1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian tersebut adalah:
1. Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kedelai
di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. 2.
Menganalisis keunggulan kompetitif usahatani kedelai di Desa Wonokalang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh penelitian ini adalah: 1.
Sebagai informasi bagi peneliti untuk dapat mengetahui keunggulan kompetitif usahatani kedelai.
2. Sebagai informasi dan pengetahuan peneliti untuk dapat mengetahui
keunggulan kompetitif usahatani kedelai. 3.
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan produksi masa mendatang serta mengetahui keunggulan kompetititf kedelai di perdagangan bebas.
4. Sebagai pembanding dan sumbang pikiran agar penelitian dapat bermanfaat
bagi petani atau konsumen kedelai.
1.5. Pembatasan Masalah
1. Usahatani kedelai yang di teliti hanya di desa wonokalang kecamatan
wonoayu kabupaten sidoarjo. 2.
Jenis benih kedelai yang di teliti adalah jenis willis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini sedikit banyak didasari oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang mendukung terhadap daya saing dan dampak kebijakan pemerintah
terhadap komoditi pertanian, antara lain adalah: Menurut Saptana, et al., 2009, dengan penelitiannya yang berjudul
“Analisis Daya Saing Komoditi Tembakau Rakyat di Klaten Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Usahatani komoditi tembakau asepan dan
tembakau rajangan menunjukkan bahwa komoditi tembakau memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan oleh nilai DRCR = 0,42 untuk usahatani tembakau
asepan pada desa contoh irigasi teknis; untuk usahatani tembakau yang sama pada desa contoh irigasi setengah teknis diperoleh koefisien DRCR = 0,45; dan untuk
usahatani tembakau rajangan pada desa contoh irigasi sederhana diperoleh nilai DRCR = 0,65; 2 Hasil analisis untuk komoditi tembakau asepan di desa contoh
irigasi teknis dan semi teknis masing-masing diperoleh nilai PCR 0,62 dan 0,67, sedangkan untuk tembakau rajangan di desa contoh irigasi sederhana diperoleh nilai
PCR sebesar 0,55. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi tembakau mempunyai keunggulan kompetitif; 3 Kebijakan insentif dan struktur proteksi
diukur melalui transfer output, transfer input, transfer faktor dan transfer bersih. a Proteksi input menunjukkan nilai NPCI 1 yaitu 1,00-1,06 untuk Urea; 1,02-1,03
untuk TSP; 1,16 untuk KCL, serta 1,01-1,10 untuk ZA. Hal ini memberikan gambaran bahwa petani mengalami disinsentif dalam mengusahakan usahatani
tembakau yang ditunjukkan oleh nilai koefisien yang berkisar antara 1,05-1,07; b
Proteksi output menunjukkan nilai NPCO untuk tembakau asepan adalah 0,74. Sementara untuk tembakau rajangan diperoleh nilai NPCO sebesar 1,17; c Proteksi
efektif menunjukkan nilai EPC 1 hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perlidungan atau proteksi pemerintah terhadap produsen atau petani tembakau
Besarnya nilai PC di lokasi penelitian diperoleh positif 1. Artinya petani dirugikan karena petani memperoleh keuntungan jauh lebih rendah dari seharusnya; Dan
Subsidy Ratio to Producer SRP. Untuk komoditi tembakau asepan diperoleh nilai koefisien SRP negatif, yaitu -0,28, sedangkan untuk tembakau rajangan bernilai
positif, yaitu 0,15. Artinya secara umum kebijaksanaan pemerintah atau distorsi pasar yang ada memberikan dampak yang merugikan bagi petani tembakau asepan
dan menguntungkan bagi tembakau rajangan. Menurut Arga Tunggul, 2008, dengan penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Sistem Usahatani Kedelai di Jawa Timur Kabupaten tuban”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1
sistem usahatani kedelai di Kabupaten nganjuk tahun 2007 menguntungkan BC rasio = 0,71 dan memiliki keunggulan kompetitif PCR = 0,4491 tapi tidak
memiliki keunggulan komparatif DRCR = 1,4768; 2 Kebijakan pemerintah yang diberlakukan terhadap sistem usahatani kedelai di Kabupaten nganjuk tahun 2007
bersifat protektif terhadap output NPCO = 0,9653 dan menunjukkan adanya subsidi terhadap input tradable NPCI = 0,8351, hal itu menunjukkan bahwa
kebijakan pemerintah bersifat protektif terhadap output dan input EPC = 0,9892, kebijakan pemerintah juga memberikan insentif terhadap produsen PC = 1,1430.
Menurut Muhammad Firdaus, 2007, dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Kedelai di Jawa Timur”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1 Persamaan garis regresi linier luas panen adalah Y’ = 309.362,27 – 20.596,26X. Dari persamaan ini diketahui luas panen kedelai di Jawa Timur setiap
tahunnya mengalami penurunan sebesar 20.596,26 ha; Persamaan garis regresi linier produksi adalah Y’ = 43.920.269,49 – 21.759,95X. dari persamaan ini diketahui
bahwa produksi kedelai di Jawa Timur setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar 21.759,95 ton; Persamaan garis regresi linier produktivitas adalah Y’ = 1,23
+ 0,0123X. Persamaan tersebut memberikan informasi bahwa perkembangan produktivitas kedelai di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 0,0123 tonha
setiap tahunnya; 2 Keunggulan komparatif kedelai di Jember ditunjukkan dengan nilai DRC sebesar 0,9477, hal ini menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Jember
secara ekonomi masih efisien dalam menggunakan sumberdaya domestik, sedangkan untuk usahatani kedelai di Banyuwangi diperoleh nilai DRC 1,3731, hal
ini menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Banyuwangi tidak efisien dalam menggunakan sumberdaya domestik. Keunggulan kompetitif diketahui melalui nilai
PCR yang menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi sama- sama memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai 0,8733 untuk Jember dan 0,9621
untuk Banyuwangi; 3 Dampak kebijakan pemerintah i Dampak kebijakan pemerintah terhadap output. Nilai NPCO untuk usahatani Jember adalah sebesar
1,1405 artinya petani memperoleh harga 14,05 lebih mahal daripada harga internasional. Sedangkan untuk usahatani Banyuwangi nilai NPCO sebesar 1,3070
artinya petani kedelai memperoleh harga 30,30 lebih mahal daripada harga
internasional. Sehingga dapat dikatakan terdapat kebijakan pemerintah yang memproteksi output usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi; ii Dampak
kebijakan pemerintah terhadap input. Nilai NPCI usahatani kedelai di Jember sebesar 0,8453, yang berarti bahwa petani membeli input tradable dengan harga
15,47 lebih murah daripada harga input sosialnya. Sedangkan usahatani kedelai di Banyuwangi memiliki nilai NPCI sebesar 0,8358yang artinya petani membeli input
tradable dengan harga 16,42 lebih murah daripada harga input sosialnya; iii Dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output. a EPC digunakan untuk
mengetahui dampak dari keseluruhan kebijakan pemerintah dan mekanisme pasar input output. Nilai EPC di Jember adalah sebesar 1,1986 yang berarti pemerintah
memberikan insentif secara efektif kepada petani, sedangkan di Banyuwangi nilai EPC adalah sebesar 1,5475 yang artinya pemerintah memberikan insentif secara
efektif kepada petani dengan nilai tambah yang dinikmati petani sebesar 54,75 lebih tinggi dari nilai tambah sosialnya. b NPT merupakan nilai yang
menggambarkan bertambah atau berkurangnya surplus produsen yang diakibatkan oleh kebijakan pemerintah. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kedelai di
Jember dan Banyuwangi mendapatkan dampak positif dari kebijakan pemerintah dengan nilai NPT sebesar Rp 360.705,88 di Jember dan Rp 1.128.853,61 di
Banyuwangi. c Nilai PC digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan tingkat keuntungan privat dan keuntungan sosial. Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa nilai PC untuk usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi memiliki keuntungan privat yang lebih tinggi daripada keuntungan sosialnya. d SRP
digunakan untuk mengukur seluruh efek transfer. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat proteksi positif dari pemerintah terhadap usahatani kedelai di Jember dan Banyuwangi, hal ini dibuktikan dengan nilai SRP yang positif yaitu 0,0831 di
Jember dan 0,2858 di Banyuwangi. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah disajikan di atas,
penelitian kali ini untuk mengetahui daya saing kedelai baik secara kuantitas maupun kualitas, serta untuk mengetahui cara berusahatani kedelai dan keunggulan
– keunggulan yang dimiliki petani.
2.2. Usahatani Kedelai