Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Produksi Kedelai di Desa Wonokalang

Karakteristik Jumlah Orang Presentase SD 12 40 SMP 9 30 SMA 7 23.33 Perguruan Tinggi 2 6.67 Total 30 100 Sumber: Data Primer 2010 Berdasarkan Tabel 4.5. dapat disimpulkan bahwa petani kedelai di Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo sebagian besar berlatar belakang berpendidikan lulusan SD. Tingkat pendidikan responden berpengaruh pada pola berpikir petani, karena semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin sulit bagi mereka untuk menerima suatu informasi atau teknologi yang baru karena masih dianggap asing. Tingkat pendidikan petani juga mempengaruhi cara berpikir petani dalam menyusun strategi berusahatani. Tabel 4.5. juga menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin kecil minat seseorang untuk menjadi petani.

4.3. Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Produksi Kedelai di Desa Wonokalang

Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke dalam suatu fungsi produksi. Pada penelitian ini model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan konsep operasional penelitian ini, produksi kedelai dipengaruhi oleh tujuh variabel yaitu luas lahan, benih kedelai, pupuk anorganik urea dan phonska, pupuk organik, insektisida, tenaga kerja yang dihitung selama empat bulan atau satu kali musim. Berdasarkan Tabel 4.6. maka diperoleh model fungsi produksi kedelai di Desa Wonokalang dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut: Ln Y = 3.318 + 1.426 ln X 1 + 2.630 ln X 2 + 0.292 ln X 3 + 0,733 ln X 4 + 0.248 ln X 5 + 0,411 ln X 6 Secara matematis diperoleh model fungsi produksi Cobb – Douglass dari hasil penelitian produksi kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut: Y = 27.605 X 1 1.426 . X 2 2.630 . X 3 0.292 . X 4 0,733 . X 5 0.248 . X 6 0,411 Hasil analisis model fungsi Cobb-Douglass dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.6. Analisis Fungsi Cobb-Douglass Variabel Model Cobb - Doglass Elastisitas Produksi Signifikans i t hitung Konstanta 3.318 0.045 9 Luas LahanX1 1.426 0.000 04 X2 2.630 0.031 98 PupukKimiaX3 0.292 0.004 71 Pupuk organik X4 0,733 0.033 27 Insektisida X5 0.248 0.000 25 Tenaga Kerja X6 0,411 0.005 96 R 2 0.985 F-hitung 246.467 Variabel berpengaruh Produksi kedelai Y

A. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 adalah proporsi dari total keragaman Y dependent variabel yang dapat dijelaskan oleh model regresi Y terhadap X independent variabel. Besarnya nilai R 2 adalah 0 – 1. Semakin tinggi nilai R 2 menunjukkan bahwa model regresi tersebut semakin baik dalam hal mampu menerangkan total keragaman dari Y dengan proporsi yang tinggi. Dalam mengartikan R 2 , biasanya digunakan satuan persen. Jika semakin besar persentasenya, maka dapat diartikan bahwa model regresi yang digunakan semakin baik. Dalam penelitian ini, besarnya nilai R 2 adalah 0,985 dan bila dirubah dalam satuan persen menjadi 98,5. Dari besarnya nilai R 2 tersebut dapat diartikan bahwa variabel bebas dalam hal ini adalah luas lahan, benih, pupuk kimia, pupuk organik, insektisida, tenaga kerja dapat mempengaruhi perubahan variabel tak bebas dependent yaitu produksi kedelai sebesar 98,5 dan sisanya 1,5 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dirumuskan dalam model regresi.

B. Uji simultan Uji F

Uji F dalam penelitian ini digunakan seberapa jauh variasi dari variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh semua variabel bebasnya. H0 : X 1 , X 2 , X 3 , X 4 , X 5 ,X 6 = 0 variabel bebas tidak berpengaruh terhadap Y H1 : salah satu nilai Xi ≠ 0 Variabel bebas berpengaruh terhadap Y F hitung sebesar 246.467 dengan tingkat nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka menolak H0 dan menerima H1 artinya ke enam variabel bebas independent yaitu luas lahan X 1 , benih X 2 , pupuk kimia X 3 , pupuk organik X 4 , insektisidaX 5 , tenaga kerja X 6 secara bersama berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai Y.

C. Uji Parsial Uji t

Uji parsial uji t dalam analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh tiap variabel bebas X yang digunakan di dalam model terhadap variabel tak bebas Y. Untuk uji t ini tiap variabel bebas X akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: 1. Luas Lahan X 1 Luas lahan berpengaruh positif pada tingkat kepercayaan 98 persen. Nilai koefisien regresi atau elastisitas luas lahan bernilai 1.426 dan t hitung t tabel yaitu 5.904 2.045 dengan demikian terima H1 dan tolak H0 yang dapat diartikan bahwa luas lahan berpengaruh terhadap produksi kedelai. Setiap penambahan perluasan lahan sebesar 1 akan meningkatkan produksi kedelai sebesar 1.426 dengan asumsi faktor-faktor lain tetap ceteris paribus, Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi 1994 yang menyatakan bahwa luas tanah mempunyai hubungan yang positif, artinya semakin besar luasan usahatani yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi lahan yang dihasilkan. Pertambahan luas lahan berarti terjadi pertambahan populasi tanaman, dengan demikian produksi bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah tanaman. 2. Benih X 2 Benih berpengaruh positif pada tingkat kepercayaan 98 persen. Nilai koefisien regresi atau elastisitas luas lahan bernilai 2.630 dan t hitung t tabel yaitu 2.298 2.045 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang dapat diartikan bahwa benih berpengaruh terhadap produksi kedelai. Dan untuk setiap penambahan benih sebesar 1 benih kedelai pada luas lahan satu hektar maka akan memberikan tambahan produksi sebesar 2.630 dengan asumsi faktor-faktor lain tetap ceteris paribus serta tingkat signifikansinya yaitu 3 artinya pada penggunaan benih berpengaruh positif. 3. Pupuk Kimia X 3 Pupuk kimia berpengaruh positif pada tingkat kepercayaan 98 persen dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.292 dan t hitung t tabel yaitu 3.171 2.045 maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini berarti pupuk kimia berpengaruh terhadap produksi kedelai, dan setiap penambahan pupuk kimia 1 dengan asumsi variabel lain tidak berubah mengakibatkan naiknya produksi kedelai Y sebesar 0.292 . Menurut Pinus 1994, pupuk phonska digunakan untuk pertumbuhan akar tanaman muda, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Dosis pupuk phonska pada tanaman kedelai yaitu 50-100 kilogram per hektar. Sedangkan pupuk urea 75 – 100 kilogram. Di Desa Wonokalang penggunaan pupuk kimia urea sebesar 80 kilogram, sedangkan pupuk phonska sebesar 60 kilogram. 4. Pupuk Organik X 4 Pupuk organik berpengaruh positif pada tingkat kepercayaan 98 persen dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,733 dan t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2.627 2.045 maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini berarti pupuk organik berpengaruh pada produksi kedelai dan setiap penambahan pupuk organik 1 dengan asumsi variabel lain tidak berubah mengakibatkan naiknya produksi kedelai Y sebesar 0,733 . 5. Insektisida X 5 Insektisida berpengaruh positif pada tingkat kepercayaan 98 persen dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,248 secara ekonometrika t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 4.225 2.045 sehingga tolak H0 dan terima H1 hal ini berarti insektisida berpengaruh terhadap produksi kedelai dan setiap penambahan insektisida 1 dengan asumsi variabel lain tidak berubah mengakibatkan naiknya produksi kedelai Y sebesar 0,248 . 6. Tenaga Kerja X 6 Tenaga kerja berpengaruh positif pada tingkat kepercayaan 98 persen dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.411 dan t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3.396 2.045 maka H0 ditolak dan H1 diterima secara ekonometrika hal ini berarti tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi kedelai dan setiap penambahan tenaga kerja 1 dengan asumsi variabel lain tidak berubah mengakibatkan naiknya produksi kedelai Y sebesar 0.411 .

4.3.1. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari Nilai Produk Marjinal NPM. Pada kondisi demikian dapat dikatakan bahwa keuntungan maksimum telah tercapai atau penggunaan faktor-faktor produksi berada pada tingkat yang optimum. Nilai Produk Marjinal NPM diperoleh dari hasil kali antara harga produksi dan tambahan hasil produksi karena tambahan satu satuan faktor-faktor produksi yang disebut produk marjinal. Efisiensi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil- kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dihitung dengan menggunakan efisiensi harga yaitu nilai produk marginal input NPMXi sama dengan harga input PXi Soekartawi,1999. Dengan kriteria penilaian : NPMXiPXi = 1 penggunaan faktor produksi efisien NPMXiPXi 1 penggunaan faktor produksi tidak efisien NPMXiPXi 1 penggunaan faktor produksi belum efisien Debertin 1986 menyatakan bahwa untuk mencapai keuntungan diperlukan dua syarat yaitu syarat keharusan Necessary Condition dan syarat kecukupan Sufficient Condition. Syarat keharusan menunjukkan hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi, yang sekaligus menunjukkan efisiensi produksi secara teknis yaitu dengan elastisitas produksi antara nol dan satu. Sedangkan syarat kecukupan merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar keuntungan maksimum dapat tercapai, yaitu pada saat Nilai Produk Marjinal Value Marginal Product atau VMP untuk faktor produksi sama dengan Biaya Korbanan Marjinal Marginal Factor Cost atau MFC dan besarnya untuk masing- masing faktor produksi harus sama dengan satu. Efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi tercapai jika faktorfaktor produksi telah digunakan pada jumlah optimal. Jumlah faktor produksi yang optimal dapat dicari sebagai berikut : bi.Py.Y NPM = Xi dimana : bi = Elastisitas faktor produksi ke-i Xi = Jumlah faktor produksi ke-i Py = Harga hasil produksi Y Y = Jumlah rata – rata hasil produksi yang diperoleh Tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Desa wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada Tabel 4.7, dengan rata-rata produksi 1.493 ton per hektar dengan harga jual Rp 5.000,00-kg. Perhitungan rasio Nilai Produk Marjinal NPM dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 4.7: Rasio NPM pada usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Variabel Rata – Rata Xi Harga Rata – Rata Xi NPM NPMxi Pxi Keterangan Luas lahan ha 1.00 1.742 1.03 0.59 Belum efisien Benih Kg

37,56 3.756

0,52 0.14 Belum efisien urea Kg

59,83 8.376

0.36 0.43 Belum Efisien Phonska Kg

44,4 8.48

0.49 0.057 Belum efisien Organik Kg 27,5 6.419 0.19 0.029 Belum efisien Insektisida L 2,74 4.246 0.67 0.157 Belum efisien Tenaga Kerja HKP 40,23 23.996 0.76 0.031 Belum efisien Dari tabel 4.7. terlihat bahwa rasio NPM Nilai produk Marginal menunjukkan penggunaan faktor produksi pada usahatani kedelai di Desa wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo secara keseluruhan belum efisien, secara ekonomi karena faktor produksi yang digunakan dalam usahatani kedelai mempunyai nilai 1 yang artinya penggunaan fakor produksi usahatani kedelai belum optimal dan masih bisa ditingkatkan sampai titik optimal. Jadi baik secara teknis maupun ekonomis penggunaan faktor produksi usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo belum pada tingkat optimal dan masih perlu ditambah lagi penggunaannya supaya dapat menghasilkan poduksi yang maksimal.

4.4. Keunggulan Kompetitif Usahatani Kedelai Di Desa Wonokalang