Optimasi Sumberdaya Perikanan TINJAUAN PUSTAKA

12 nation esisir dan kelautan dengan berbagai kepentingannya. Tetapi berdaya pengelolaan sumberdaya n ini adalah bahwa kan kerangka surplus produksi ini sa ususnya untuk perikanan yang multi species. Pendekatan lain seperti haefer Model TBSM yang dikembangkan oleh Brown et al. 985, serta pendekatan angkan oleh Anderson dan Ursin 1977 hingga ulit diterapkan wilayah yang memiliki multi spesies. atau suatu daerah. Untuk itu pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan tidak terlepas dari aspek pengguna stake holder yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh p kenyataannya memperlihatkan bahwa aspek pengguna sum seringkali tidak menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan. Akibatnya menimbulkan berbagai masalah baik itu dari aspek alokasi sumberdaya maupun dalam penyediaan produk-produk yang diperlukan.

2.2 Optimasi Sumberdaya Perikanan

Sumberdaya perikanan, apabila dikelola secara baik dan benar dapat merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang dapat diandalkan. Oleh karena itu salah satu pertanyaan yang paling mendasar dalam perikanan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya tersebut, sehingga diperoleh manfaat ekonomi yang setinggi-tingginya bagi pengguna dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Pada mulanya, pengelolaan sumberdaya ini banyak didasarkan pada faktor biologi semata dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable Yield MSY atau tangkapan maksimum yang lestari. Inti pendekata setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasitas produksi surplus, sehingga apabila surplus ini di panen tidak lebih dan tidak kurang, maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan sustainable. Pendekatan biologi dengan mengguna sendiri merupakan salah satu pendekatan dari tiga pendekatan umum yang bia dipakai kh Total Biomass Sc 1976, Pope 1979, Pauly 1979 dan Panayotou 1 independen single species yang dikemb dan May et al. 1979 memerlukan data dan perhitungan yang ekstensif se s 13 Dalam model surplus produksi, dinamika dari biomas digambarkan ebagai selisih antara produksi dan mortalitas alami sebagaimana digambarkan ada persamaan berikut: Biomas pada t+1 = biomas pada t + produksi – mortalitas alami ersamaan tersebut di atas menyatakan bahwa jika produksi melebihi mortalitas lami, maka biomas akan meningkat, sebaliknya jika mortalitas alami lebih tinggi ari pada produksi, maka biomas akan menurun. Istilah surplus produksi sendiri enggambarkan perbedaan atau selisih antara produksi dan mortalitas alami di Walter 1992 menyatakan bahwa surplus produksi enggambarkan jumlah peningkatan stok ikan dalam kondisi tidak ada aktifitas penangkapan atau den itangkap jika biomas ipertahankan dalam tingkat yang tetap. mudian ah i pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal. Model bioekonomi Gordon-Schaefer GS sendiri dibangun dari model s yang telah dike bangkan sebelumnya oleh Graham pada tahun engikuti fungsi s p P a d m atas. Lebih jauh Hilborn dan m gan kata lain jumlah yang bisa d d Scott Gordon merupakan seorang ekonom yang pertama kali memperkenalkan istilah bioekonomi, dimana menggunakan pendekatan ekonomi untuk menganalisis pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal. Ke seiring dengan perjalanan waktu istilah ini semakin intensif digunakan setel Collin Clark dan Gordon Munro memperkenalkan pendekatan kapital untuk memaham produksi surplu m 1935. Model ini mengasumsikan bahwa pertumbuhan populasi ikan m pertumbuhan logistik dan tanpa adanya gangguan atau penangkapan oleh manusia. Secara matematis dapat ditulis : 1 k x rx x F t x − = = ∂ ∂ 2.1 dimana : x = biomasa ikan r = pertum iah kelahiran dikurangi kematian Secara grafik persamaan 2.1 di atas dapat digambarkan sebagai berikut : buhan alam k = kapasitas daya dukung lingkungan. 14 Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Kemudian jika produksi perikanan oleh manusia diasumsikan tergantung ari input yang digunakan I dan jumlah biomasa ikan yang tersedia x serta ampuan teknologi yang digunakan θ koefisien daya tangkap, maka : d kem xI h θ = Kemudian dengan mensubtitusikan persamaan 2.1 ke dalam persamaan 2.2 menjadi: 2.2 h k x rx t x − − = ∂ ∂ 1 xI k x rx θ − − = 1 2.3 Salah satu masalah yang dihadapi oleh pengelola perikanan adalah adnya variabel yang tidak dapat dikontrol biomassa yang sulit diamati, sementara pada kenyataannya variabel yang tersedia adalah variabel yang dapat dikontrol yaitu data produksi h dan jumlah input yang digunakan I seperti jumlah kapal, jumlah trip atau jumlah hari melaut. Kenyataan kendala ini dalam model bioekonomi GS diatasi dengan mengasumsikan kondisi ekologi dalam keadaan seimbang = ∂ ∂ t b , sehingga persamaan 2.2 dapat dipecahkan untuk mencari nilai biomassa x sebagai fungsi dari input, secara matematis dapat ditulis: ⎟ ⎞ ⎜ ⎛ − = I k x θ 1 2.4 ⎠ ⎝ r Fx x 15 sehingga kalau kita substitusikan persamaan 2.4 ke dalam persamaan 2.2 akan jadi : men ⎟ ⎞ ⎜ ⎛ − = I kI h θ θ 1 2.5 ⎠ ⎝ r Effo Dari kurva tersebut terlihat bahwa jika tidak ada aktivitas perikanan effort 0, maka produksi juga akan nol. Kemudian effort akan mencapai titik yang aksimum pada Persamaan 2.5 di atas dalam model bioekonomi dikenal dengan istilah Yield rt Curve. e h yield MSY Gambar 3. Kurva Yield Effort = m MSY E yang berhubungan dengan tangkap maksimum lestari MSY H . Didalam pendekatan biologi, pengelolaan sumberdaya perikanan yang ptimal dilakukan pada titik MSY H o ini, karena pada titik inilah diperoleh tingkat produksi yang maksimum, dengan asumsi bahwa ekosistem dalam keadaan eseimbangan, koefisien tangkap Catchability Coeffisien konstan Clark, 1990 dan tidak Menurut Fauzi 2004a, pendekatan pengelolaan dengan konsep ini belakan k ada dependensi antar spesies Conrad and Clark, 1987. gan banyak dikritik oleh berbagai pihak sebagai pendekatan yang terlalu sederhana dan tidak mencukupi. Kritik yang paling mendasar di antaranya adalah karena pendekatan MSY tidak mempertimbangkan sama sekali aspek sosial 16 ekonomi pengelolaan sumberdaya alam. Lebih jauh Conrad dan Clark 1989, misalnya, menyatakan bahwa pendekatan MSY antara lain: 1. Tidak bersifat stabil, karena, perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke pengurasan stok stock depletion. 2. Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen im tal revenue dan total cost yang puted value. 3. Sulit diterapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki ciri ragam jenis multi species. Dengan memasukkan parameter ekonomi yakni harga dari ouput harga ikan per satuan berat dan biaya dari input cost per unit effort, Gordon mentransformasikan kurva yield-effort dari Schaefer di atas menjadi kurva yang menggambarkan antara manfaat bersih to dihasilkan dari sumberdaya perikanan dengan input produksi effort yang digunakan sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Gambar 4 tampak bahwa tiga jenis rente ekonomi sumberdaya yang diartikan sebagai selisih surplus dari penerimaan yang diperoleh dari sumberdaya setelah kurangi seluruh biaya ekstraksi, dihasilkan pada titik OA E , MSY E dan E . ngenai pengelolaan perikanan dalam dua rezim pengelolaan Gambar 4. Keseimbangan Bioekonomi Gordon-Schaefer Gambar 4 di atas dapat kita gunakan untuk menguraikan inti model Gordon-Schaefer me Effort TC TR Manfaat dan Biaya E MSY E OA E 17 yang b profit tidak ada. Tingka t dijelaskan sebagai berikut; Pada se ut dengan rente ekonomi yang maksimum mengingat jumlah input produk erbeda. Dalam kondisi open access, sumberdaya perikanan akan mencapai titik keseimbangan pada tingkat E OA dimana penerimaan total TR sama dengan biaya total TC. Dalam hal ini pelaku perikanan hanya menerima biaya opportunitas saja dan rente ekonomi sumberdaya atau t effort pada posisi ini adalah tingkat effort keseimbangan yang oleh Gordon disebut sebagai “bioeconomic equilibrium of open access fishery” atau keseimbangan bionomik dalam kondisi akses terbuka Fauzi, 2004b. Secara verbal, keseimbangan bioekonomi dapa tiap tingkat effort dibawah E OA , penerimaan total akan melebihi biaya total sehingga pelaku perikanan nelayan akan lebih banyak tertarik entry untuk menangkap ikan. Sebaliknya pada tingkat effort di atas E OA , biaya total melebihi penerimaan total sehingga banyak pelaku perikanan akan keluar exit dari perikanan. Dengan demikian hanya pada tingkat effort E OA , keseimbangan tercapai sehingga entry dan exit tidak terjadi. Dalam model Gordon, pendekatan pengelolaan perikanan yang optimum disebut sebagai pendekatan MEY Maximum Economic Yield. Titik MEY ini sendiri diperoleh pada titik E dimana rente ekonomi diperoleh secara maksimal jarak TR dan TC terbesar. Dengan demikian dibanding dengan model pendekatan biologi di atas, model pendekatan Gordon lebih menekankan pada efisiensi inp si yang digunakan pada model Gordon jauh lebih sedikit dari pada E MSY dan E OA . Kaitannya dengan depresiasi sumberdaya, pada pendekatan biologi, depresiasi sumberdaya tidak diperhitungkan sama sekali, sementara pada model Gordon, depresiasi sumberdaya perikanan dilihat sebagai hilangnya rente ekonomi dissipated akibat mismanagement sumberdaya perikanan yang open access.

2.3 Pembangunan Berkelanjutan