Karakteristik yang Memengaruhi Penggunaan AKDR

kendaraan roda 4 yang didalamnya berisi peralatan elektronik audio visual dan berfungsi sebagai kendaraan penyuluhan dan KIE KB. MUPEN KB Kabkota adalah kendaraan roda 4 yang didalamnya berisi peralatan elektronik Audio visual dan berfungsi sebagai kenderaan penyuluhan dan KIE KB tingkat kabkota. Penyuluhan oleh PLKB PKB Petugas KB desa adalah suatu langkah kegiatan komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE dalam program pembangunan kependudukan dan Keluarga Berencana sehingga dapat diadopsi oleh masyarakat.

2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan AKDR

2.5.1 Karakteristik yang Memengaruhi Penggunaan AKDR

1. Umur Pada umur 20 tahun seseorang telah memiliki kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berfikir kreatif, sekitar awal atau pertengahan usia 30 tahun, kebanyakan orang mudah mampu menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil, tenang secara emosional. Umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai Mubarak, 2011. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Dang di Vietnam dalam Dewi 2012 bahwa ada hubungan yang kuat antara umur dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang berumur 20 tahun kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun. Sementara wanita yang berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya untuk menggunakan kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Ini menunjukkan bahwa ada penurunan penggunaan kontrasepsi pada kelompok wanita yang lebih tua. Penelitian yang dilakukan Mujihartinah 2009 menyatakan bahwa ada pengaruh umur ibu terhadap kelangsungan pemakaian AKDR. 2. Paritas Jumlah Anak Anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua. Program KB selain upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi juga untuk penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal; mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak Kusumanigrum, 2009. Seperti dalam definisi Keluarga Berencana menurut WHO Expert Committee 1970. KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: Universitas Sumatera Utara a. Mendapatkan Objektif-Objektif Tertentu b. Menghindari Kelahiran Yang Tidak Diinginkan c. Mengatur Interval Diantara Kehamilan d. Mengontrol Waktu Saat Kelahiran Dalam Hubungan Dengan Umur Suami Istri e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Serta dalam Pasal 18 UU No.10 tahun 1992 yang menyatakan bahwa setiap pasangan suami istri dapat menentukan pilihannya dalam merencanakan dan mengatur jumlah anak dan jarak antara kelahiran anak yang berlandaskan pada kesadaran dan tanggung jawab terhadap generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam merencanakan jumlah anak dalam keluarga, suami dan istri perlu mempertimbangkan aspek kesehatan dan kemampuan untuk memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak Kusumanigrum, 2009. Pengguna AKDR dipengaruhi juga dengan jumlah anak dalam suatu keluarga. Menurut Pinem S 2009, AKDR merupakan pilihan yang paling tidak menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian hari sedangkan bagi pasangan usia subur 30 tahun keatas yang sudah memiliki anak dan ingin menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR Amiranty, 2003. Penelitian yang dilakukan Mujihartinah 2009 menyatakan bahwa ada pengaruh paritas ibu terhadap kelangsungan pemakaian AKDR. Universitas Sumatera Utara 3. Efek Samping Efek samping merupakan beberapa factor yang menyebabkan akseptor mengalami drop-out dari metoda KB yang digunakan. Drop-out pada akseptor adalah keluarnya akseptor dari metoda kontrasepsi akibat berbagai alasan. Efek samping yang umum terjadi pemakaian AKDR adalah Perubahan siklus haid umumnya pada 3 bulan pertama dan berkurang setelah tiga bulan, Haid lebih lama dan banyak, Perdarahan antar menstruasi, Saat haid lebih sakit. Ada beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh akseptor AKDE pada saat memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan diantaranya 10 akseptor IUD melaporkan gangguan menstruasi, 4 per tahun akseptor IUD melepas IUD akibat peningkatan jumlah darah menstruasi, nyeri, dan spooting di antara menstruasi. 3 – 10 terjadi ekpulsi secara spontan di tahun pertama penggunaan IUD, dan 1 dalam 1000 pemasangan terjadi perforasi uterus Glasier dan Gebbie, 2005. Akseptor KB yang memilih drop out memutuskan berhenti menggunakan salah satu alat kontrasepsi disebabkan karena mengalami efek samping. Efek samping pada sebagian alat kontrasepsi menyebabkan ibu merasa tidak nyaman seperti timbul perdarahan di luar haid, haid tidak teratur, tidak datang haid amenorrhoea, rasa mual, bercak hitam di pipi, jerawat, penyakit jamur pada liang vagina, nyeri kepala, penambahan berat badan, dan rambut rontok Pinem, 2009. Penelitian yang dilakukan Mujihartinah 2009 menyatakan bahwa ada pengaruh efek samping ibu terhadap kelangsungan pemakaian AKDR. Universitas Sumatera Utara 4. Pendidikan Menurut Bouge dalam Lucas 1990 menyatakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas daripada variabel lain. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru BKKBN, 2007. Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2010 menyatakan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terbentuknya tingkat pengetahuan. Hal ini berarti bahwa pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauhmana keuntungan yang mereka peroleh Sukmadinata, 2003. Berkaitan dengan hal tersebut maka makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap sesorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan Kuncoroningrat, 1997 dalam Mubarak, 2011. 5. Pendapatan Menurut Adhyani 2011 bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan dengan pemilihan kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa Universitas Sumatera Utara didalam pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya memang harus dilihat dari kapasitas kemampuan mereka untuk membeli kontrasepsi tersebut. Sehingga pemakaian kontrasepsi tidak dirasa memberatkan bagi si penggunanya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa status ekonomi suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan, peserta harus menyediakan dana yang diperlukan. Rivera dalam penelitiannya menjelaskan jika AKDR digunakan untuk jangka waktu sekurangnya dua tahun merupakan metode kontrasepsi reversible yang paling murah. Sementara biaya pemasangannya adalah lebih tinggi dibanding metode lain, namun hal tersebut juga dibarengi dengan waktu penggunaan biaya menurun. Penelitian di Cina menyebutkan bahwa beberapa alasan wanita di Cina memakai IUD karena pemakaiannya jangka lama, reversibilitas dan efektivitasnya yang tinggi dan pemasangan gratis Maryatun, 2009. 2.6 Dukungan 2.6.1 Pengertian Dukungan Sosial

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Ketidaklangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada Ibu PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013

2 81 143

Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Istri Serta Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Ibu Paska Aborsi Dengan Kuretase Di Rumah Sakit Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

2 51 141

Pengaruh Faktor Personal, Sosial dan Situasional terhadap Kelangsungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Marelan

2 68 119

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Suami terhadap Istri dalam Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 2 7

karakteristik akseptor kb alat kontrasepsi dalam rahim di wilayah kerja puskesmas kti kebidanan

0 0 5

HUBUNGAN PARITAS, UMUR DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOREJO KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Yeni Elviani,SKM,M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hu

0 0 15

Case Processing Summary - HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

0 1 16

Pengaruh Umur, Paritas, Efek Samping dan Dukungan Suami terhadap Kelangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2013

0 0 17

Pengaruh Umur, Paritas, Efek Samping dan Dukungan Suami terhadap Kelangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2013

0 0 38

1 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASESPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Suami terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Gamp

0 0 11