70
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kelangsungan AKDR
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 61 akseptor AKDR, sebanyak 49 orang 80,3 masih menggunakan AKDR tidak droup out dan sebanyak 12 orang
19,7 mengalami drop out. Akseptor AKDR yang mengalami droup out disebabkan karena keinginan
untuk memiliki keturunan kembali, dan juga karena efek samping yang dirasakan akseptor saat menggunakaan AKDR. Akseptor yang petama kali menggunakan
AKDR pada tahap awal penggunaannya pasti memerlukan proses adaptasi dalam tubuh. Keluhan ataupun efek samping yang dialami pada saat menggunakan AKDR
seperti perdarahan dank ram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan, perubahan siklus haid, haid lebih lama, banyak dan leih sakit saat haid, dan
perdarahan antar menstrusi yang menyebakan rasa ketidaknyaman sehingga membuat akseptor untuk memilih tidak menggunakan AKDR droup out.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers 1983 bahwa proses adopsi inovasi pada tahap implementasi penerapan jika membawa sesuatu yang baru yang
memerlukan adaptasi dari individu. Ketidak pastian dari hasil inovasi akan menjadi masalah pada tahapan ini, sehingga individu memerlukan bantuan teknis dari agen
perubahan untuk mengurangi tingkat ketidak pastian tersebut.
70
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pengaruh Paritas terhadap Kelangsungan AKDR
Hasil penelitian kelangsungan AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe didapatkan akseptor yang non-primipara sebesar 10,9 mengalami droup out,
sedangkan aksptor primipara sebesar 46,7 mengalami droup out. Hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa akseptor primipara memiliki kecenderungan yang lebih
besar dibanding dengan akseptor non-primipara untuk droup out. Jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan penggunaan KB. Pada
pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit, terdapat kecenderungan untuk memilki keturunan kembali sehingga AKDR harus dilepas, sedangkan pada pasangan
dengan jukmlah anak hidup banyak, terdapat kecenderungan akan mempertahankan AKDR sebagai metode kontrasepsi
Jumlah anak atau paritas mempunyai kaitan eret dengan program keluarga berencana karena dengan dengan mengetahui jumlah anak akseptor dapat diketahui
pula tercapainya sasaran program keluarga berencana, selain itu juga berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi. Pada umumnya semakin
besar jumlah anak yang dimiliki kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi akan semakin tinggi, hal ini karena jumlah anak yang diinginkan sudah tercapai. Hasil uji
chi square menunjukkan nilai p=0,009 α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan paritas dengan kelangsungan pemakaian AKDR. Tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan
AKDR. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Uji statistik regresi logistik berganda
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kelangsungan pemakaian AKDR dengan nilai p = 0,009
α 0,05. AKDR merupakan pilihan yang paling tidak menarik untuk seorang wanita
yang masih menginginkan anak di kemudian hari sehingga menyebakan tingginya angka droup out AKDR. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas akseptor non-primipara yang menggunakan AKDR yaitu sebesar 75,4. Hasil penelitian Leridon H, et al 2002 juga menyatakan bahwa AKDR paling
banyak digunakan oleh wanita yang memiliki 2 orang anak. Tingginya angka droup out akseptor primipara kemungkinan disebabkan keinginan ibu secepatnya untuk
memperoleh anak lagi sehingga beralih ke alat kontrasepsi lain yang menurutnya lebih simpel dan cocok untuk dirinya.
5.3 Pengaruh Efek Samping terhadap Kelangsungan AKDR