Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar, Stereomikroskop

2.5 Metode untuk Mengobservasi Morfologi Internal Akar

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar. Metode laboratorium meliputi dekalsifikasi dan injeksi menggunakan tinta India, tinta Cina, pewarnaan hematoxylin , akses endodontik in vitro dengan radiografi dan instrumen atau hanya dengan instrumen, perawatan saluran akar in vitro, radiografi in vitro, pemeriksaan makroskopi in vitro, pemeriksaan lantai pulpa menggunakan scanning electron microscope , dan pemotongan. 8,13 Metode klinis meliputi evaluasi pembukaan akses selama perawatan endodontik menggunakan pembesaran atau surgical operating microscope , evaluasi retrospektif gigi yang telah mendapat perawatan endodontik dari rekam medik pasien, pemeriksaan radiografi in vitro, cone-beam computed tomography CBCT. 8,13

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar, Stereomikroskop

Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar merupakan metode in vitro utama dan memiliki nilai yang cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar. 8,24,25 Teknik ini dianggap sebagai metode gold standard dalam mempelajari anatomi saluran akar. 26 Tidak seperti gambar radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga memungkinkan untuk memberikan tampilan detil, akurat dan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran akar Gambar 9. 24-27 Teknik ini tidak memerlukan akses ke dalam saluran menggunakan instrumen sehingga bentuk dan hubungan saluran akar dapat terjaga. Teknik ini juga sederhana dan tidak mahal untuk pemeriksaan sistem saluran akar in vitro. 28 Silin 2013 melakukan penelitian yang membandingkan metode ini dengan CT tiga dimensi dan mengungkapkan bahwa analisis sediaan transparan memberikan gambaran anatomi saluran akar yang sangat jelas dan lebih baik daripada CT tiga dimensi. 29 Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Tampilan saluran akar menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan 12 Setelah permukaan gigi dibersihkan dan dilakukan pembukaan atap pulpa, gigi direndam dalam larutan sodium hipoklorit untuk menghilangkan debris organik dan sisa pulpa. Tahap pertama metode ini yaitu mendemineralisasi komponen anorganik gigi dengan menggunakan larutan demineralisasi seperti asam nitrat, asam etilen diamin tetra, asam hidroklorik, urea, chelating agent dan electrophoretic decalcification . Dari berbagai larutan demineralisasi tersebut, asam nitrat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada jaringan gigi. Setelah dilakukan proses demineralisasi, tahap kedua adalah melakukan proses dehidrasi menggunakan alkohol. Tahap ketiga adalah tahap clearing, yaitu dengan merendam gigi pada larutan yang dapat menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi akan menjadi transparan. Ada berbagai macam larutan yang dapat digunakan untuk menaikkan indeks refraktif gigi diantaranya metil salisilat, kloroform, benzena, xylene , toluena, karbon tetraklorid, cedar wood oil dan silicon 710. Dari beberapa larutan tersebut, metil salisilat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak berbahaya dan harganya relatif lebih murah Universitas Sumatera Utara dibandingkan larutan lain. Tahap terakhir dari metode ini adalah melakukan pewarnaan pada saluran akar gigi dengan menyuntikkan tinta kedalam saluran akar. Selanjutnya gigi direndam kembali dalam larutan metil salisilat hingga dilakukan pengamatan. 28,30 Untuk melihat morfologi saluran akar dengan lebih akurat, gigi yang sudah menjadi transparan dapat dilihat dengan menggunakan stereomikroskop. 30 Stereomikroskop pada dasarnya merupakan dua buah mikroskop yang berfokus pada satu objek. 31 Mikroskop ini menyediakan tampilan objek dengan cara yang mirip dengan mata manusia. 32 Oleh karena memiliki dua jalur cahaya yang independen untuk masing-masing mata, mikroskop ini memberikan gambaran tiga dimensi dari objek. 31 Stereomikroskop memiliki pembesaran lemah, yaitu 0,7 hingga 40 kali pembesaran sehingga memberikan tampilan lapangan pandang yang luas dan dalam. 31,32

2.5.2 Radiografi konvensional