menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kelangsungan pemakaian AKDR dengan nilai p = 0,009
α 0,05. AKDR merupakan pilihan yang paling tidak menarik untuk seorang wanita
yang masih menginginkan anak di kemudian hari sehingga menyebakan tingginya angka droup out AKDR. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas akseptor non-primipara yang menggunakan AKDR yaitu sebesar 75,4. Hasil penelitian Leridon H, et al 2002 juga menyatakan bahwa AKDR paling
banyak digunakan oleh wanita yang memiliki 2 orang anak. Tingginya angka droup out akseptor primipara kemungkinan disebabkan keinginan ibu secepatnya untuk
memperoleh anak lagi sehingga beralih ke alat kontrasepsi lain yang menurutnya lebih simpel dan cocok untuk dirinya.
5.3 Pengaruh Efek Samping terhadap Kelangsungan AKDR
Akseptor AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe menyatakan sebesar
73,8 mengalami perubahan siklus haid, sebesar 54,1 mengalami haid lebih lama dan banyak, sebesar 34,4 mengalami nyeri haid, 6,6 mengalami komplikasi
perdarahan berat dan sebesar 19,7 menyatakan AKDR tidak nyaman pada saat digunakan. Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari
penggunaan alat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius terhadap kesehatan akseptor. Pada umumnya efek samping dari penggunaan AKDR adalah perubahan
siklus haid, haid menjadi lebih lama, volume darah lebih meningkat , dan saat haid akan menjadi lebih sakit.
Universitas Sumatera Utara
Mayoritas akseptor mengalami perubahan siklus haid sewaktu menggunakan AKDR sebesar 73,8 dan sebesar 54,1 akseptor mengalami haid lebih lama dan
banyak saat menggunakan AKDR. Speroff Darney 2003 menyatakan peningkatan perdarahan merupakan gejala yang paling sering diderita oleh pengguna
AKDR dan menjadi alasan untuk menghentikan pemakaian AKDR. Dalam waktu satu tahun, 5-15 wanita berhenti menggunakan AKDR karena masalah ini.
Gangguan pada organ reproduksi disebabkan karena AKDR dipasang di dalam rahim sehingga banyak menimbulkan efek samping bagi akseptor, misalnya mengakibatkan
bertambahnya volume dan lama haid metroragia yang disebabkan adanya faktor mekanik pada endometrium karena ketidakserasian antara besarnya AKDR dan
rongga rahim serta kemungkinan disebabkan karena kehamilan intra uteri atau ektopik.
Efek samping berhubungan dengan keputusan akseptor untuk droup out, hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,003
α = 0,05. Sebesar 9,5 akseptor droup out pada kelompok yang tidak mengalami efek samping, sedangkan sebesar 42,1
akseptor droup out pada kelompok yang mengalami keluhan efek samping. Hasil tersebut dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar akseptor droup out karena
mengalami keluhan efek samping seperti perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, mengalami rasa nyeri haid sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.
Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh efek samping terhadap kelangsungan pemakaian AKDR di wilayah kerja Puskesmas
Kabanjahe dengan nilai p = 0,009 α 0,05. Mujihartinah 2009 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa ada pengaruh efek samping ibu terhadap kelangsungan pemakaian AKDR. Efek samping faktor terbesar penyebab kejadian akseptor AKDR Drop Out. Efek
samping pada pemakaian AKDR kadang tidak dapat diatasi dengan pemberian obat- obatan dan pada akhirnya akseptor berhenti memakai AKDR Drop Out.
Hasil penelitian Patnaik BP dan Mishra KP 2003, menyatakan bahwa alasan utama yang menyebabkan wanita berhenti menggunakan AKDR adalah peningkatan
darah menstruasi. Efek samping yang berlebihan, yang tidak dapat dicegah seminimal mungkin akseptor tidak nyaman sehingga memutuskan untuk drop out. Oleh karena
itu peran bidan dalam menangani efek samping pemakaian kontrasepsi dengan meningkatkan pelayanan kebidanan dengan memberikan konseling pada akseptor
AKDR merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan kejadian drop out.
Universitas Sumatera Utara
75
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN