2. Tuntutan peran: adalah beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang
ada. Ambiguitas peran manakala ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang harus ia lakukan.
3. Tuntutan antarpribadi: yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain, tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi
yang buruk dapat menyebabkan stress.
c. Faktor-faktor Pribadi
Faktor-faktor ini terutama adalah masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak merupakan masalah hubungan yang
menciptakan stress bagi karyawan yang bisa terbawa sampai ketempat kerja. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang
adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stress bagi karyawan dan menganggu konsentrasi kerja mereka.
2.2.3 Akibat Stress Kerja Terhadap Karyawan
Menurut Robbins 2008:375 akibat dari stress dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum yaitu:
1 Gejala Fisik: sakit kepala, sakit punggung, kehilangan nafsu makan, makan berlebihan, bahu tegang, diare, insomnia, kelelahan, sering flu,
gangguan perut, nafas pendek.
Universitas Sumatera Utara
2 Gejala Psikologis: pesimisme, mudah lupa kebosanan, ketidaktegasan, ketidaksabaran, pikiran yang kaku, depresi, kecemasan, tidak logis, apatis,
kesepian, merasa tidak berdaya, ingin melarikan diri. 3 Gejala Perilaku: keresahan, mudah marah, sifat suka memerintah, rentan
mengalami kecelakaan, isolasi social, membela diri, kecurigaan, tidak memiliki rasa humor, mudah bingung, pekerjaan yang buruk, mangkir
kerja.
2.2.4 Mengelola Stress Kerja
Menurut Robbins 2008:377 dari sudut pandang perusahaan, manajemen mungkin tidak peduli ketika karyawan mengalami tingkat stress rendah hingga
menengah, karena kedua tingkat stress ini mungkin bermanfaat dan membuahkan kinerja karyawan yang lebih tinggi atau meski rendah tetapi berlangsung terus
menerus dalam periode yang lama dapat menurunkan kinerja karyawan. Dengan demikian, membutuhkan tindakan dari pihak manajemen. Ada dua pendekatan
dalam mengelola stress kerja yaitu: a. Pendekatan Individual
Seorang karyawan memiliki tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stress. Strategi individual yang telah terbukti efektif
meliputi penerapan manajemen waktu, penambahan waktu olah raga, pelatihan relaksasi dan perluasan jaringan dukungan sosial.
Karyawan yang teratur sering dapat merampungkan pekerjaan dua kali lebih banyak daripada karyawan yang tidak teratur. Karena itu
Universitas Sumatera Utara
pemahaman dan pemanfaatan prinsip-prinsip dasar manajemen waktu dapat membantu individu mengatasi ketegangan akibat tuntutan kerja
secara lebih baik. Beberapa prinsip manajemen waktu yang dapat dipraktekkan adalah:
1. Membuat daftar kegiatan harian yang harus dirampungkan; 2. Memprioritaskan kegiatan berdasarkan tingkat kepentingan dan
urgensinya; 3. Menjadwalkan kegiatan menurut prioritas yang telah disusun; serta
4. Memahami siklus harian dan menangani pekerjaan yang paling banyak menuntut dalam siklus kerja tertinggi ketika Anda dalam keadaan
paling siap dan produktif. b. Pendekatan Perusahaan
Beberapa faktor yang menyebabkan stress terutama tuntutan tugas dan tuntutan peran dikendalikan oleh manajemen. Dengan sendirnya
faktor-faktor tersebut dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang bisa manajemen pertimbangkan meliputi: seleksi personel dan penempatan
kerja yang lebih baik, pelatihan, penetapan tujuan yang realistis, pendesainan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan,
perbaikan dalam komunikasi perusahaan, penawaran cuti panjang atau masa sabatikal biasanya untuk penelitian, kuliah atau bepergian kepada
karyawan dan penyelenggara program-program kesejahteraan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kinerja Karyawan 2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan