tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
3 Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan skill dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tinkatan keterampilan, yaitu: a Gerakan refleks keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
b Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. c Kemampuan pada perceptual, termasuk didalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris, dll. d Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan. e Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks. f Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
ekspresif dan interpretatif.
Dari ketiga tipe hasil belajar yang telah dijelaskan diatas dapat diartikan bahwa penting bagi guru untuk mengetahui ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Karena dengan mengetahui itu guru dapat memperoleh hasil belajar siswa yang optimal, selain itu guru juga dapat merumuskan tujuan pengajaran dan
menyusun alat-alat penilaian, baik melalui tes maupun bukan tes.
2.8 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dalam penggunaan pembelajaran berbasis masalah dan penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut :
1. Indarti, dkk 2012 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model
Discovery Learning terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang” menyimpulkan bahwa hasil uji hipotesis yang
menggunakan uji t dengan Microsoft excel 2010 menunjukkan nilai thitung = 9,0230 1,668 t 66;.05, maka Ha diterima berarti kemampuan
memecahkan masalah siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada kemampuan memecahkan siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut juga didukung dengan nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah fisika siswa kelas
yang menggunakan model discovery adalah 79,82, sedangkan nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah fisika siswa yang menggunkan model
konvensional adalah 64,09. 2.
Widiadnyana, dkk 2014 dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah
Siswa SMP” menyimpulkan model pembelajaran discovery berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Secara lebih rinci
dapat diuraikan sebagai berikut: 1 terdapat perbedaan nilai rata-rata pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang signifikan antara kelompok
siswa yang belajar dengan model discovery learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung; 2 terdapat perbedaan nilai
rata-rata pe-mahaman konsep secara signifikan antara kelompok siswa yang
belajar dengan model discovery learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung; 3 terdapat perbedaan nilai rata-
rata sikap ilmiah secara signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan discovery learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan
model pengajaran langsung. 3.
Yoppy Wahyu Purnomo 2011, 37 - 54, dalam penelitian yang berjudul “keefektifan model penemuan terbimbing dan cooperative learning pada
pembelajaran matematika” menyimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah 1 untuk mengetahui antara model studi dapat memberikan hasil
terbaik pada pembelajaran matematika, 2 untuk mengetahui sejauhmana kreativitas siswa dapat memberikan hasil yang terbaik pada pembelajaran
matematika, 3 untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap hasil belajar. Penggunaan model penemuan
terbimbing memberikan hasil belajar yang sama dengan model cooperative learning, tetapi keduanya lebih baik daripada pembelajaran dengan model
konvensional. Kreativitas yang lebih tinggi memberikan hasil belajar lebih baik daripada kreativitas yang lebih rendah. Pada kategori tinggi,
model penemuan terbimbing lebih baik hasil belajarnya daripada cooperative learning dan cooperative learning lebih baik hasil belajarnya
daripada model konvensional. Pada kreativitas sedang maupun rendah, penemuan terbimbing dan cooperative learning memberikan hasil belajar
yang sama, tetapi lebih baik daripada konvensional. Di sisi lain, pada pembelajaran penemuan terbimbing, kreativitas tinggi lebih baik hasil
belajarnya daripada kreativitas sedang dan kreativitas sedang memiliki
hasil belajar yang sama dengan kreativitas rendah. Pada model cooperative learning maupun konvensional, kreativitas tinggi, sedang, maupun rendah
memiliki hasil belajar yang sama.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang didasarkan atas pertimbangan bahwa analisis masalah dan
tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip daur ulang serta menuntut kajian dan tind
a
kan secara reflektif, kolaboratif dan partisipatif berdasarkan situasi alamiyah yang terjadi dalam pelaksanaan
pembelajaran.menggunakan penelitian tindakan kelas model Hopkins, karena model ini mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan penelitian yang
akan dilakukan.
Adapun tahapan penelitian tindakan kelas pada model Hopkins ini meliputi sebagai berikut : 1 perencanaan tindakan, 2 pelaksanaan tindakan, 3
observasi dan evaluasi dan 4 analisis dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas yang dipilih adalah bentuk penelitian melalui refleksi diri atau self-reflektive inquiry. Penelitian melalui refleksi dilakukan guru dengan
mengumpulkan data dari proses pembelajaran yang dilakukan, kemudian menilai sendiri hasil pembelajarannya, guru mencari kelemahan-kelemahan apa yang
terdapat selama proses pembelajaran.