal.
Pemahaman  RZ  dalam  menilai  situasi yang  bisa  membuat  seseorang  cemburu
meningkat.  RZ  cukup  memahami  salah satu  yang  membuat  orang  cemburu
dengan  kelahiran  adik  serta  orangtua yang  lebih  menyayangi  anaknya  yang
lebih kecil.
Expressed Behavior
Cara RZ
mengekspresikan rasa
marahnya dengan
menghentak- hentakkan kakinya.
Cara RZ
mengekspresikan rasa
senangnya dengan tertawa, hal ini biasa dilakukannya  saat  menonton  kartun
kesayangannya.
Cara  RZ  mengekspresikan  rasa  sedih dan takut dengan menangis.
RZ mengatkan
bahwa cara
mengekspresikan  rasa  marahnya  dengan berteriak  dan  mengalihkannya  dengan
bermain sendiri.
RZ mengekspresikan perasaan senangnya dengan  tertawa,  melompat,  mengajak
orang  lain  bermain,  dan  memeluk  orang lain saat diberikan suatu hadiah.
Pemahan  ini  sama  dengan  sebelum diberikan  psikoedukasi,  bahwa  jika
seseograng  takut  dan  sedih  ia  dapat mengekspresikannya dengan menangis.
RZ  terlihat  sudah  dapat  mengontrol  apa yang  dirasakannya.  Misalnya  ketika  marah
ia tidak
lagi menghentak-hentakkan
kakinya. Cara
ia mengekspresikan
perasaannya  juga  semakin  beragam,  RZ juga  sudah  dapat  menceritakan  apa  yang
dirasakannya  kepada  orang  terdekatnya. Misalnya
saat merasa
sedih ia
menceritakan hal
tersebut kepada
neneknya.
Tabel 6: Rekapitulasi Hasil Psikoedukasi Pada Subjek Pertama dan Kedua Aspek
Subjek Penelitian 1 Subjek Penelitian 2
Sebelum Psikoedukasi Sesudah Psikoedukasi
Sebelum Psikoedukasi Sesudah Psikoedukasi
Bodily Arousal  Belum
dapat merasakan  perubahan
yang  terjadi  di  dalam tubuh saat munculnya
emosi marah
 Belum dapat
mengenali  perubahan di  dalam  tubuh  saat
munculnya emosi
 Mampu mendeteksi
perubahan tubuh
dalam menghadapi
rasa marah
seperti intonasi  suara  yang
berubah dan
nafas yang
berhembus kencang
 Dapat memahami
perubahan  yang  akan terjadi
saat merasa
takut, yaitu terasa sakit  Pengetahuan subjek dalam
mengenali  perubahan  di dalam
tubuh saat
munculnya  emosi  marah masih tergolong rendah. Ia
belum  dapat  mengenali bahkan
merasakan perubahan yang terjadi
 Subjek  hanya  mampu mengenali
rasa takut
dengan dada
yang berdebar kencang
 Dapat mendeteksi perubahan dalam
tubuh saat
menghadapi  emosi  marah, seperti merasakan dada yang
berdebar kencang,
mata melotot,
intonasi suara
menjadi  tingguserta  nafas yang berhembus kencang
 Subjek  mampu  mengenali rasa takut dengan dada  yang
berdebar  kencang  serta  rasa sakit di bagian perut
takut
 Sudah dapat
mengenali  perubahan tubuh
saat emosi
sedih  muncul  dengan mengeluarkan
air mata
di  bagian  perut  serta jantung terasa berdebar
kencang
 Pengetahuan yang
sama  dengan  sebelum pemberian
psikoedukasi bahwa
ketika  seseorang  sedih ditandai
dengan menangis
 Subjek  dapat  memahami bahwa  perubahan  yang
terjadi di dalam tubuh saat muncul emosi sedih adalah
dengan  mengeluarkan  air mata
 Subjek paham
bahwa perubahan  yang  terjadi  di
dalam  tubuh  saat  sedih adalah dengan mengeluarkan
air mata. Sebelum seseorang menangis  menurut  subjek
biasanya  mata  terasa  panas dan  berkaca-kaca  terlebih
dahulu. Cognition
 Mampu menilai
perasaan yang
ditunjukkan oleh
  Pemahaman sama
dengan sebekum
diberikan  Pada  dasarnya  subjek
paham ekspresi
yang ditunjukkan  oleh  orang
 Subjek  dapat  mengenali  dan merespon
emosi yang
ditunjukkan  oleh  orang  lain.
orang  lain  melalui ekspresi  wajah  orang
tersebut
 Subjek  belum  begitu mampu
menilai situasi  atau  penyebab
yang  bisa  membuat seseorang senang
psikoedukasi.  Subjek mampu
menilai ekspresi  wajah  yang
ditunjukkan oleh orang lain
  Subjek  baru  dapat menilai
situasi sederhana  yang  bisa
membuat seseorang
merasa senang.
Misalnya saat
diberikan  mainan  dan diberi  izin  oleh  ibu
untuk bermain
bersama dengan teman lain,  namun  ia  tidak  dapat
meresponnya  dengan  baik. Subjek
suka mengacuhkannya
 Subjek  terlihat  belum dapat  menilai  penyebab
yang  membuat  seseorang senang
Subjek tampak lebih sensitif
 Subjek  dapat  menilai  dan memahami
penyebab- penyebab  seseorang  merasa
senang dengan
contoh- contoh  sederhana  dan  ia
mampu mengaitkannya
dengan  keadaan  yang  terjadi pada dirinya
 Subjek belum
memahami hal-hal
yang  dapat  membuat dirinya dapat marah
 Subjek  dapat  menilai situasi  yang  membuat
seseorang sedih,
namun ia
tidak mampu mengutarakan
bentuk dari kesedihan tersebut
  Subjek  sudah  dapat memahami  penyebab
seseorang dapat
marah,  misalnya  jika mainannya
dirusak ataupun
dihilangkan oleh orang lain
  Pemahaman subjek
dalam  menilai  rasa sedih  sama  dengan
sebelum diberikan
psikoedukasi.  Dalam
mengenali penyebab
yang dapat
membuat  seseorang  marah tampaknya  subjek  belum
dapat melakukannya
dengan baik
 Subjek  tampak  belum memahami
penyebab seseorang sedih
 Subjek  pemahaman  subjek dalam  menilai  situasi  marah
tampak tidak
terlihat peningkatannya
setelah diberikan psikoedukasi
 Subjek  telah  memahami penyebab-penyebab
yang dapat  membuat  seseorang
merasa sedih melalui contoh- contoh sederhana
Expressed Behavior
 Dalam mengeskpresikan  rasa
marahnya subjek
cenderung suka
memukul dan
memedam perasaan
dengan berdiam diri
 Dalam mengekspresikan  rasa
senang  subjek  hanya melakukannya
dengan tertawa  Dalam
mengekspresikan  rasa marahnya
sesekali subjek  berteriak  dan
memilih untuk
menghindari situasi
tersebut walaupun
tidak lama
 Cara  mengekspresikan rasa  senang  dengan
tertawa, melompat
setinggi  mungkin  serta mengajak
adiknya bermain
 Subjek  mengekspresikan rasa
marahnya dengan
menghentak-hentakkan kakinya dan menangis
 Subjek  mengekspresikan rasa
senangnya hanya
dengan tertawa  Subjek mengekspresikan rasa
marahnya  dengan  berteriak dan  mengalihkannya  dengan
bermain sendiri
 Subjek mengekspresikan rasa senangnya  dengan  tertawa,
melompat,  mengajak  orang lain  bermain  serta  memeluk
orang  lain  saat  diberikan suatu hadiah
 Dalam mengekspresikan  rasa
sedihnya subjek
melakukannya dengan  melamun  dan
menangis
 Dalam mengekspresikan  rasa
takutnya subjek
melakukannya  hanya dengan berdiam diri
 Cara  mengekspresikan rasa
sedih harus
“dipancing”  terlebih dahulu  barulah  ia  mau
menceritakannya
 Cara  subjek  merespon emosi
takut adalah
dengan menghindari
objek tersebut  Subjek  mengekspresikan
rasa sedihnya
dengan menangis
 Subjek  mengekspresikan rasa
takut dengan
menangis  Cara
subjek mengekspresikan
rasa sedihnya  dengan  bercerita
kepada  orang  lain.  Hal  ini sering  terjadi  saat  ibu  subjek
belum  pulang  kerumah,  dan ia  merasa  sedih  sehingga  ia
sudah dapat menceritakan hal ini
kepada nenek
dan kakeknya
 Subjek mengekspresikan rasa takut  sama  dengan  sebelum
diberikan psikoedukasi
dengan menangis
139
                