Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

memungkinkan peredaran NAZA di dalam pusat rehabilitasi termasuk rokok dan minuman keras, Hawari, 2009: 132.

2.4.8 Tujuan Rehabilitasi Narkoba

Tujuan rehabilitasi bagi pengguna narkoba yaitu sebagai berikut: 1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA Tujuan ini tergolong sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimalkan efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain. 2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps. Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali keterampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selaluabstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, program terapi kognitif, opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps. 3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama.Terapi rumatan maintence metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini Hawari, 2009: 135.

3.4.9 Teknik-teknik Rehabilitasi Narkoba

Ada beberapa teknik untuk mengatasi para korban penyalahgunaan narkoba, yaitu: 1 penyuluhan. Dalam metode penyuluhan ini meliputi wawancara, tanya jawab, temu wicara, sarasehan, seminar. 2 bimbingan sosial yang meliputi wawancara dan konseling. 3 pendidikan meliputi seminar, pelatihan, diskusi, simulasi. 4 kegiatan pengganti yang meliputi kelompok belajar Sasangka, 2003: 65.

3.4.10 Tahap-tahap Pemulihan Pecandu Narkoba

Tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba: 1. Tahap rehabilitasi medis detoksifikasi, tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat sakaw yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringannya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna mendeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut. 2. Tahap rehabilitasi non medis, tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido Kampus Unitra, Rumah Damai Semarang, Baddoka Makassar, dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program diantaranya program therapeutic communities TC, 12 steps dua belas langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.