cm dikategorikan ibu dengan kekurangan energi dan kalori KEK. Kondisi ini akan memicu kejadian anemia pada ibu hamil.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Suwandi 2004 menyatakan bahwa status gizi ibu hamil yang di tetapkan berdasarkan ukuran lingkar
lengan atas LILA dengan kejadian anemia mempunyai OR sebesar 5,3 dan berdasarkan IMT OR sebesar 2,47. Penelitian lain yang tidak sesuai dengan penelitian
ini adalah menurut Rosanti 2009, tentang hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Bendan Ngisor Kota Semarang, bahwa hasil
analisa korelasi menyatakan adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada kehamilan, yaitu sebesar r hitung = 0,512 r tabel = 0,294 dengan taraf
signifikansi = 0,05, sehingga Ha diterima, artinya ada hubungan yang cukup kuat antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
5.2. Pengaruh Konsumsi Zat Gizi terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Pengaruh konsumsi zat gizi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang meliputi : kecukupan konsumsi kalori, kecukupan konsumsi protein dan
kecukupan konsumsi tablet Fe seperti dibawah ini : 5.2.1. Pengaruh Kecukupan Konsumsi Kalori terhadap Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Hasil penelitian tentang variabel kecukupan konsumsi kalori ditemukan ibu hamil dengan tidak cukup mengkonsumsi kalori dengan proporsi kejadian anemia
Universitas Sumatera Utara
52,7. Pada uji statistik Regresi Logistik Ganda menunjukkan variabel kecukupan konsumsi kalori nilai p 0,05 berarti tidak berpengaruh terhadap kejadian anemia
pada ibu hamil. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan kecukupan konsumsi kalori dengan tidak cukup pada ibu hamil tidak akan meningkatkan
kejadian anemia pada kehamilan. Penelitian ini bukan berarti kecukupan konsumsi kalori tidak ada kaitannya
pada kejadian anemia pada kehamilan, namun ada faktor lain yang lebih terkait dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan
berlangsung sangat membantu ibu hamil dan janin dalam menjalani hari-hari kehamilannya. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan konsumsi kalori
pada ibu hamil dengan kategori tidak cukup yaitu sebesar 32,0. Ibu hamil yang tidak cukup konsumsi kalori ini lebih banyak pada ibu dengan kehamilan trimester
III. Walaupun kecukupan kalori tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil, keadaan ini perlu mendapat perhatian pada ibu hamil karena ibu hamil dengan
trimester III sebaiknya sudah mengkonsumsi kalori yang cukup. Sedangkan ibu dengan trimester II masih ada waktu untuk mengkonsumsi kecukupan kalori yang
berguna bagi janin yang dikandungnya. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi akan meningkat seperti kebutuhan akan
kalsium, zat besi serta asam folat. Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari kehamilannya dengan sehat, konsumsi makan
ibu hamil harus mengandung gizi salah satunya adalah konsumsi kalori. Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300-400 kkal perharinya.
Universitas Sumatera Utara
Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus sebagai acuannya. Baiknya, 55 kalori di
peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagai sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35, 10 dari protein dan sayuran serta buah- buahan bisa
melengkapi. Kalori merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah energi.
Pada umumnya kalori digunakan untuk menunjukkan jumlah energi yang terkandung dalam makanan. Kalori dapat diperoleh dari asupan nutrisi yang mengandung nutrisi,
seperti karbohidrat, lemak dan protein Boyle, 2010. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Suwandi 2004
menyatakan bahwa kecukupan konsumsi kalori ibu hamil berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
5.2.2. Pengaruh Kecukupan Konsumsi Protein terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Hasil penelitian tentang variabel kecukupan konsumsi protein ditemukan ibu hamil dengan tidak cukup menkonsumsi protein dengan proporsi kejadian anemia
58,6. Pada uji statistik Regresi Logistik Ganda menunjukkan variabel kecukupan konsumsi protein nilai p 0,05 berarti berpengaruh terhadap kejadian anemia pada
ibu hamil. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan kecukupan konsumsi protein yang tidak cukup pada ibu hamil akan meningkatkan kejadian anemia pada
kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan konsumsi protein ada kaitannya pada kejadian anemia pada kehamilan. Kebutuhan ibu hamil terhadap protein selama
masa kehamilannya mengalami peningkatan dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut selain memperhatikan kuantitas bahan pangan yang dikonsumsi juga harus
memperhatikan kualitas bahan pangan tersebut. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan konsumsi protein pada ibu
hamil dengan kategori tidak cukup yaitu sebesar 33,7. Ibu hamil yang tidak cukup konsumsi protein ini lebih banyak pada ibu dengan kehamilan trimester III.
Kecukupan protein berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil, untuk itu ibu hamil perlu memperhatikan kecukupan konsumsi protein, karena ibu hamil
dengan trimester III sebaiknya sudah mengkonsumsi protein yang cukup untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuhnya dan sintesa hemoglobin darah.
Sedangkan ibu dengan trimester II yang tidak cukup konsumsi protein masih ada waktu untuk mengkonsumsi kecukupan protein yang berguna bagi janin yang
dikandungnya. Protein merupakan senyawa yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi
dalam tubuh. Bahan pangan yang mempunyai kualitas protein yang baik adalah bahan pangan yang berasal dari hewani, hal ini dikarenakan kandungan protein dari pangan
hewani lebih tinggi jika dibandingkan dengan pangan nabati. Selain itu, bahan pangan hewani merupakan bahan pangan dengan daya absorpsi zat besi yang baik.
Namun, bahan pangan sumber protein yang sering dikonsumsi oleh responden
Universitas Sumatera Utara
merupakan bahan pangan nabati yang mempunyai daya serap zat besi rendah seperti tahu dan tempe.
Bobak 2005 menyatakan bahwa protein akan berikatan dengan zat besi untuk diangkut keseluruh tubuh, intake protein yang cukup akan digunakan untuk
sintesa hemoglobin darah. Anemia dapat terjadi akibat manisfestasi lanjut dari keadaan malnutrisi protein akibat penurunan produksi sel darah merah. Hal ini sejalan
dengan penelitian tentang anemia ibu hamil yang dilakukan oleh Fitria 2006, menjelaskan bahwa sebagian besar respondennya yang menderita anemia memiliki
tingkat konsumsi protein yang kurang, dimana protein yang dikonsumsi berasal dari olahan kedelai yang daya serapnya rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suwandi 2004 menyatakan bahwa kecukupan konsumsi protein pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian
anemia. Penlitian lain menurut Erlania 2010, dari penelitian di Puskesmas Pandan Wangi di dapatkan hasil bahwa konsumsi protein memberi pengaruh untuk kejadian
anemia ibu hamil. Dari hasil wawancara, rata-rata ibu hamil dengan anemia memiliki konsumsi protein rendah, dimana kebanyakan dari mereka hanya mendapat asupan
protein nabati, yaitu tahu dan tempe. Dan jumlah yang dikonsumsi relatif sedikit jika dibandingkan dengan standart kebutuhan protein ibu hamil. Keadaan ini juga sesuai
dengan penelitian Wawin 2006, bahwa tingkat konsumsi protein selama kehamilan merupakan faktor konsumsi makanan yang berhubungan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil trimester III, dimana setiap penambahan 1 gram protein akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kadar Hb sebesar 28,6 dari kadar Hb awal dan setiap penambahan 1 miligram zat besi akan meningkatkan kadar Hb sebesar 21,5 dari kadar Hb awal.
5.2.3. Pengaruh Kecukupan Konsumsi Tablet Fe terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Hasil penelitian tentang variabel kecukupan konsumsi tablet Fe ditemukan ibu hamil dengan tidak cukup menkonsumsi tablet Fe dengan proporsi kejadian anemia
62,3. Pada uji statistik Regresi Logistik Ganda menunjukkan variabel kecukupan konsumsi tablet Fe nilai p 0,05 berarti berpengaruh terhadap kejadian anemia pada
ibu hamil. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan kecukupan konsumsi tablet Fe dengan tidak cukup pada ibu hamil akan meningkatkan kejadian anemia
pada kehamilan. Berarti kecukupan konsumsi tablet Fe ada kaitannya dengan kejadian anemia pada kehamilan.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil dengan kategori tidak cukup yaitu sebesar 35,5. Ibu hamil yang tidak
cukup konsumsi tablet Fe ini lebih banyak pada ibu dengan kehamilan trimester III sebanyak 47 orang. Kecukupan tablet Fe berpengaruh terhadap kejadian anemia pada
ibu hamil, untuk itu ibu hamil perlu memperhatikan kecukupan konsumsi tablet Fe, karena ibu hamil dengan trimester III sebaiknya sudah mengkonsumsi tablet Fe yang
cukup untuk pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Sedangkan ibu dengan trimester II
yang tidak cukup konsumsi tablet Fe masih ada waktu untuk mengkonsumsi kecukupan tablet Fe yang berguna bagi janin yang dikandungnya.
Universitas Sumatera Utara
Keperluan akan besi pada kehamilan akan bertambah terutama dalam trimester terakhir. Proses pematangan sel darah merah zat besi diambil dari transferin
plasma yaitu cadangan besi dalam serum. Apabila cadangan dalam plasma tidak cukup maka akan mudah terjadi anemia Wikjosastro, 2002. Oleh karena itu anemia
pada ibu hamil dipengaruhi oleh jumlah zat besi yang dikonsumsi sehari-hari. Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam
program suplementasi. Dosis suplementasi yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 ug asam folat yang dimakan
selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi. Pada awal kehamilan, program suplemen tidak akan berhasil karena
“morning sicknes” dapat mengurangi keefektifan obat. Namun demikian, cara ini baru akan berhasil jika pemberian tablet ini dilakukan dengan pengawasan yang tepat.
Sesuai dengan data yang diperoleh di Puskesmas Bandar Khalipah tahun 2012 bahwa cakupan pemberian Fe 1 95,43 dan Fe 3 93,99. Namun masih ada
ibu hamil yang menderita anemia. Hal ini karena tidak semua ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan sesuai dengan aturan yang diberikan tenaga
kesehatan. Melalui kunjungan rumah pada beberapa responden yang dilakukan untuk mengetahui tentang konsumsi tablet Fe yang diberikan terdapat ibu yang tidak
mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan secara teratur dan hal ini akan memepengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, dengan alasan jika meminum
tablet Fe susah buang air besar, dan mengakibatkan mual-mual.
Universitas Sumatera Utara
Fe berfungsi dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi akan
diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi pada ibu hamil sebanyak 34 - 46 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh pada hati,
daging atau ikan serta sayuran yang berwarna hijau tua seperti bayam, kangkung dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami anemia yang tidak cukup mengkonsumsi tablet Fe sebesar 62,3. Meskipun 37,7 responden
tidak mengalami anemia, tetapi resiko untuk terjadinya anemia pada responden kemungkinan dapat terjadi apabila responden dalam mengkonsumsi makanan sumber
zat besi tidak memperhatikan kuantitas dan kualitas daya serap dan bahan makanan yang mempunyai nilai biologis tinggi bahan makanan. Untuk menurunkan prevalensi
kejadian anemia pada ibu hamil dengan upaya menanggulangi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil, yaitu dengan adanya pemberian 90 tablet Fe selama kehamilan.
Namun pada penelitian ini ibu yang cukup kecukupan konsumsi Fe juga ada yang mengalami anemia yaitu sebesar 13,5, hal ini memperlihatkan walaupun
sudah cukup konsumsi Fe masih terjadi anemia pada kehamilan dengan demikian ibu hamil diperlukan lebih meningkatkan mengkonsumsi makanan yang tinggi
mengandung Fe, ini terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan, salah satunya adalah ibu mungkin mengalami penyakit lain pada saat kehamilan.
Abdullah 1992 menyatakan bahwa zat besi diperlukan dalam proses pembentukan darah dan dalam proses pematangan hemoglobin. Apabila terjadi
Universitas Sumatera Utara
kekurangan besi, pembelahan sel akan menghasilkan sel-sel yang lebih kecil mikrositer. Kekurangan besi juga menyebabkan jumlah hemoglobin di setiap sel
berkurang sehingga sel menjadi hipokrom sehingga terjadi anemia. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang anemia ibu hamil yang dilakukan oleh Fitria 2007,
menjelaskan bahwa sebagian besar respondennya yang menderita anemia memiliki tingkat konsumsi zat besi yang kurang, selain itu kemungkinan besar konsumsi besi
non heme tidak diimbangi dengan konsumsi besi heme. Sebagaimana diketahui bahwa besi heme lebih mudah diserap oleh tubuh daripada besi non heme.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suwandi 2004 menyatakan bahwa kecukupan konsumsi Fe ibu hamil berhubungan dengan kejadian anemia.
Penelitian lain menurut Wawin 2006, menunjukkan bahwa tingkat konsumsi zat besi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III. Hasil uji statistik Regresi Linier pada tingkat kepercayaan 95 menunjukkan hubungan tingkat tingkat konsumsi zat besi terhadap kejadian anemia
kadar Hb diperoleh OR=0,215 yang berarti bahwa setiap penambahan 1 miligram zat besi akan meningkatkan kadar Hb sebesar 21,5 dari kadar Hb awal.
5.3. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil