karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu
lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 .
2.3. Konsep Daya Saing
Daya saing suatu bangsa bukanlah suatu proses yang terbentuk dalam jangka waktu pendek. Karenanya daya saing dapat dikatakan sebagai produk
budaya yang berkembang dari waktu ke waktu secara dinamis. Definisi daya saing competitiveness oleh Alfred Pakasi 2008 adalah the
set of institutions, policies and factors that determine the level of productivity of a countryregion atau kumpulan dari kelembagaan, kebijakan dan faktor yang
mempengaruhi tingkat produktivitas suatu negara atau daerah. Definisi lain disebutkan adalah keunggulan yang tercipta dari perjalanan suatu bangsa yang
memungkinkannya untuk bertahan atau memenangkan persaingan. Dengan demikian daya saing suatu bangsa mempengaruhi pula ketahanan nasionalnya
Rusti Prastiningsih, 2003. Dalam perekonomian, daya saing dihasilkan melalui peningkatan
produktivitas dan efisiensi. Produktivitas erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia dan teknologi. Efisiensi akan dicapai apabila banyak aspek yang
menunjang. Upaya peningkatan daya saing juga dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya produksi sehingga harga jual
produk bisa bersaing di pasaran NidaUl Hasanah,2006.
2.3.1. Keunggulan Komparatif
Pengertian keunggulan komparatif dapat dilihat pada Kamus Bahasa Indonesia, oleh Badudu-Zain, 1994, dalam Anonymous, 2008, dimana komparatif
diartikan bersifat perbandingan atau menyatakan perbandingan. Jadi keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk
dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti tersebut, keunggulan komparatif adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh
organisasi seperti SDM, fasilitas dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keunggulan beberapa organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Menurut Faisal afif, 1994 , keunggulan komparatif dapat diartikan
sebagai suatu keunggulan yang diperoleh suatu Negara dengan melakukan spesialisasi terhadap barang – barang yang menetapkan harga relatif lebih murah
dari Negara lain. Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang
pertama kali dikenal dengan model Ricardian. Hukum keunggulan komparatif The Low of Comparative Advantage dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun
suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang saling
menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan.
Menurut teori cost comparative advantage labor efficiency, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Berdasarkan contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa
teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.
Tabel 2.1: Data Hipotesis Cost Comparative
Produksi Negara
1 kg gula 1 m kain
Indonesia 3 hari kerja
4 hari kerja Cina
6 hari kerja 5 hari kerja
Sumber : Ekonomi Internasional Buku 1 Edisi Revisi, Dr. Hamdy Hady Berdasarkan data hipotesis di atas, jika ditinjau dari keunggulan mutlak
atau absolute advantage Adam Smith maka Indonesia unggul mutlak karena labor cost-nya lebih efisien dibandingkan dengan Cina, baik dalam produksi 1 kg gula
maupun 1 m kain. Dengan demikian tentu tidak akan terjadi perdagangan antara kedua negara jika didasarkan pada teori Adam Smith.
Akan tetapi, berdasarkan teori David Ricardo, walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolute dibandingkan Cina untuk kedua produk di atas,
maka tetap dapat terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan kedua negara melalui spesialisasi jika negara-negara tersebut memiliki cost comparative
advantage atau labor efficiency.
Tabel 2.2. Data Perhitungan Cost Comparative Labor Efficiency
Perhitungan Cost Comparative Advantage Labor Efficiency
Perbandingan Cost 1 kg gula
1 m kain
Sumber : Ekonomi Internasional Buku 1 Edisi Revisi, Dr. Hamdy Hady Ket : HK = Hari Kerja
Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage atau labor efficiency di atas, dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien
dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 kg gula 36 atau ½ hari kerja daripada produksi 1 meter kain 45 hari kerja. Hal ini akan mendorong Indonesia
melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 meter
kain 54 hari kerja daripada produksi 1 kg gula 63 atau 21 hari kerja. Hal ini mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.
Menurut Simatupang 1991 serta Sudaryanto dan Simatupang 1993 dalam Saptana 2009 konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya
saing keunggulan potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki
keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk meningkatkan daya saing produk
pertanian dapat dilakukan dengan strategi pengembangan agribisnis melalui koordinasi vertikal sehingga produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan
preferensi konsumen akhir.
2.3.2. Keunggulan Kompetitif
Didalam teori persaingan kita mengenal ada suatu teori dari Michael Porter yg sangat terkenal pada saat menganalisis persaingan atau competition analysis.
Teori tersebut sangat sangat terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model. Intinya sebenarnya Porter menilai bahwa perusahaan secara nyata tidak hanya
bersaing dengan perusahaan yang ada dalam industri saat ini…. Kita biasanya hanya menganalisis siapa pesaing langsung kita dan akhirnya kita terjebak dalam
”competitor oriented ” , sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas. Dalam five forces model digambarkan bahwa kita juga bersaing dengan pesaing potensial
kita, yaitu mereka yang akan masuk, para pemasok atau suplier,para pembeli atau konsumen, dan produsen produk-produk pengganti. Dengan demikian. kita harus
mengetahui bahwa ada lima kekuatan yg menentukan karakteristik suatu industri yaitu intensitas persaingan antar pemain yg ada saat ini, ancaman masuk
pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar pembeli, dan ancaman produk pengganti. Sebenarnya ada kekuatan lain yg sangat penting yaitu
kekuatan regulatif yg dimiliki pemerintah. Kekuatan tersebut bukan menjadi kekuatan keenam tetapi sebagai kekuatan yg mempengaruhi kelima kekkuatan
lainnya. Menurut Porter 1980, suatu perusahaan memposisikan dirinya di suatu
pasar berdasarkan kekuatan-kekuatannya. Kekuatan-kekuatan tersebut terdapat
dalam satu dari dua aspek berikut: keunggulan biaya dan diferensiasi. Dengan mengaplikasikan kekuatan-kekuatan tersebut baik dalam jangkauan yang luas
maupun yang sempit akan menghasilkan apa yang disebut oleh Porter sebagai tiga strategi generik: keunggulan dalam biaya atau cost leadership, diferensiasi, dan
fokus. Ketiga strategi generik ini diterapkan di tingkat unit bisnis atau perusahaan. Disebut strategi generik karena mereka tidak tergantung pada perusahaan atau
industri. Tabel 2.3. mengilustrasikan tiga strategi generik tersebut:
Tabel 2.3: Stategi Genetik dari Porter
Keunggulan Jangkauan Target
Biaya Rendah Keunikan Produk
Luas Industry Strategi
Cost Leadership
Strategi diferensiasi
Sempit Segmen Pasar
Strategi Fokus Biaya Rendah
Strategi Fokus Diferensiasi
Sumber: E:\Porters Generic Strategies.htm Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Badudu-Zain, 1994, dalam
Anonymous, 2008, dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, bahwa
keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi
lainnya, untuk mendapatkan sesuatu. Secara operasional keunggulan kompetitif dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat, dan bentuk yang
diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun internasional pada harga yang sama atau lebih baik dari yang ditawarkan pesaing untuk memperoleh laba
paling tidak sebesar ongkos penggunaan opportunity cost sumberdaya. Agribisnis dan pembangunan pertanian yang berorientasi pada pertanian yang
berwawasan produk sudah tidak sesuai dengan keadaan pasar saat ini. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi keadaan pasar tersebut, usaha komoditas pertanian harus
lebih berorientasi kepada keinginan konsumen atau lebih berwawasan menjual Simatupang 1995.
Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu
aktivitas. Sudaryanto dan Simatupang 1993 dalam Saptana 2009 mengemukakan bahwa konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan
finansial adalah keunggulan kompetitif atau revealed competitive advantage yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian
aktual. Perbedaan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif terletak pada
penetuan dasar perhitungan harga input output ditentukan berdasarkan harga social, sedangkan pada analisis keunggulan kompetitif harga dasar ditentukan
pada harga aktulnya Asian Development Bank, 1992. Keunggulan kompetitif adalah alat untuk mengukur kelayakan aktivitas
atau keuntungan privat yang dihitung berdasarkan harga pasar nilai uang resmi yang berlaku berdasar analisis finansial. Komoditi yang memiliki keunggulan
kompetititf dikatakan juga memiliki efisiensi secara finansial.
Efisiensi finansial atau keunggulan kompetitif dapat diketahui dengan menggunakan Rasio Biaya Privat Private Cost Ratio PCR.
dimana: A = pendapatan privat B = biaya privat untuk input tradable
C = biaya privat untuk faktor domestik Sistem usahatani bersifat kompetitif jika PCR 1. Semakin kecil nilai
PCR berarti semakin kompetitif. PCR merupakan rasio antara input domestik dengan nilai tambah output
dari biaya input asing pada biaya finansial. Suatu aktifitas dikatakan efisien secara finansial jika nilai PCR kurang dari satu, karena untuk meningkatkan nilai tambah
satu satuan tambahan biaya input domestik diharapkan kurang dari satu. Pelaku usaha akan terus memperkecil nilai PCR dengan meminimumkan biaya input
domestik atau memaksimalkan nilai tambah sehingga diperoleh keuntungan maksimal.
2.4. Fungsi Produksi Cobb - Douglas